Nasional

Din Syamsudin Harap New Normal Tidak Menjadi New Crisis

Oleh : Ronald - Sabtu, 30/05/2020 21:13 WIB

Ketua Umum Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN-PIM), Din Syamsuddin (Foto : Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Rencana penerapan new normal di tengah pandemi virus corona masih menuai sorotan, meski beberapa daerah akan memulai pada 1 Juni. Hal ini tak terlepas karena kurva penyebaran COVID-19 masih tinggi.

Ketua Umum Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju (DN-PIM), Din Syamsuddin, menyadari pandemi corona telah membuat kehidupan, mulai dari kesehatan, sosial, dan ekonomi, terdampak. Untuk memperbaikinya pun membutuhkan waktu.
 
Dirinya pun memberikan pandangannya terkait rencana kenormalan baru atau new normal yang akan diterapkan. Menurutnya hal tersebut dirasa baik, jika yang diutamakan kepentingan masyarakat.

"Kepentingan basis daerah per daerah, maka kebersamaan kita, bersama kita bisa, itu harus saatnya diterapkan kebersamaan dalam arti sejati," ujar Din dalam sebuah diskusi daring yang digelar Dewan Nasional Pergerakan Indonesia Maju dengan tema `The New Normal Indonesia: Apa Maksudnya, Sudah Waktunya, Apa Agenda Semestinya?`,Sabtu (30/5/2020).

Ia berharap pemerintah mempertimbangkan sejumlah aspek terlebih dulu sebelum menerapkan new normal. Sebab, ia menilai new normal yang dipaksakan bisa mengakibatkan krisis baru. Lantaran ia menilai kurva penyebaran corona belum menurun.
 
"Ketika dipaksakan sementara krisis masih berlangsung, maka the new normal akan menjadi the new normal crisis. Dan oleh karena itu, kita tetap rancang yang namun tidak harus dimulai sebelum krisis berlalu," ungkap Mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu.
 
"New normal bisa kita lakukan kalau COVID-19 itu sudah terselesaikan," sambungnya. 

Dengan adanya new normal, dipandangnya sebagai sebuah harapan. Sebab, dengan diterapkannya prosedur tersebut diharapkan dapat secara perlahan membuat situasi kembali membaik.

"Bagi kita di Indonesia new normal tentu harus menjadi harapan agar krisis segera berlalu," ujar Din.

Apalagi, new normal dipandangan sebagai sebuah keniscayaan yang pasti akan terjadi. Untuk itu, pemerintah diminta cermat dalam mengkaji hal tersebut.

"Untuk konteks Indonesia, harus kita cita-citakan sesungguhnya. Baik ada krisis berupa pandemi maupun tidak ada krisis, apalagi ada krisis kita harus jalan terus. Biar anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu," tandasnya. (rnl)

  
 

Artikel Terkait