Nasional

Deklarasi Gerakan Generasi Z Indonesia (GEN-ZI)

Oleh : Rikard Djegadut - Jum'at, 22/05/2020 08:30 WIB

Deklarasi Gerakan Generasi Z Indonesia secara virtual berlangsung pada Selasa (20/5/2020)

Jakarta, INDONEWS.ID - Hari Kebangkitan Nasional yang dirayakan pada 20 Mei setiap tahunnya digunakan sebagai momentum dasar dilakukannya Deklarasi Gerakan Generasi Z Indonesia (GEN-ZI). Sebanyak hampir 200 orang dari berbagai penjuru tanah air hadir melalui virtual zoom meeting di tengah situasi bangsa yang sedang berperang melawan wabah Covid-19. 

Menariknya, sebagian besar adalah anak-anak muda Generasi Z (lahir tahun 1995-2010) dari berbagai perguruan tinggi di seluruh tanah air, hadir juga  beberapa siswa Sekolah Menengah, didukung para pakar, akademisi dan tokoh masyarakat. 

Ketua MPR RI, Bapak H. Bambang Soesatyo hadir sebagai pembicara pertama. Beliau menggaris bawahi pemuda sebagai anak biologis Pancasila wajib memiliki integritas tinggi, unggul berbasis budaya Indonesia, tidak luntur karena infiltrasi asing atau akulturasi. Menyitir perkataan Ki Hajar Dewantoro "Ing  Ngarso Sung Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani". 

"Setiap generasi harus saling mendukung dan menyemangati agar terbentuk jembatan peralihan dari generasi satu ke generasi berikut," ungkap Bamsoet.
 
Komjen Pol. (Purn) Nanan Soekarna, Dewan Penasehat sekaligus Pelindung GEN-ZI yang menyebut dirinya sebagai YOLD (Young and Old) memberikan 3 hal penting sebagai landasan GEN-ZI yakni spiritualisme, baturalisme dan Enterpreneurship. 

"Nasionalisme berbicara 4 pilar (UUD 45, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI) harus menyentuh sampai ke kalbu hati yang paling dalam (little brain heart), bukan hanya pada logika," terang Nanan. 

Sementara itu, founder ESQ Leadership Dr. Ary Ginanjar Agustian, menyampaikan rasa bangga dan mengapresiasi apa yang dilakukan GEN-ZI. Ibarat sebuah rumah, generasi ini harus mempunyai 4 pilar sebagai fondasi, sedang tiangnya adalah nilai-nilai moral bangsa yaitu  jujur, tanggung jawab, visioner, disiplin, kerjasama, adil dan peduli. 

Enterpreneurship, tambah Ginanjar, merupakan atap, sementara Spiritualisme merupakan perekat pondasi dan tiang. Generasi ini diharapkan melakukan sinergi dan toleransi yang kuat, karena generasi yang juga diancam oleh bahaya narkoba yang menelan korban 100 orang tiap hari, belum korban karena alkohol dan lain-lain. 

“Jika ingin menanam untuk satu tahun tanamlah gandum; Jika ingin menanam untuk 10 tahun tanamlah pohon; Jika ingin menanam untuk 100 tahun tanamlah GEN-ZI,” pungkas Ginanjar.

Mewakili Generasi Z, Trista Larasati Nagel (19) mengidentifikasi Siapa Generasi Z itu.  GEN-ZI itu All in One Package. Bisa menjadi siapa saja, punya banyak keahlian, passion, berani dan optimis. Almost everything is possible!  GEN-ZI, menurutnya, siap dengan Rapid Change of the World, sebuah dunia tanpa batas (borderless), lintas batas (cross countries). Generasi sebelum GEN-ZI me-label generasi ini sebagai generasi yang komunikasinya buruk, malas, tidak peka, generasi nunduk bahkan rebahan. 

"Cobalah berdiri di sepatu GEN-ZI! Dengan perangkat seukuran telapak tangan itu generasi ini bisa melakukan banyak hal melebihi generasi milenial yang melibas sekian besar lapangan pekerjaan, bahkan lebih kejam," tegas Tristan.

Disisi lain, Trista mengungkapkan, sebuah generasi yang lapar dan harus akan sharing dan caring: implementasi dari keluhuran budi, kemampuan memilah benar – salah, alih-alih iming-iming uang dan kekuasaan. Berikan contoh cara mencintai negeri ini, contoh sikap takut ingkar janji kepada Tuhan. Disisi lain GEN-ZI lelah didera berita-berita tentang korupsi.

Ketua Panitia Acara Deklarasi, Ashraf Fikri bangga menjadi Generasi Z. Dalam waktu yang sangat singkat, didukung oleh jaringan GEN-ZI di berbagai propinsi telah membuktikan bahwa mereka mampu melakukan pekerjaan besar. Tentu saja tidak bisa terlepas disertai  dukungan berbagai pihak.

Harapan besar terhadap eksistensi generasi ini datang dari Prof. Dr. Ir. Winarni Dien Monoarfa, MS, dari Prof. Dr. Basuki Rekso Wibowo dan Prof. Dr. H. Iswan A. Nusi. 

Dalam kesempatan itu, Prof. Iswan Nusi menitikberatkan proses pertumbuhan dini usia 7-9 tahun baik Ekososbud, pertumbuhan rasio dan mental-moralitas. Mereka mengungkapkan rasa bangga hadir sebagai saksi deklarasi kebangkitan sebuah generasi dalam semangat kebangkitan Nasional. 

Bagian akhir acara ini merupakan seminar singkat menghadirkan nara sumber Ketua ASPIKOM, Dr. Muhammad Sulhan dan Dr. Dadang Rahmat Hidayat dengan moderator Dr. Abd. Razak Mozin, S.Ag, M. Si.  

Ketua ASPIKOM menyitir sebuah ungkapan tentang generasi Z sebagai generasi strawberry: Indah, menarik, manis tetapi rapuh karena perlu proses lama untuk mental healing. Generasi yang kompetitif, kontestasi, multi tasking. 

Dr. Dadang Rahmat Hidayat menekankan kepada tiap generasi untuk saling mengajari. 

Evvi S. Chandra merupakan tokoh penggagas terbentuknya GEN-ZI, didukung penuh Dr. Abd. Razak Mozin menyatakan latar belakang pelaksanaan deklarasi generasi Z. GEN-ZI diharapkan menjadi wadah bagi generasi ini untuk mereka dapat berperan aktif, diikutsertakan dalam pembangunan Indonesia. 

"Kemajuan bangsa diperoleh dari kemampuan menyiapkan Sumber Daya Manusia yang unggul, mempersiapkan generasi ini mewujudkan Indonesia Emas 2045," harap Razak.*( Rikardo). 
 

Artikel Terkait