Opini

Teknologi Kedirgantaraan Militer yang Terus Berkembang

Oleh : Rikard Djegadut - Rabu, 22/07/2020 11:30 WIB

Ilustrasi pabrik pesawat tempur (Foto: Ist)

Oleh: Muhammad Ali Haroen, Micro drone Perdix Micro drone Perdix hasil pengembangan Kementrian pertahanan AS dan Laboratorium MIT Lincoln university.

Opini, INDONEWS.ID - Perkembangan teknologi kedirgantaraan sejak akhir era Perang Dunia ke-2 sedemikian pesatnya. Perkembangan permesinan pesawat, perangkat aviasi elektronik atau avionic, perlengkapan persenjataan, serta teknologi pelapis badan pesawat dengan serapan penandaan radar yang kecil menghasilkan pesawat siluman atau stealth.

Masalah teknologi stealth dengan penggunaan material yang memiliki radar cross-section rendah ataupun radar-absorbent, tetap diperlukan walaupun sudah dianggap tidak memberi jaminan. Hal ini dikarenakan pengembangan material stealth tidak berkembang secepat pengembangan teknologi radar dan persenjataan. Perkembangan teknologi jamming, elektronic warfare maupun infrared sedemikian pesatnya sehingga sangat perlu diperhitungkan dalam pengembangan konsep pesawat tempur generasi ke-6.

Hingga masa kini hampir tidak dijumpai lagi peperangan antara pesawat tempur di udara (dogfight) within-visual-range. Dalam peperangan moderen, pihak yang kuat secara politik dan militer dapat dengan mudah memperoleh superioritas di udara.

Misalkan dalam operasi penyerbuan ke Iraq, pasukan koalisi dapat dengan mudah menguasai wilayah udara Iraq, karena penyerbuan dilakukan setelah sepeluh tahun lebih wilayah udara Iraq di isolasi secara internasional dan kekuatan Angkatan Udara dan laut Iraq hampir nihil. Bahkan sebelum dilakukan pengeboman dari udara, wilayah Iraq sudah dibombardir dengan misil-misil dari laut.

Pesawat tempur moderen mampu menembak sasaran dari jarak yang sangat jauh dari wilayah sasaran (stand off) dengan menembakkan misil yang mampu mencapai sasaran dari jarak ratusan kilometer. Dari segi doktrin tempur kekuatan udara dalam pelaksanaan peperangannya dipertajam pada kesatuan komando atau unity of command dengan menyempurnakan struktur kekuatan udara dengan didukung suatu manajemen yang sesempurna mungkin untuk mendapatkan tingkat efisiensi dan efektivitas yang tinggi.

Perkembangan Teknologi Tempur Udara

Saat Ini dapat kita saksikan perlombaan kekuatan udara yang didukung dengan pesawat-pesawat tempur baik yang sama sekali baru maupun yang ditingkatkan kemampuannya. Dari Jas-Grippen, Eurofighter, F-22, J-20, hingga F-35 dan Su-57. Produk mutakhir pesawat tempur kini sudah memasuki tingkat generasi ke-6, seperti Mikoyan MiG-41 Interceptor.

Program pesawat tempur Generasi ke-6 hingga saat ini masih dianggap sebagai suatu konsep yang dirahasiakan, terutama tentang biaya yang sudah dikeluarkan maupun pekerjaan yang sudah dilaksanakan, termasuk pada pengembangan pesawat tempur generasi ke-5 seperti F-35 Lightning dan Su-57.

Berbagai negara diberitakan tengah melakukan kegiatan rancang bangun hingga eksperimen untuk pembuatan pesawat tempur generasi ke-6. Diantaranya adalah Amerika Serikat, Inggris, Rusia, Perancis, Italia, Swedia, Jepang, Jerman, Spanyol dan Taiwan. Beberapa diantaranya dalam bentuk kerjasama untuk memproduksi secara bersama seperti; Perancis, Jerman dan Spanyol, lalu; Inggris, Italia dan Swedia. sementara Jepang, Rusia dan Amerika masing-masing berupaya sendiri.

Saat ini Amerika Serikat sedang disibukkan dengan dua proyek; "Penetrating Counter-Air"; berupa pesawat tempur siluman dengan kemampuan terbang jarak sangat jauh untuk mengawal pesawat pembom siluman, yang merupakan program Angkatan Udara. Serta program Angkatan Laut berupa konsep pesawat tempur Navy`s FA-XX. Di jajaran industri sendiri, pengembangan konsep pesawat tempur generasi ke-6 tengah dilakukan oleh pihak Boeing, Lockheed-Martin, dan Northrop-Grumman.

Perkembangan teknologi yang berlaku bukan saja pada rancang bangun pesawat, tetapi juga pada peralatan pendukung dan persenjataan yang akan dibawanya. Misalkan misil sekelas beyond-visual-range seperti AIM-120D yang mempersenjatai pesawat tempur, diperhitungkan memiliki kemampuan menghancurkan target dari jarak seratus mil lebih.

Namun demikian, untuk persenjataan udara masih dapat diharapkan pada misil udara-ke-udara seperti Meteor dari Inggris, atau PL-15 dari Cina, yang menggunakan teknologi ramjet-powered berkecepatan tinggi dengan kemampuan jarak jauh.

Guna meningkatkan kemampuan tempur jarak jauh serta memberikan perlindungan bagi para pilot tempur, doktrin dan taktik tempur juga terus dikembangkan. Dengan kehadiran pesawat tanpa awak yang sudah lebih dari tiga dasawarsa, baru-baru ini dikembangkan oleh beberapa negara doktrin dan taktik tempur baru yang disebut sebagai MUM-T atau Man-UnManned Teaming.

Maksud dari doktrin ini adalah, dalam pelaksanaan operasi peperangan sebuah pesawat tempur akan terbang secara bersamaan dengan sebuah atau lebih pesawat nir-awak atau Unmanned Aerial Vehicle (UAV) atau drone yang dipersenjatai. Drone ini akan di kendalikan oleh pilot pesawat tempur dari dalam cockpit-nya.

Jarak antara pesawat tempur dan drone bisa mencapai jarak aman bagi pesawat tempur dan drone dapat meluncurkan misilnya menuju sasaran dari jarak jauh. Bila terdeteksi radar lawan, pesawat tempur dapat segera meninggalkan area tersebut (pull-out) dengan aman.

Sistem lainnya, sebuah pelsawat tempur terbang menuju wilayah sasaran yang diperkirakan memiliki kekuatan udara yang memadai, pesawat tersebut terbang bersamaan dengan beberapa drone kecil-kecil yang dikendalikan dari dalam cockpit pesawat tempur, apabila dari arah lawan masuk pesawat tempur lawan yang akan melakukan konter, maka deone kecil-kecil tersebut akan di arahkan kepesawat yang akan melakukan konter.

Drone bisa menjadi ancaman

Perangkat sensor akan menjadi pelindung terhadap serangan dadakan dari senjata yang diluar perkiraan seperti drone-drone berukuran kecil, mini atau nano drone.
Sebuah percobaan pernah dilakukan oleh Kementrian Pertahanan AS pada bulan Oktober 2016, dimana dua FA-18 Super Hornet mengangkasa dan penguji mengerahkan 103 unit Perdix drone (mikro drone eksperimen dari Kementrian Pertahanan AS, buatan Laboratorium MIT Lincoln) diangkasa Danau China yang terletak di Kern Country, California, dekat pangkalan Naval Air Weapon Station.

Drone- drone tersebut terbang berkerumun menyerupai sekumpulan belalang diatas titik sasaran yang ditentukan. Diskenariokan adanya drone yang melakukan gerakan
kamikaze terhadap pesawat FA-18, dari percobaan tersebut dapat dibuat suatu kesimpulan bahwa akan ada kemungkinan pengerahan drone yang relatif kecil dan murah yang merupakan senjata mematikan bagi sebuah pesawat tempur yang mahal.

Maka pesawat tempur generasi ke-6 disyaratkan harus memiliki perangkat sensor yang baik dan mampu mendeteksi benda-benda di udara sampai yang berukuran kecil dari jarak yang relatif jauh. Dengan memperhitungkan hakikat ancaman di udara, dari pesawat tempur, misil, hingga kerumunan mikro drone, alternatif lain selain memiliki perangkat sensor yang baik, juga persenjataan yang juga mampu menghadapi berbagai ancaman.

Salah satu konsep persenjataan yang akan melengkapi pesawat tempur generasi ke-6 adalah Directed Energy Weapon (DEW) seperti laser atau microwaves (gelombang mikro), yang dapat ditembakkan secara cepat, tepat sasaran dan dengan kapasitas magasen yang tidak terbatas (nigh-limitless) dari pasokan listrik yang cukup.

Tiga kategori menurut pandangan US Air Force untuk airborne DEW: laser bertenaga rendah untuk mengganggu atau merusak perangkat sensor dan pencari (seeker radar) musuh; jenis kelas menengah yang memilikimkemampuan membakar misil udara-ke- udara; dan kelas bertenaga tinggi yang berkemampuan menghancurkan target berupa pesawat maupun target di darat.

Dalam rangka mendapatkan sistem airborne DEW yang cocok, pada tahun ini direncanakan akan dilakukan serangkaian percobaan dengan kubah senjata laser anti-misil yang kemungkinan akan dipasang pada pesawat pengebom dan pesawat tempur F-35.

Program pengembangan pesawat tempur generasi ke-6 bukanlah sekedar wacana, walau hampir semua konsep bersifat rahasia namun dari beberapamkegiatan percobaan dapat dibayangkan apa yang akan diciptakan. Berbagai komponen seperti gambaran bentuk atau jenis pesawat setidaknya dapat dibayangkan dari pesawat tempur generasi ke-5 yang sudah ada saat ini.

Di luar pesawat, untuk kelengkapan lain seperti teknologi komponen laser dan sebagainya, terus dikembangkan. Tantangan selanjutnya adalah mengintegrasikan komponen-komponen yang sedang dikembangkan untuk dirangkum menjadi pesawat tempur.

Perkembangan Kekuatan Udara

Dengan adanya Matra baru di Amerika Serikat - Angkatan Angkasa Luar atau Space Force - kehadiran pesawat tempur akan tetap eksis. Setidaknya menjadi lapis pertama dari pertahanan angkasa luar. Dengan demikian perangkat sensor dan data link akan semakin penting. Konsepnya, mampu menyerap data sensor dan mendistribusikan melalui data link kepada kekuatan sekutunya, menciptakan gambaran; komposit.

Ini akan memungkinkan pesawat berteknologi siluman untuk menjejaki titik perjalanan dan menemukan posisi lawan, sementara kekuatan sekutu bermanuver menuju posisi yang menguntungkan dan meluncurkan misil dari jarak jauh dibelakang (stand-off) tanpa perlu mengaktifkan radarnya. Hal tersebut yang sedang diterapkan pada sistem sensor pada pesawat F-35, dimana penggabungan sensor dan berbagi data menjadi kuncinya.

Taktik ini menjanjikan peningkatan kekuatan dengan penggabungan sensor dan kerjasama dalam pencegatan akan menjadi standard, dimana penggabungan sensor akan bergantung kepada pengintegrasian jaringan satelit. Ini juga berlaku dalam operasi udara gabungan yang melibatkan drone terbang bersamaan dengan pesawat tempur (MUM-T).

Dengan perencanaan kedepan yang mencanangkan penggabungan sensor, penggunaan data link serta jaring komunikasi, maka perlu diantisipasi gangguan yang akan timbul seperti serangan jamming, hacking dan gangguan elektronika lainnya,termasuk ancaman cyber. Perlu adanya penyempurnaan pada pertahanan jaringan satelit maupun keamanan cyber. Hal ini juga berlaku pada sistem pengamanan logistik pesawat, seperti misalnya pada jaring logistik ALIS (Autonomic-Logistics-Information-System) untuk pesawat tempur F-35.*

ALIS dirancang untuk memberikan kemampuan pada pilot F-35 untuk perencanaan kedepan, pemeliharaan, merencanakan dan menopang system agar pesawat tetap prima. Termasuk kegiatan operasi, pemeliharaan, prognostic, jaring pasokan logistik, dukungan pelayanan, data pelatihan dan data teknis, ALIS menjadi sumber tunggal sekitar informasi yang valid untuk memberikan berbagai informasi termasuk yang mutakhir melalui jaring aplikasi web pada jaring distribusi.Karena menggunakan aplikasi web, maka perlu diperkuat perlindungan atas serangan cyber.

Selain pertahanan atas serangan cyber, pesawat tempur generasi ke-6 juga diharapkan mampu melakukan serangan cyber kepihak lawan. Pihak Angkatan Udara Amerika Serikat telah berhasil menguji kemampuan penyerangan jaring data dan menyisipkan paket data ke jaring pihak lawan (seperti virus), sedangkan pesawat tempur Angkatan Laut sudah memiliki kemampuan jammer.

Berikutnya juga dipikirkan tentang aspek artificial Intelligence (AI) yang pasti akan berpengaruh pada teknologi pesawat tempur dimasa datang. AI akan masuk ke wilayah teknologi komunikasi, sistem persenjataan dan sensor. Dengan perkembangan teknologi kedirgantaraan yang sedemikian pesatnya, tidak berlebihan apabila negara-negara non-produsen yang akan memperkuat Angkatan Udara-nya untuk lebih cermat dalam memilih asset-asset pesawat tempur dan persenjataan yang melengkapinya.


Catatan:

*per 16 Januari 2020, ALIS untuk F-35 diganti dengan ODIN atau Operational Data Integrated Network yang juga dipasok dari Lockheed Martin, akan berlaku mulai Desember 2022, nantinya ODIN akan ditempatkan pada remote area, termasuk diatas kapal perang.

Artikel Terkait