Bisnis

Perdalam Struktur, Investasi Industri Baja USD 95 Juta Bisa Hemat Devisa USD 24 Juta

Oleh : very - Sabtu, 16/12/2017 14:11 WIB

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto didampingi Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) I Gusti Putu Suryawirawan serta Direktur Industri Logam Doddy Rahadi memberikan pemaparan mengenai upaya Kementerian Perindustrian dalam memacu daya saing industri baja nasional pada acara Penandatanganan MoU PT Krakatau Steel dengan Sango Corporation di Jakarta, 15 Desember 2017. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Industri baja nasional semakin memperdalam struktur manufakturnya sehingga mampu mendorong peningkatan penggunaan bahan baku lokal dan mengurangi ketergantungan terhadap produk impor serupa. Upaya strategis ini dilakukan melalui kerja sama antara PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. dengan Sango Corporation, Jepang.

“Ini merupakan salah satu momentum sejarah lagi mengenai pendalaman struktur industri nasional, di mana saat ini realisasi investasi akan menghasilkan produk wire rod untuk pengembangan industri otomotif di Indonesia,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto usai menyaksikan penandatangan MoU yang dilakukan kedua perusahaan tersebut di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Jumat (15/12).

Menteri Airlangga didampingi Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) I Gusti Putu Suryawirawan serta Sekjen Kemenperin Haris Munandar menyaksikan penandatanganan MoU tentang Pengembangan Industri Baja untuk Sektor Otomotif yang dilakukan Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi dengan Board Director Sango Corporation, Hashiguchi Tomoya.

Menperin menjelaskan, nilai investasi dari proyek kerja sama ini sebesar USD95 juta untuk menghasilkan produk baja khusus berupa wire rod dan wire yang akan diaplikasikan guna memenuhi kebutuhan bahan baku di sektor otomotif. Pabrik ini bakal memiliki kapasitas produksi mencapai 40 ribu ton per tahun dan menyerap tenaga kerja sebanyak 150 orang.

“Dengan investasi ini juga akan menghemat devisa sebesar USD24 juta per tahun, karena kita tidak akan lagi impor produk tersebut,” terangnya.

Airlangga meyakini, melalui pendalaman struktur industri ini, pasokan bahan baku untuk sektor otomotif dan komponen di Indonesia akan semakin baik. Selain itu, kualitas kontrol dan hasilnya lebih terjamin dan terjaga karena dilakukan di dalam negeri. “Kalau sebelumnya dari impor, apabila ada kerusakan selama shipment itu produknya tidak bisa dikembalikan,” ungkapnya.

Dirjen KPAAI menyampaikan, kerja sama ini digagas dalam misi investasi yang dipimpin oleh Menperin Airlangga pada pertemuan dengan CEO Sango bulan Oktober 2016 di Tokyo-Jepang. Kemudian dilanjutkan dengan joint study model suplai industri wire rod di Indonesia dan survey market industri komponen otomotif berbasis wire rod. “Pada tahun 2017, telah dilakukan beberapa kali rapat koordinasi dan selanjutnya dilaksanakan pertemuan kedua antara Menteri Perindustrian dengan CEO Sango pada Oktober 2017 di Nagoya, Jepang,” tuturnya.

Menurut Putu, dalam program pendalaman struktur industri, pemerintah tengah memfokuskan hilirisasi pada tiga kelompok industri pengolahan, yaitu sektor industri besi baja, petrokimia, dan kimia dasar. Ketiga industri tersebut dinilai sebagai driving sector bagi manufaktur lainnya.

“Kebutuhan baja yang meningkat setiap tahunnya harus diimbangi dengan tumbuhnya investasi baru di Indonesia,” tegasnya.

Industri baja, sebagai salah satu komponen utama dari industri logam dasar, diperkirakan masih akan terus tumbuh dengan rata-rata enam persen per tahun sampai tahun 2025. Hal ini dipicu oleh tingginya permintaan bahan baku untuk sektor konstruksi yang tumbuh 8,5 persen, diikuti sektor otomotif yang tumbuh 9,5 persen. (Very)

 

Artikel Terkait