Nasional

Yuddy Chrisnandi: Dari Kyiv Menulis Indonesia

Oleh : Tirto.p - Selasa, 08/10/2019 19:20 WIB


Prof. Yuddy Chrisnandi sedang memberikan paparan terkait buku karyanya, "Dari Kyiv Menulis Indonesia"

Jakarta, Indonews.id – Duta Besar Indonesia untuk Ukraina, Georgia dan Armendia, Prof. Dr. Yuddy Chrisnandi, S.H., M.E. meluncurkan buku karyanya berjudul “Dari Kyiv Menulis Indonesia”. Buku terbitan Madani Institute tersebut diluncurkan di Aula Blok I Universitas Nasional pada 8 Oktober 2019. Mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB) ini menuangkan pemikiran selama menjalankan tugas menjadi Dubes sejak April 2017 ke buku karyanya tersebut.

 

Kegiatan peluncuran buku karya Yuddy dihadiri berbagai tokoh seperti Ketua Dewan Pakar Golkar Agung Laksono, Politisi Gerindra Fadli Zon, guru besar ilmu komunikasi Universitas Indonesia Prof. Dr. Ibnu Hamad. Dan civitas akademika Universitas Nasional. Prof. Ibnu Hamad memberikan kata pengantar dalam buku tersebut, menurutnya Yuddy selaku dubes berperan sebagai dealer yang kreatif dan inovatif. Pasalnya, Yuddy tidak selalu menikmati posisi namun justru dengan posisi yang dimilikinya, ia ingin gunakan wewenang untuk kemaslahatan lingkungan sosial, bangsa dan negaranya. Menurut pengamatan Prof. Ibnu Hamad, Yuddy bukan hanya sebagai wakil (dealer) Indonesia di luar negeri namun juga menjalankan kepemimpinan (leadership) dalam menjadi Dubes.

 

Buku yang diluncurkan menjadi benang merah pandangan, kepedulian dan visi Yuddy terkait pertahanan dan keamanan Indonesia, dalam aspek geopolitik, ekonomi dan pemetaan politik dalam negeri. Salah satu hal penting yang disampaikan dalam buku ini adalah tentang Populisme di Era Teknologi Informasi, menjelaskan pergeseran kehidupan bangsa dan negara yang disebabkan kemajuan IT (information technology) dari communal state menjadi global individual.

 

Yuddy mengingatkan dalam sambutannya bahwa kemajuan teknologi informasi yang dapat mengubah tatanan dunia, pola perilaku dan juga adanya populisme telah diprediksi sekitar 50 tahun lalu. Saat ini, teknologi informasi terbukti mengendalikan tatanan sosial budaya, pengaruhi perdagangan domestik maupun internasional, mengubah peta politik hingga revolusi sistem pertahanan dan keamanan dunia. Negara maju menghabiskan banyak anggaran militer untuk teknologi informasi.

 

Yuddy berpendapat penguasaan teknologi informasi, penguasaan Big Data, penguasaan algoritma dan artificial intellegence (kecerdasan buatan) merupakan senjata berbahaya bagi kelangsungan hidup manusia di dunia. Hal tersebut disebabkan kemampuan teknologi mengendalikan perilaku, kebiasaan, pemikiran manusia secara masal dalam waktu singkat. Perang masa depan akan dilakukan oleh sistem algoritma yang mengendalikan informasi hingga provokasi bagi suatu kelompok masyarakat. Sistem ini bahkan dapat mengendalikan seluruh peralatan perang tanpa tangan manusia.

 

Sistem kekuasaan dari artificial intellegence (kecerdasan buatan) akan menjadi musuh nomor satu umat manusia di masa mendatang. Sistem tersebut tidak terikat batas negara dan hukum karena ruang geraknya belum terjangkau hukum. Melalui buku ini, Yuddy menawarkan posisi Indonesia menghadapi masa mendatang. Yuddy berpendapat dalam membahas masa depan Indonesia maka hal tersebut bukan persoalan presiden, DPR, partai dan sebagainya, melainkan keterpanggilan Bangsa Indonesia.

 

Beberapa hal yang menurutnya perlu diperhatikan untuk masa depan Indonesia antara lain; Pertama, terkait politik internasional Indonesia perlu revitalisasi kepemimpinan ASEAN dan negara-negara Islam. Kedua, perkuat ketahanan pangan dan energi, optimalkan teknologi pertanian khususnya yang menjadi andalan devisa. Ketiga, sektor pariwisata perlu didorong mengingat mendatangkan dana yang besar. Keempat, investasikan untuk SDM secara terfokus. Kelima, terkait politik dalam negeri, pemilu legislatif dan Pilpres perlu terpisah, penghapusan threshold sehingga masing-masing partai dapat mengajukan. Berkaca pada Pemilu di Ukraina yang mana 43 partai mencalonkan presiden kemudian setelah terpilih, Pileg baru digelar.

Artikel Lainnya