Wajah Garang Kabinet Indonesia Maju

Oleh : Rikard Djegadut - Rabu, 23/10/2019 15:32 WIB

Rudi S. Kamri, Pengamat Sosial Politik, tinggal di Jakarta. (Foto: Ist)

Oleh : Rudi S Kamri*)

Opini, INDONEWS.ID - Hari ini momen yang ditunggu-tunggu oleh rakyat Indonesia akhirnya menjadi kenyataan, Presiden Joko Widodo dengan didampingi Wakil Presiden KH Ma`ruf Amin mengumumkan susunan kabinet yang dinamakan Kabinet Indonesia Maju.

Tidak ada kejutan yang berarti atas personalia kabinet tersebut karena selama dua hari sebelumnya publik sudah dibuat terkejut-kejut atas keputusan Presiden.

Kesan yang saya tangkap secara keseluruhan terhadap Kabinet Indonesia Maju ini adalah berwajah keras dan garang. Penunjukan Prabowo Subianto sebagai Menteri Pertahanan (Menhan), Fachrul Razi sebagai Menteri Agama (Menag) dan Tito Karnavian sebagai Menteri Dalam Negeri (Mendagri) cukup mengesankan pragmatisme Presiden Jokowi dalam menyusun tim kerjanya.

Ada aroma kuat Presiden Jokowi ingin mengamankan program kerjanya tanpa pusing diganggu oleh kelompok- kelompok radikalisme yang berpotensi merongrong jalannya pemerintahan.

Dengan `conductor` dari Mahfud MD sebagai Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam), diharapkan potensi gangguan dari kelompok destruktif tersebut bisa dijinakkan dengan mudah.

Pekerjaan Rumah (PR) besar Mahfud MD adalah kepiawainya dalam menjinakkan singa tua Prabowo Subianto yang berpotensi besar melakukan politik keras dan `single fighter` saat menjalankan operasionalisasi strategi pertahanan negara.

Rekam jejak Prabowo saat menjadi Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus yang `show off` bisa dijadikan referensi. Sifat Prabowo yang cenderung keras agak sulit ditundukkan untuk garis lurus hanya menjalankan visi misi Presiden dan Wapres.

Ada potensi Prabowo punya agenda pribadi dalam menjalankan kebijakannya. Sekali lagi ini PR besar bagi Mahfud MD dalam bertindak sebagai `conductor` bidang politik, hukum dan keamanan.

Aroma keras wajah Kabinet Indonesia Maju itu bisa jadi akan menimbulkan resistensi bagi geopolitik Asean dan global serta berpotensi direspon negatif oleh pasar.

Satu-satunya jalan untuk melembutkan wajah kabinet Indonesia Maju adalah Presiden Jokowi harus berani melakukan balancing dengan mengangkat Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) dari figur sipil yang mempunyai kapasitas dan kapabilitas yang tinggi di bidang intelijen serta berpengalaman luas dalam melakukan pendekatan lunak (soft approach) dalam mengoperasikan mesin intelijen kita.

Kalau kita jujur mengevaluasi kinerja BIN selama lima tahun terakhir mulai dipimpin oleh Jenderal TNI dan dilanjutkan dengan Jenderal Polisi, sangat memprihatinkan. "Early warning system` atau sistem deteksi dini praktis tidak bekerja dengan baik. Banyak peristiwa yang terkesan "kecolongan" terjadi akhir-akhir ini.

BIN terkesan tidak mampu mencegah munculnya api membara, yang dilakukan hanya sibuk untuk memadamkan api yang sudah terlanjur membumi- hanguskan negeri ini. Kasus Papua, demo anarki sampai penusukan terhadap Wiranto menunjukkan aparat intelijen negara tidak bekerja dengan seharusnya.

Satu-satunya jalan untuk meningkatkan kinerja BIN dan untuk membalancing wajah Kabinet Indonesia Maju yang keras Presiden Jokowi harus mencari figur sipil yang mumpuni di bidang itu.

Menurut saya penunjukan figur sipil sebagai Kepala BIN oleh Presiden Jokowi adalah satu-satunya jalan cerdas untuk menetralisir kekerasan wajah kabinet Indonesia Maju sekaligus upaya meningkatkan kinerja intelejen negara.

Kalau Presiden Jokowi kembali menunjuk figur tentara atau polisi menjadi Kepala BIN, berarti terkesan Presiden terperosok dalam lubang yang sama atau mengulangi kesalahan yang sama. Dan akibatnya wajah kabinet Indonesia Maju bukan hanya terkesan garang tapi juga menjadi merah meradang. Let`s see !!!

Salam SATU Indonesia
23102019

*)Rudi S. Kamri adalah Pengamat Sosial Politik tinggal di Jakarta

Artikel Terkait