Nasional

HUT PSAPI: Konsisten Beri Kontribusi Kepada Kedirgantaraan Indonesia

Oleh : hendro - Jum'at, 17/01/2020 10:45 WIB

Pemred Indonews.id bersama ketua PSAPI Marsekal Chappy Hakim

Jakarta, INDONEWS.ID - Plaza Sentral Jakarta, telah berlangsung Pertemuan Bulanan pertama di Tahun 2020 Pusat Studi Air Power Indonesia (PSAPI) Kamis, (16/1/2020) kemarin.    Kegiatan PSAPI telah dimulai untuk pertama kalinya pada tanggal 9 Januari 2019 dengan menggelar diskusi di Perpustakaan Nasional Jalan Merdeka Selatan Jakarta Pusat.   Dengan demikian maka PSAPI pada pertemuan kali ini sekaligus merayakan ulang tahunnya yang pertama.

Pertemuan bulanan yang telah berlangsung konsisten setiap bulan, sepanjang tahun 2019 telah menghasilkan beberapa bulletin 3 bulanan dan juga sebuah buku yang diterbitkan pada akhir tahun 2019 yang lalu.   Buku dengan judul Bunga Rampai Dirgantara Indonesia berisi tulisan-tulisan yang muncul dari hasil diskusi setiap bulannya yang dikumpulkan menjadi satu produk literasi dari PSAPI.   Harapannya adalah PSAPI dapat konsisten menerbitkan bulletin 3 bulanan dan sebuah buku pada setiap akhir tahun.

Garis besar isi dari buku adalah memuat materi diskusi yang terdiri dari pemikiran-pemikiran para peserta baik yang berupa ide atau gagasan untuk memajukan kedirgantaraan nasional maupun pembahasan mendalam tentang “hot issue” yang tengah berkembang belakangan ini.   Tentu saja menjadi menarik karena kesemua itu keluar dari mereka yang berkompeten dibidangnya masing-masing dengan pengalaman puluhan tahun, baik sebagai akademisi dan juga sebagai praktisi.   Sesuai hasrat semula pembentukan wadah ini yang bertujuan pada saatnya akan dapat berperan sebagai Think Tank yang kredibel dan dapat turut serta dalam laju pembangunan negeri di bidang kedirgantaraan.

Pertemuan pagi hari tadi merupakan sesi diskusi bulan Januari tahun 2020 sekaligus merayakan ulang tahun pertama PSAPI dan juga merupakan momen peluncuran buku tahunan Bunga Rampai Dirgantara Indonesia. Alhamdulilah seluruh acara dapat berlangsung dengan aman dan lancar.   Lebih kurang 40 orang peserta telah hadir dan aktif berdiskusi yang diakhiri dengan sesi “tiup lilin”, santap siang bersama dan ritual Foto Bersama untuk mengabadikan wajah ceria dari seluruh peserta.  

Diawali dengan kata pembuka yang menegaskan sekali lagi tentang tujuan dari wadah PSAPI ini.   PSAPI dimaksudkan dapat menjadi tempat belajar bersama atau pusat studi kedirgantaraan “berbagi untuk negeri” dengan pelaksanaan kegiatan diskusi dalam format “bertukar pengalaman dan pengetahuan”.   Penekanan tentang mekanisme kegiatan belajar bersama ini yang berlandas kepada proses “sharing” atau berbagi dan bukan bertujuan untuk “bersaing” serta senantiasa berlandas pada tata krama budi pekerti.   Tentu saja hasil akhir akan dirumuskan tersendiri terutama pada topik-topik yang penting dan sensitif untuk dapat diteruskan langsung kepada para pengambil keputusan dalam jajaran elit pemerintahan.   Hal-hal  kontroversi yang berpotensi memunculkan terjadinya “benturan” tidak akan di salurkan ke media agar tidak menambah hiruk pikuk pemberitaan yang tengah melanda belakangan ini.

Topik yang diangkat dalam diskusi pagi tadi adalah tentang bencana banjir kaitannya dengan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), heboh di perairan Natuna dengan mengangkat studi kasus peristiwa Bawean   dan beberapa hal lain berhubungan dengan derap irama pembangunan dibidang kedirgantaraan nasional.   Turut berbicara mengenai cuaca, Bapak Sri Diharto mantan Kepala BMKG dan Captain Sadrach Nababan.   Mengenai perairan Natuna yang mengangkat kasus analogi peristiwa Bawean dalam hubungannya dengan penegakan kedaulatan negara diuraikan sendiri oleh Marsdya TNI Purn Wresniwiro, mantan Panglima Kohanudnas dan ketinggalan Pemred Indonews Asri Hadi.   Usai presentasi peristiwa Bawean, Marsdya Wresniwiro membagikan buku Peristiwa Bawean kepada seluruh peserta . 

Berikutnya, Prof. Supancana juga telah memberikan sebuah buku  berjudul Behind and  Beyond Chicago Convention yang berisi artikel-artikel penting berkait kedaulatan negara di udara yang di tulis para pakar kenamaan internasional, termasuk salah satunya adalah tulisan Prof Supancana sendiri.    Buku tersebut di edit langsung oleh Prof Pablo Mendes de Leon, Direktur  International Institute of Air and Space Law of Leiden University.

Artikel Terkait