Nasional

Babak Baru Kelompok Radikal ISIS

Oleh : very - Jum'at, 12/01/2018 11:58 WIB

Stanislaus Riyanta, analis intelijen, alumnus Pascasarjana Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia, saat ini sedang menempuh studi Doktoral di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia. (Foto: Ist)

Oleh: Stanislaus Riyanta*)
INDONEWS.ID - Jaringan kelompok radikal ISIS telah melancarkan aksi teror di banyak negara. Tidak hanya di Irak dan Suriah yang menjadi basis kekuatan mereka, ISIS juga melakukan serangan di negara-negara Eropa seperti di Inggris dan Perancis, bahkan di Asia Tenggara kelompok yang bersimpati dengan ISIS sempat merebut kota Marawi di Filipina dan melakukan beberapa aksi teror di Indonesia.

Saat ini ISIS semakin terdesak di Irak dan Suriah. Gempuran pasukan multinasional telah berhasil menguasai kembali Irak dan Suriah dari tangan ISIS. Dampak dari hal tersebut pasukan ISIS menyebar dan melarikan diri, yang diduga ke negara asalnya dan sebagian lagi ke Afganistan untuk membangun basis baru.

The Soufan Center menyebutkan bahwa saat ini ISIS telah meskipun mengalami kekalahan di Irak dan Suriah, namun saat ini ISIS masih jauh lebih kuat daripada pada masa 2009-2010. Pada saat kritis di Timur Tengah, ISIS mengklaim sebuah serangan bunuh diri di Kabul yang menewaskan setidaknya 40 orang (27/12/2017). Sejak Oktober 2017 ISIS tercatat telah melakukan delapan serangan bunuh diri di Kabul dan menjadikan ibukota Afghanistan sebagai daerah sasaran utama dari kelompok teroris ISIS.  

Selain di Afghanistan, ISIS juga melakukan beberapa aksi teror mematikan di Mesir. ISIS telah mengklaim serangan mematikan terhadap komunitas Kristen Koptik. Sumber lain juga menyebutkan bahwa ISIS sampai saat ini masih bertahan di daerah Yaman, Filipina, Libya, dan Somalia meskipun mendapat tekanan dari berbagai pihak.

Simpatisan ISIS yang menjadi kombatan berasal dari banyak negara, termasuk negara Eropa dan Asia. Kombatan-kombatan yang sekarang diduga kembali ke negara asalnya ini sangat potensial untuk melakukan serangan-serangan lone wolf yang berbahaya. Kembalinya ribuan pejuang asing yang melarikan diri dari Irak dan Suriah ke negara asalnya masing-masing akan menjadi salah satu ancaman terorisme global yang akan dihadapi oleh dunia.

Pengaruh di Indonesia
Jika pada tataran global ancaman terorisme oleh kelompok dan simpatisan ISIS diprediksi meningkat, di Indonesia diperkirakan justru sebaliknya. Meskipun ISIS pernah melakukan beberapa aksi teror di Indonesia seperti di Thamrin (14/01/2016), di Mapolresta Surakarta (5/7/2016), dan di Kampung Melayu (24 Mei 2017), pada 2018 ini diperkirakan aksi-aksi teror di Indonesia, terutama yang menggunakan bom, akan sangat berkurang. Kelompok radikal ISIS yang sudah tercerai berai di Irak dan Suriah secara otomatis akan melemahkan aksi kelompok radikal yang berafiliasi dengan ISIS di Indonesia.

Ada tiga WNI yang menjadi tokoh penting dan kombatan ISIS di Suriah. Pertama Abu Jandal, atau Salim Mubarok Attamimi. Abu Jandal sempat mengeluarkan video yang berisi ancaman kepada Panglima TNI saat itu Jenderal TNI Moeldoko. Abu Jandal diketahui telah tewas sekitar bulan September 2016. Peran Abu Jandal dalam kelompok radikal ISIS di Indonesia adalah melakukan rekrutmen dan membantu perjalanan WNI simpatisan ISIS ke Timur Tengah. Tokoh kedua adalah Bahrumsyah. WNI yang sudah tewas di Suriah pada Maret 2017 ini pernah mendapat sorotan karena mengeluarkan video yang berisi undangan bagi warga Indonesia untuk bergabung dengan ISIS di Timur Tengah. Bahrumsyah diketahui sebelum berangkat ke Suriah pernah memimpin kelompok teror Mujahidin Indonesia Barat. Tokoh ketiga adalah Bahrun Naim. Otak dari beberapa aksi teror di Indonesia ini diyakini oleh banyak pihak telah tewas pada awal Desember 2017.

Tewasnya Bahrun Naim ini secara signifikan melemahkan kelompok radikal yang berafiliasi dengan ISIS di Indonesia. Dari catatan beberapa aksi teror di Indonesia yang mendapat kendali teknis dan finansial dari Bahrun Naim, menunjukkan bahwa peran Bahrun Naim terhadap aksi teror di Indonesia sangat signifikan. Hal ini sekaligus menguatkan prediksi bahwa pasca kematian Bahrun Naim aksi-aksi teror di Indonesia akan semakin lemah. Ketiadaan dukungan teknis dan finansial dari Suriah sangat berpengaruh dalam melemahnya bahkan ketidakmampuan kelompok radikal untuk melakukan aksi teror lagi.

Dengan kalahnya ISIS di Irak dan Suriah, dan kondisi umum di Timur Tengah yang banyak mengecewakan WNI simpatisan ISIS yang berangkat ke Timur Tengah, diperkirakan membuat kekuatan ISIS di Indonesia akan semakin meredup. Para simpatisan akan memilih menjadi sel tidur, atau bahkan tidak mendukung ISIS lagi karena kekecewaan mereka terhadap situasi yang dialami di Irak dan Suriah. Hal inilah yang menjadi kesempatan emas bagi pemerintah untuk melakukan deradikalisasi dan penanganan WNI eks simpatisan ISIS dari Irak dan Suriah.

Indonesia diperkirakan akan lebih aman dari aksi teror dibanding tahun sebelumnya. Namun aksi teror yang dilakukan oleh kelompok radikal masih tetap berpeluang terjadi. Peluang kecil ini akan dimanfaatkan oleh pelaku-pelaku lone wolf, yang bergerak sendirian dan sulit dideteksi keberadaannya. Aksi lone wolf terror ini, walaupun nekad, cenderung kecil dampaknya karena kemampuan dan ketrampilan yang terbatas.

*) Stanislaus Riyanta, pengamat intelijen dan terorisme, alumnus Pascasarjana Kajian Stratejik Intelijen Universitas Indonesia, saat ini sedang menempuh studi Doktoral di Universitas Indonesia.

 

Artikel Terkait