Bisnis

Antisipasi Cashflow Minus, Arief Berharap PMN Sebesar Rp1.5 Triliun Cair pada September Mendatang

Oleh : Rikard Djegadut - Kamis, 25/06/2020 16:01 WIB

Direktur Permodalan Nasional Madani (PNM) Persero Arief Mulyadi (Foto: Liputan6.com)

Jakarta, INDONEWS.ID - Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (Persero) atau PNM Arief Mulyadi meminta agar suntikan negara melalui penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp 1,5 triliun dapat cair pada September mendatang.

Dalam dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI, Rabu (24/6), Arief menjelaskan pihaknya meminta pencairan itu beres pada September untuk menjaga kondisi keuangan perseroan. Menurutnya, arus kas perseroan di September akan mengalami kontraksi.

"Kami mengusulkan bisa dapatkan PMN di September, karena pada September praktis cashflow kami sudah minus,” kata Arief di hadapan para anggota dewan komisi VI.

Selain itu, Arief menjelaskan, perseroan juga masih harus memenuhi kewajiban kepada investor maupun kreditur sebesar Rp 425 miliar. Namun jika PMN itu tak juga cair, pihaknya masih akan tetap menyalurkan pembiayaan, tapi dengan nilai dan jumlah nasabah yang menurun.

“Kalau tetap menyalurkan (pembiayaan) dan tetap memenuhi kewajiban kami kepada investor dan lender, hampir Rp 425 miliar," jelasnya.

Dia melanjutkan, adanya suntikan negara kepada PNM dapat meningkatkan kemampuan penyaluran pembiayaan sebesar Rp 14,7 triliun hingga akhir tahun ini dan mencapai Rp 48,3 triliun pada 2024.

"Kalau tidak diberi (PMN) pada 2020, hanya Rp 12 triliun untuk penyaluran program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (PNM Mekaar), dan hanya Rp 27,8 triliun pada 2024," katanya.

Selama masa pandemi COVID-19 ini, perseroan telah memberikan relaksasi kepada 6,4 juta nasabah. Hal ini berdampak pada kondisi finansial perusahaan yang harus tetap memenuhi kewajiban terhadap investor dan lender.

"Relaksasi dan restrukturisasi untuk program Mekaar tidak ada tambahan bunga atau biaya apa pun, sehingga memberikan kerugian bagi PNM. Kami berharap dan optimistis perlahan dengan perbaikan kondisi sampai Desember kami bisa mengejar hal ini," jelas Arief.

Dia juga menyampaikan, jumlah nasabah aktif mengalami penurunan akibat pandemi ini.

Secara rinci, jumlah nasabah per 16 Maret 2020 sebanyak 6,46 juta nasabah, dengan total pembiayaan sebesar Rp 11,8 triliun. Sementara per 19 Juni 2020, hanya ada 6,13 juta nasabah aktif.
"Padahal perencanaan kami sebelum pandemi, pada Juni ini sudah lampaui Rp 13,2 triliun," kata dia.

Sumber pembiayaan kepada nasabah selama ini berasal dari pinjaman pemerintah, yang sebesar Rp 2,8 triliun per Maret 2020 atau 13 persen dari total pendanaan dalam bentuk pinjaman dari Kementerian Keuangan. Sisanya 63 persen lagi diambil dari pasar modal, dan 24 persen dari perbankan komersial.

"Setiap angsuran nasabah yang bisa kami kumpulkan saat ini lebih banyak kami pakai untuk memenuhi kewajiban kami kepada investor dan lender," tambahnya.*

Artikel Terkait