
Jakarta, INDONEWS.ID – Aksi lempar-lemparan kursi terjadi di ruang sidang utama di KongresV Partai Amanat Nasional (PAN) di Hotel Claro, Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), pada Selasa (11/2).
Aksi lempar-lemparan kursi itu terjadi karena masing-masing kubu hendak mempertahankan calon ketua umumnya.
Pengamat politik dari President University, Muhammad AS Hikam mengatakan, sebuah hajatan kongres partai yang diwarnai lempar-lemparan kursi adalah salah satu bukti sebuah praktik berdemokrasi yang cacat etika.
“Kalau ada pihak yang bilang bahwa fenomen itu adalah hal yang wajar, maka kudu harus dipertanyakan integritas nalar dan nuraninya,” ujar Hikam, melalui siaran pers di Jakarta, Kamis (13/2).
Menurut Hikam, hasil kongres semacam itu barangkali secara legal formal dan politik tak dianggap cacat. Tetapi secara etik, legitimasi hajatan politik seperti itu jelas rendah.
“Bukan tidak mungkin pasca-Kongres nanti parpol yang bersangkutan akan mengalami degradasi baik dalam kualitas organisasi, penerimaan publik, maupun kapasitas dalam berkontestasi,” ujarnya.
“Berdemokrasi bukan hanya soal bagaimana meraih kemenangan, tetapi soal bagaimana kemenangan itu punya legitimasi yang tinggi dari aspek legal, politik, dan moral,” pungkas Hikam. (Very)