Opini

Gonjang-ganjing PDiP: Tidak Takut Diberikan Sanksi Rakyat Seperti Demokrat 2014?

Oleh : Rikard Djegadut - Senin, 27/09/2021 12:37 WIB

Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Anak Bangsa (LKAB), Rudi S Kamri (Foto: Ist)

Oleh: Rudi S Kamri, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Anak Bangsa (LKAB)

Opini, INDONEWS.ID - Ibarat sebuah kapal, kini PDI Perjuangan sedang dilubangi lambungnya. Justru oleh crew kapalnya sendiri. Kapal PDIP pun terancam karam di lautan.

Awalnya upaya melubangi lambung kapal secara tidak sadar dilakukan oleh pembantu terdekat sang "nahkoda" melalui narasi ancaman. Sekretaris Jenderal PDIP, Hasto Kristiyanto mengancam akan menjatuhkan sanksi bagi kader yang mendukung atau didukung sebagai calon presiden 2024. Karena menurut Hasto soalnya penentuan capres ini merupakan hak prerogatif Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri.

Bagi banyak kader bahkan rakyat, ancaman itu merupakan langkah tidak cerdas dari elite PDIP dan secara tidak langsung sedang melubangi lambung kapal PDIP. Lama-lama bisa oleng dan akan tenggelam. Tak mau ikut tenggelam, beberapa penumpang kapal pun berupaya meloncat keluar atau mencari sekoci penyelamatan. Dan ini sedang terjadi.

Kader PDIP di Purworejo, Jawa Tengah, misalnya, daripada ikut karam bersama partainya karena salah dalam menentukan capres, mereka ramai-ramai mendukung capres yang sudah terbukti kinerjanya, dan elektabilitasnya pun sangat tinggi. Bahkan tertinggi di antara sosok internal PDIP lainnya. Dia adalah Ganjar Pranowo, Gubernur Jawa Tengah.

Diberitakan, DPC Seknas Ganjar Indonesia (SGI) Kabupaten Purworejo, Jateng, mendeklarasikan diri siap mendukung Ganjar Pranowo maju dalam Pilpres 2024. Bahkan, pengurus DPC PDIP Purworejo siap menerima sanksi dan dipecat jika dukungan tersebut dianggap sebagai pelanggaran.

Deklarasi digelar di sebuah rumah makan di Purworejo, Sabtu (25/9/2021) petang. Acara juga dihadiri oleh Ketua Dewan Pimpinan Nasional (DPN) SGI Tedy Mulyadii, Korwil SGI Jateng Alex Ngatidjan, dan Wakil Ketua DPC PDIP Kabupaten Purworejo Albertus Sumbogo.

Tedy Mulyadi menyebut, deklarasi bertujuan untuk mendukung Ganjar Pranowo sebagai capres 2024. Jika nantinya Ganjar harus hengkang dari PDIP atau diusung partai politik lain, karena PDIP mencalonkan orang lain, pihaknya tetap akan mendukung penuh Ganjar.

Purworejo adalah daerah asal Ganjar, meski mantan anggota DPR RI itu lahir di Karanganyar, Jateng. Jadi wajar jika relawan dan kader-kader PDIP di daerah itu mendukung Ganjar.

Yang tak wajar adalah mereka siap dipecat PDIP. Artinya, ada kondisi luar biasa atau bahkan darurat sehingga mereka rela dipecat hanya gara-gara mendukung Ganjar.

Kondisi luar biasa itu adalah elektabilitas atau tingkat keterpilihan Ganjar yang selalu masuk tiga besar capres potensial untuk kontestasi Pilpres 2024.

Di sisi lain, jika PDIP tidak mengusung Ganjar yang elektabilitasnya tinggi, maka PDIP bisa ditinggalkan pemilihnya dan kalah di Pemilu 2024.

Demi menyelamatkan partainya dari ancaman karam, maka mereka mendukung Ganjar. Jika PDIP tak mau mengusung Ganjar maka mereka siap melompat ke sekoci atau kapal lain, tak mau tenggelam bersama kapal PDIP.

Selain Ganjar, di tiga besar capres potensial 2024 ada Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan Gubernur DKI Jakarta. Tapi di kalangan pemilih milenial, Ganjar-lah jawaranya.

Hasil survei terbaru Indikator Politik Indonesia milik Burhanuddin Muhtadi, elektabilitas Prabowo Subianto sebagai capres 2024 sebesar 27,8 persen. Disusul Ganjar Pranowo 21,4 persen, dan Anies Baswedan 14,8%.

Bahkan dalam Survei

Center for Political Communication Studies (CPCS) menunjukkan pemilih milenial dan gen Z dikuasai oleh Ganjar Pranowo dan Ridwan Kamil. Sementara Prabowo berada di posisi ketiga.

Elektabilitas Ganjar bertengger di angka 17,7 persen, ditempel RK sebesar 16,0 persen. Menyusul Prabowo (12,8 persen), dan Anies Baswedan (7,6 persen).

Suara relawan dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) adalah suara akar rumput. Mereka tak bisa dibendung. Jika dibendung, akan menjadi bah yang dapat menenggelamkan kapal PDIP.

Dimulai dari Purworejo, "pembangkangan" terhadap PDIP berpotensi akan merembet ke daerah-daerah lain, terutama Jawa Tengah, Jawa Timur dan DI Yogyakarta. Apalagi relawan Ganjar di luar negeri pun sudah terbentuk di 17 negara. Tiga organisasi relawan yang pada Pilpres 2019 mendukung Joko Widodo, kini juga mendukung Ganjar.

Jadi, jika PDIP tak ingin tenggelam, maka harus ganti strategi yang lebih cerdas. Jangan sok otoriter main ancam. Biarkan arus bawah dan grass roots (akar rumput) mengalir dan bergerak secara alamiah. Bila menjelang Pilpres 2024 nanti elektabilitas Ganjar tetap teratas di antara sosok kader PDIP lainnya, maka PDIP tak bisa lain. PDIP dan Megawati harus realistis seperti pada Pilpres 2014 dan 2019 yang mengusung Jokowi.

Jokowi memang bukan siapa-siapa, tak masuk dalam struktur kepengurusan partai. Namun ketika elektabilitasnya tak terbendung, PDIP dan Megawati pun akhirnya realistis.

Begitu pun kini. Ganjar juga bukan siapa-siapa seperti juga Jokowi dulu. Tapi ketika elektabilitas Ganjar tak terbendung, bahkan sampai menjelang Pilpres 2024, maka PDIP dan Megawati pun harus realistis dan mau berkompromi dengan realitas politik.

Jika tidak, jangan salahkan bila akhirnya kapal PDIP benar-benar tenggelam pada Pemilu 2024, seperti Partai Demokrat pada Pemilu 2014.

JASMERAH, Jangan sekali-sekali melupakan sejarah!!!

Artikel Terkait