Politik

Mahfud Dihadang Pihak yang Tak Setuju dengan Cara Manipulatif

Oleh : very - Rabu, 15/08/2018 17:30 WIB

AS Hikam, Pengamat dari President University. (Foto: Ist)

 

Jakarta, INDONEWS.ID - Kesaksian dari mantan Ketua MK, Prof. Mahfud MD pada Selasa malam (14/08/18) di acara ILC TV One, menampilkan sisi hitam elite bangsa ini. Konspirasi untuk mengganjal pencawapresannya terjadi direncanakan serta dieksekusi dengan "dingin" dan profesional sehingga tampil seakan normal dan secara etik, legal, dan politik dapat diabsahkan.

Mahfud MD menuturkan secara detil apa yang dialaminya sejak 1 Agustus malam saat beliau dipanggil di rumah dinas Mensesneg, untuk dikabari bahwa pilihan Presiden Joko Widodo semakin mengerucut ke arah beliau, sampai dengan urungnya pencawapresan beliau pada 9 Agustus petang.

Pengamat Politik dari President University AS Hikam mengatakan, kronologi yang disampaikan Mahfud, walaupun cukup singkat, tetap to the point, sangat lugas, dan faktual, termasuk penjelasan tentang keputusan yang harus diambil oleh Presiden Jokowi dan pengumuman nama KH Ma`ruf Amin (KH MA) sebagai cawapres kubu petahana.

"Bagian yang paling membuat saya terkejut dan terharu serta geram bukanlah kronologi tersebut di atas (beberapa di antaranya sudah banyak dimuat di media dan medsos), tetapi bagaimana Mahfud dihadang oleh pihak-pihak yang tidak setuju terhadap beliau dan cara cara manipulatif yang digunakan mereka. Bukan hanya itu. Nama-nama yang disebut Mahfud dalam kesaksian beliau, meskipun sudah sering muncul, tetap saja membuat hati saya bergidik!,” ujarnya kepada kepada Indonews.id, di Jakarta, Rabu (15/8/2018).

Pemahaman terhadap narasi Mahfud adalah bahwa NU sebagai ormas Islam terbesar di negeri ini telah dimanipulasi oleh oknum-oknum elitnya bersama oknum-oknum elite parpol yang mengklaim sebagai wadah warga NU dalam berpolitik. Karena kepentingan pribadi untuk menduduki kursi cawapres, digunakanlah tudingan-tudingan dan manipukasi politik terhadap Mahfud, mulai dari meragukan ke-NU-an beliau, mempertanyakan dan menolak status "kader" Mahfud dalam NU, sampai kepada mengancam Jokowi jika orang nomor satu RI tersebut nekad memilih Mahfud sebagai Cawapres.

Pengakuan Mahfud mungkin akan dianggap masih sepihak oleh sebagian orang. Tetapi harus diingat reputasi dan kredibilitas beliau sebagai pribadi, tokoh, dan pemegang amanah negara yang tak dapat diragukan.

“Pihak yang menolak testimoni, hemat saya, bisa memberikan jawaban kontra dan bahkan kalau perlu membawanya ke ranah hukum. Namun saya yakin bahwa publik di negeri ini akan tetap di pihak Mahfud karena mereka tahu bawa mantan Katua MK ini tak akan berbohong atau berlebih-lebihan,” ujar AS Hikam.

Kini publik dan khususnya warga nahdliyyin sudah paham bagaimana ambisi politik telah meracuni elite ornas dan parpol yang mengklaim didukung warga NU. Publik juga kini paham bagaimana sistem parpol yang ada ternyata membelenggu upaya pemilihan calon-calon pemimpin yang berkualitas. Publik juga menyaksikan bagaimana laku politik yang tidak didasari etik akan menciptakan petaka bagi bangsa.

“Konspirasi untk menggagalkan Mahfud MD sebagai cawapres Presiden Jokowi mungkin telah berhasil dan para pelakunya bersorak gembira. Namun anak bangsa dan negeri ini kini makin terkoyak dan nelangsa. Karena sebagian elite mereka ternyata hanyalah para manipilator dan konspirator belaka. Na`udzubillah min dzalik!,” pungkasnya. (Very)

 

 

Artikel Terkait