HONG KONG, 11 Desember 2024 /PRNewswire/ -- Tingkat pemanfaatan aset digital di Asia Pasifik mencapai 22% pada 2024, hampir tiga kali lipat lebih tinggi dari angka rata-rata di pasar global yang tercatat 7,8%, menurut data Consensus. Dalam laporan "Driven By Demand: The People-Powered Crypto Movement in Asia Pacific," disusun sebelum ekspansi Consensus ke Hong Kong, fenomena ini didorong sejumlah faktor, seperti dinamika regulasi, kepentingan spekulatif, kegunaan praktis, serta keyakinan akan potensi aset digital pada masa depan.
Laporan ini, disusun bersama Protocol Theory, mengungkap posisi Thailand sebagai negara yang memiliki tingkat pemanfaatan aset digital tertinggi di Asia Pasifik, yakni mencapai 43%, diikuti Uni Emirat Arab, India, dan Filipina. Dalam laporan ini, kepemilikan atau pemanfaatan aset digital di Asia Pasifik terbagi atas tiga jenjang, yakni:
- Tingkat Pemanfaatan Tinggi: Thailand (43%), Uni Emirat Arab (37 %), India (32%), dan Filipina (31%);
- Tingkat Pemanfaatan Menengah: Korea Selatan (28%), Hong Kong SAR (24%), dan Singapura (23%);
- Tingkat Pemanfaatan Rendah: Australia (18%), Tiongkok Daratan (17%), Jepang (12%).
- Pihak-pihak yang menyusun laporan tersebut juga mengamati tren-tren berikut lewat survei:
- Dari sekitar 4.300 responden di Asia Pasifik, 61% di antaranya menilai, aset digital akan berperan penting dalam masa depan sektor keuangan dan investasi global.
- Lebih dari setengah responden (51%) menilai, aset digital akan digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, serta ikut meningkatkan inklusi digital di dunia.
- 37% pengguna aset digital yang disurvei ingin mengendalikan kondisi keuangan pribadi tanpa harus bergantung pada bank.
Michael Lau, Chairman, Consensus Hong Kong, berkata, "Menjelang Consensus Hong Kong pada Februari 2025, kami ingin menunjukkan peran Asia Pasifik yang mendorong perkembangan aset digital global. Setelah izin ETF yang baru saja dirilis, minat investasi dari kalangan institusi, serta regulasi yang kian jelas di Asia Pasifik, era baru segera dimulai. Asia Pasifik akan memimpin dan memengaruhi wilayah lain agar mengejar ketertinggalan, serta ikut membangun ekonomi global yang saling terkoneksi dan terintegrasi."
Laporan Oktober 2024 ini menggunakan riset kuantitatif yang melibatkan hampir 4.300 orang berusia 18 tahun atau lebih di 10 pasar Asia Pasifik: Australia, Tiongkok Daratan, Hong Kong SAR, India, Jepang, Filipina, Singapura, Korea Selatan, Thailand, dan Uni Emirat Arab. Sekitar 400 responden berasal dari setiap wilayah ini. Riset ini ingin mengungkap faktor-faktor yang memengaruhi tingkat pemanfaatan aset digital di Asia Pasifik, serta motivasi pengguna aset digital.
Informasi lebih lanjut tentang Consensus Hong Kong atau melakukan registrasi untuk acara ini tersedia di https://consensus-hongkong2025.coindesk.com/register/. Anda juga dapat membaca laporan selengkapnya di tautan ini.
Tentang Consensus
Sejak 2015, Consensus telah menjadi ajang terbesar dan paling berpengaruh di dunia yang diikuti komunitas pengguna aset digital, blockchain, dan Web3. Consensus segera digelar di Hong Kong, serta dihadiri tokoh-tokoh terkemuka di industri dari dunia Timur dan Barat untuk saling berdialog, dan menjajaki peluang kerja sama bisnis.
Consensus Hong Kong mempertemukan para pemimpin sektor teknologi dan keuangan global untuk membahas isu-isu hangat, mengumumkan perkembangan dan kesepakatan penting, serta berbagi visi tentang masa depan. Consensus diadakan oleh media yang sukses memenangkan penghargaan, CoinDesk, berdasarkan komitmen pada jurnalisme independen dan tidak memihak. Consensus mengusung agenda tentang gelombang inovasi berikutnya, serta menjalin kerja sama di bidang kripto dan Web3.
Tentang Protocol Theory
Protocol Theory adalah perusahaan terkemuka yang bergerak dalam bisnis riset pasar strategis dan analisis konsumen pada sektor Web3, aset digital, serta teknologi baru. Protocol Theory menyajikan analisis data yang mendukung inovasi produk, pengalaman pengguna, komunikasi merek, serta strategi pasar. Memadukan spesialisasi industri dan keahlian dalam perilaku konsumen, Protocol Theory siap membantu klien mempelajari audiens, membangun daya saing, serta menjalin hubungan jangka panjang di sektor Web3. Protocol Theory menjalankan sebuah misi, yakni membawa pencerahan di dunia on-chain dengan mempelajari konsumen dan memberikan analisis yang mudah ditindaklanjuti.