Nasional

Mengenal Sosok Christina Rantetana, Jenderal Wanita Pertama di ASEAN

Oleh : Rikard Djegadut - Minggu, 17/05/2020 14:01 WIB

Laksamana Muda wanita pertama di TNI AL Christina Rantetana (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Sepanjang sejarah TNI AL, hanya ada satu wanita yang menyandang bintang di pundaknya. Dialah Laksamana Pertama Christina M Rantetana, satu-satunya wanita yang menjadi perwira tinggi di tubuh TNI AL.

Namun pertanyaannya, bagaimana ia sampai pada puncak itu? Wanita kelahiran 24 Juli 1955 ini ternyata dikenang sebagai "wanita serba pertama" di jajaran TNI Angakatan Laut. Dilansir dari berbagai sumber Kamis 14 Mei 2020, Christina tercatat sebagai Laksamana Muda wanita pertama di TNI AL.

Tidak hanya menjadi wanita berpangkat Laksamana Muda wanita pertama, tapi ia juga menjadi Jenderal wanita pertama se-ASEAN. Tentu ini menjadi kebanggaan tersendiri, khususnya bagi kaum hawa.

Karena selama ini, perempuan selalu dipandang rendah oleh laki-laki. Bahkan tak jarang, ada yang mengatakan bahwa setinggi-tingginya pendidikan yang diraih oleh perempuan, maka ia akan tetap berada di dapur.

Tapi semua itu berhasil dipatahkan oleh wanita asal Toraja itu. Tidak tanggung-tanggung, Christina juga menjadi Kowal pertama yang menjabat sebagai anggota DPR RI periode 1997-1999 dan 1999 hingga 2004.

Christina juga tercatat sebagai wanita pertama yang menjadi Direktur Sekolah Kesehatan Angkatan Laut. Kemudian menjadi anggota Kowal pertama yang mengikuti pendidikan S2 Di Tulane University, New Orleans, Amerika Serikat.

Serta Christina juga menjadi anggota Kowal pertama yang menjadi staf ahli Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan Bidang Ideologi dan Konstitusi. Selain itu, ia juga menjadi wanita pertama yang mengikuti Sekolah Staf dan Komando (SESKO) di Royal Australian Naval Staf Course di Sydney, Australia.

Wanita tangguh satu ini akhirnya harus kalah dengan penyakit yang dideritanya. Ia diketahui harus menjalani serangkaian protokol kesehatan yang berlangsung di RS AL Mintoharjo, Jakarta. Namun takdir berkata lain, Christina Maria Rentetana wafat pada 31 Juli 2016 sebelum menjalani protokol kesehatan.

Merubah Kultur

Pada tanggal 1 November 2002, Laksamana Bernard Kent Sondakh melantiknya menjadi perwira tinggi wanita pertama TNI AL.

"Saya bangga negara mempercayai saya. Tapi ini juga tantangan karena tugas perwira tinggi itu tidak ringan," ujar Christina usai perayaan HUT ke-47 Kowal di Mabes TNI AL, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (5/1/2010).

Christina mengaku selalu bekerja keras dan terus bekerja cerdas. Menjadi seorang ibu, sekaligus seorang laksamana dengan tugas menumpuk tentu tidaklah mudah.

"Saya bagi skala prioritas. Kadang saya kerja malam-malam," terangnya.

Di HUT ke-47 Kowal, Christina melihat kultur yang ada di masyarakat kurang membuat wanita bisa berkiprah. Menurutnya, dalam pola pikir masyarakat, wanita masih identik dengan konsumsi, protokoler, administrasi atau kesehatan.

"Ini kultur yang secara perlahan-lahan harus diubah. Di Australia, wanita sudah bisa bekerja di kapal selam," terangnya.

Christina pun berharap, suatu saat Kowal dapat bertugas secara reguler di kapal perang, atau menjadi bagian inti dari pasukan elit TNI AL seperti Denjaka dan Taifib.

"Why not?" tukas Master of Public Health, lulusan Tulane University, New Orleans, ini.

Sebagai langkah awal, Christina berharap Akademi Angkatan Laut (AAL) mau membuka kesempatan bagi remaja putri untuk mendaftar.

Menurutnya, sulit bagi wanita lulusan sarjana yang masuk melalui jalur untuk perwira karir bersaing dengan lulusan AAL, karena perbedaan spektrum penugasan.

Bukan tidak mungkin AAL membuka kesempatan bagi remaja putri. Karena Akademi Kepolisian pun sudah membuka kesempatan bagi wanita untuk menjadi taruna.

"Waktu itu pelantikan anak saya dari Akpol, saya beri selamat pada para taruna putri yang lulus. Saya bilang selamat, kalian hebat. Mereka bilang, ibu yang hebat sudah brigjen. Saya balas saya tidak bisa jadi KSAL, tapi kalian bisa jadi Kapolri karena lulusan Akpol," kisahnya.*

 

 

Artikel Terkait