Opini

Refleksi Kemerdekaan: Kapan Kita Merdeka Dari Rasa Takut Terhadap Salib?

Oleh : Mancik - Sabtu, 15/08/2020 19:46 WIB

Pengamat Sosial, Rudi S Kamri (Foto: Istimewa)

Oleh:Rudi S Kamri*)

INDONEWS.ID - PARANOIA adalah naluri atau proses berpikir yang diyakini sangat dipengaruhi oleh kecemasan atau ketakutan , seringkali mengarah pada delusi dan irasionalitas. Dan saat ini masih terjadi fenomena paranoia massal terhadap sesuatu yang absurd. Penyebab terjadinya paranoia massal ini adalah suatu informasi sesat yang dicoba dijejalkan oleh sekelompok orang kepada kelompok lain yang dianggap marjinal dalam kemampuan berpikir secara logis.

Makna terdalam dari terjadinya inflitrasi ke otak primitif sekelompok orang ini sebetulnya adalah proses pembodohan massal kepada sekelompok orang yang dianggap bodoh. Tujuannya akhirnya jelas, paranoia dan pembodohan massal akan dikapitalisasi oleh si mastermind untuk tujuan pragmatisme tertentu. Bisa untuk kepentingan politik, kekuasaan atau menciptakan situasi chaos sebagai kamuflase "mengail di air keruh".

Dan saat ini masih terjadi dan justru semakin marak, contohnya proses paranoia massal terhadap salib. Sekelompok orang begitu alergi dan ketakutan histeria terhadap benda apapun yang dilihat seperti bentuk salib. Ornamen estetika dalam logo Kemerdekaan RI ke-75 langsung divonis berbentuk salib. Sangat irasional. Kaitan BH istrinya yang serupa salib pun harus dimusnahkan. Bentuk hidung suaminya yang seperti salib terbalik pun membuat istri seolah mendapat kutukan seumur hidup. Seolah apapun benda serupa salib dianggap menjadi faktor utama yang bisa menghantarkan ke pintu gerbang neraka.

Seolah saat melihat barang apapun serupa salib, keteguhan iman mereka menjadi goyah dan berpotensi terpuruk. Mereka tidak sadar, bahwa bangunan iman tanpa fondasi akal sehat dan nurani imani yang bersih akan mudah digoyah dengan mudah. Kalau keyakinan iman mereka mudah runtuh artinya fondasi keimanan mereka yang kurang kukuh. Sehingga dengan mudah disesatkan oleh sekelompok orang yang menahbiskan diri mereka sebagai `Panitia Hari Kiamat`.

Sebenarnya apabila ditanya secara detail kepada para penderita paranoia massal mengapa mereka alergi terhadap salib ini, saya yakin jawabannya akan `ngalor kidul`, tidak jelas alias absurd. Pada intinya mereka sendiri tidak paham mengapa mereka terjangkit delusi dan "panic attack" saat melihat barang serupa salib. Mereka bahkan tidak sadar bahwa mereka merupakan hasil "brain-wash" dari kelompok konspiratif yang menyesatkan. Kalau jujur ditanya apa dalilnya dalam Kitab Suci bahwa barang berbentuk salib itu diharamkan atau representasi dari kekafiran? Sampe tahun jebotpun tidak akan ditemukan.

Bagi saya terjadinya paranoia massal adalah bentuk penjajahan akal sehat yang sangat serius. Karena dampaknya akan sangat destruktif bagi dirinya, keluarga dan orang lain. Proses pembodohan ini adalah bentuk penyanderaan empati sosial sehingga orang menjadi antipati terhadap orang lain. Kemerdekaan untuk berpikir dengan menggunakan akal sehat pun seolah terampas dan terhempas.

Saat Indonesia sudah Merdeka selama 75 tahun, kapan akal sehat dan nurani anda terbebas dari belenggu penjajahan?

Salam SATU Indonesia
15082020

Penulis adalah Pengamat Sosial Politik dan tinggal di Jakarta.

 

Artikel Terkait