Daerah

Penyaluran BLT Dinilai Bermasalah dan Politis, Ini Klarifikasi Kades Racang, Welak NTT

Oleh : Rikard Djegadut - Jum'at, 12/06/2020 22:30 WIB

Kepalad Desa Racang, Kecamatan Welak, Manggarai Barat NTT, Libertus Noto (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Setelah lama bungkam, Kepala Desa Racang Libertus Noto akhirnya buka suara terkait penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) Dana Desa yang dinilai bermasalah dan politis. Warga muding Pemdes tidak berlaku adil dan pilih kasih. Ia mengatakan penyaluran BLT di desanya itu sudah sesuai prosedur dan mekanisme yang berlaku. Sehingga semua tudingan warga itu tidak benar.

Hal tersebut dikatakan Libertus pada Kamis, (11/6/2020), persis tiga hari setelah wartawan melakukan berbagai upaya dan pendekatan kepadanya. Salah satunya adalah memberinya pemahaman akan pentingnya menyampaikan tanggapan ataupun bantahan terhadap tuduhan masyarakat tersebut melalui media. Sebab, selama ia tidak memberikan tanggapan, artinya tuduhan tersebut benar adanya.

"Semua yang kami lakukan adalah tidak serta merta langsung bagi ke masyarakat semua melalui prosedur, nah persoalan disini bahwa kenapa ada yang belum dapat,?" kata Libertus dalam keterangannya melalui aplikasi pesan Whatsapp yang diterima media ini.

Ia menjelaskan, semua warga akan mendapatkan bagiannya masing-masing. Penyaluran BLT yang bersumber dari Dana Desa ini, tambahnya, dilakukan secara bertahap.

Namun ia tak memberikan penjelasan mengapa jumlah penerima BLT di Dusun Wae Dangka jauh lebih banyak dibandingakan dengan dusun lainnya seperti Racang, Bola, Nampong hingga Golosita.

Selain itu, ia juga tak menjawab mengapa beberapa warga yang dinilai mampu karena memiliki toko yang notabene saat PSBB tetap berjalan, memiliki rumah mewah dan mobil justru mendapatkan jatah BLT.

Tak hanya itu, ia juga tak memberikan penjelasan terhadap tuduhan warga terkait tranparansi pengelolaan dana desa, terutama terkait pengerjaan proyek yang tidak disertai dengan tender dan papan nama untuk menjelasakan total anggaran yang digunakan.

Berikut adalah isi lengkap keterangan tertulis Kepala Desa Racang Libertus Noto

"Semua yang kami lakukan adalah tidak serta merta langsung bagi ke masyarakat semua melalui prosedur, nah persoalan disini bahwa kenapa ada yang belum dapat,? sebenarnya mereka itu nanti tetap dapat, hanya saja pertahap, karena kebetulan desa racang Welak itu virus covid 19 muncul setelah pencairan DD tahap pertama, jadi setelah di cek kembali, maka DD tahap pertama belum bisa membagi habis terhadap kebutuhan masyarakat penerima bantuan, caranya adalah yang lain masih menunggu pencairan berikut yang khusus untuk BLT agar memenuhi kuota, semua pasti dapat.

3 bln pertama april mei danjuni 600 per kk 3 bln terakhir juli agustus dan september 300 per kk......yang sdh terrealisasi untuk duan bln pertama april dan mei senilai 1.200.000.

Untuk belanja kovid yang sdh terealisasi sampai dgn saat ini RP 22. 000.000."

 

Tangkapan layar percakapan dengan Kades Racang Libertus Noto (Foto: ist)

Sebelumnya, warga mengeluhkan penyaluran Bantuan Langsung Tunai (BLT) Covid-19 Desa Racang, Kecamatan Welak Manggarai Barat, Flores NTT yang dinilai tidak adil dan pilih kasih. Warga menuding aparat Pemerintah Desa Racang tidak berlaku adil dalam pembagian BLT Dana Desa dan dinilai kental dengan unsur politis.

Menurut warga, yang tercatat sebagai penerima BLT Dana Desa kebanyakan kerabat dekat Kades Racang dan Timsesnya. Bahkan, banyak warga yang memiliki rumah mewah, toko dan mobil ikut menerima BLT. Sebaliknya, warga yang hidupnya di bawah standar garis kemiskinan justru diabaikan.

Protes warga ini terungkap pertama kali melalui postingan beberapa warga Desa Racang di akun media sosial Facebook pribadi mereka. Warga memprotes soal ketimpangan penyaluran BLT ini.

Salah satu warga mengeluhkan penyaluran BLT yang dinilainya sangat tidak adil bermula dari jumlah penerima BLT terbanyak adalah warga dusun Wae Dangka yakni sebanyak 67 orang. Wae Dangka diketahui merupakan dusun asal sang Kades.

Sementara Dusun Racang, yang memiliki jumlah penduduk jauh di atas desa Wae Dangka hanya 16 orang yang menerima BLT. Lalu Dusun Bola, Nampong hingga Golosita hanya 21 orang, padahal jika dilihat dari jumlah penduduk, jelas dusun-dusun ini jauh di atas Wae Dangka.

Warga lainnya, melalui akun @Florianus Nandi mempertanyakan jumlah alokasi anggaran 30 persen dana desa (DD) covid-19. Menurutnya, jika jumlah DD Desa Racang adalah Rp1.113.352.000 dan 30 persennya dialokasikan untuk warga, maka seharusnya ada 123 orang yang menerima BLT ini dengan jumlah per kepala Rp2.700.000.

Namun kenyataannya, hanya ada 104 orang yang menikmati. Artinya, ada sebanyak Rp50 juta lebih yang masuk ke kantong pribadi aparat pemerintah desa Racang.

"Jumlah Dana Desanya RP 1.113.352.000 (menurut data yang saya baca dari kerabat saya). Jika Benar 30% Dana itu untuk di berikan ke Masyarakat yang terdampak Covid 19 maka setidaknya ada 123 orang yang mendapatkan kesejahteraan dari dana ini (menurut pola hitungan matematik saya yang bodoh ini) 1.113.352.000 x 30%: 2.700.000 maka dapatlah jumlah 123 orang," tulis @Florianus Nandi.

Selain itu, warga juga mengeluhkan pengelolaan dana desa oleh Pemerintah Desa Racang yang dinilai tidak transparan. Warga mengaku Pemdes tidak pernah mengadakan rapat dengan warga terkait penggunaan dasa desa. Padahal di desa lain, dibuatkan baliho soal anggaran dana desa pertahun serta pengerjaan proyek desa lainnya.*(Rikard Djegadut)

 

 

Artikel Terkait