Nasional

Terbongkar! Deputi BNN Arman Depari Ungkap Kerugian Indonesia akibat Narkoba

Oleh : Rikard Djegadut - Sabtu, 21/11/2020 13:45 WIB

Deputi Penindakan BNN Irjen Pol Arman Depari bersama Aktivist anti Narkoba, Pemimpin Redaksi Indonews.id selalu Wasekjen BERSAMA, Drs. Asri Hadi, MA

Jakarta, INDONEWS.ID - Indonesia tengah menghadapi ancaman besar yakni kehilangan generasi penerus bangsa. Pasalnya, Indonesia saat ini sudah masuk kategori darurat narkoba.

Kondisi ini sendiri sudah ditegaskan dan dideklarasikan oleh Presiden Joko Widodo sebagai pimpinan negara. Sebagai bukti kegentingan atas kondisi ini, Jokowi pada 2016 menyatakan perang terhadap Narkoba.

Demikian dikatakan Deputi Pemberantasan Narkoba Badan Narkotika Nasional (BNN), Drs. Arman Depari dalam webinar bertajuk " Penyalahgunaan Narkotika di Kalangan Remaja" pada Sabtu, (21/11/20).

"Kepada anak-anak sekalian, sebenarnya banyak permasalahan
mengapa dan apa argumentasinya negara kita ini darurat narkoba. Tetapi pada kesempatan ini, saya akan menyampaikan beberapa alasan dasarnya saja," kata Arman.

Arman menuturkan, kata darurat bila dikaitkan dengan tindakan di rumah sakit, merupakan kondisi yang sudah mencapai titik yang sangat mengkhawatirkan. Untuk itu, semua dokter dan peralatan yang hebat dikerahkan untuk mengembalikan kondisi menjadi normal.

Hal inilah yang terjadi dengan Indonesia. Penyalahgunaan narkoba meningkat dari tahun ke tahun. Dari studi yang dilakukan dengan Universitas Indonesia, pada tahun 2016 ke bawah, angka prevalensi pemakai narkoba di Indonesia mencapai 4 juta orang atau 2,3 persen masyarakat Indonesia.

Meskipun data yang diperoleh pada 2017 ini menyebutkan bahwa terjadi penurunan angka penyalahguna narkoba 2016 dibandingkan 2017, namun Indonesia tetap saja berada dalam kondisi darurat. Sebab, kata Arman, persentase penyalahguna narkoba kita masih di angka 1,95 persen.

"Merujuk pada kesepakatan international, UNODC tentang pencegahan dan pemberantasan narkoba dan obat-obat terlarang, kondisi suatu negara terbilang masih aman jika angkanya maksimal 1,1 persen. Jadi itu masih di bawah kontrol. Sementara 30 sampai 35 orang yang meninggal karena narkoba setiap hari ini," ungkap Arman.

Apa sebenarnya ancaman-ancaman narkoba bagi sebuah negara, Arman menjelaskan, narkotika menyebabkan permasalahan- permasalahan lain yang terkait dengan kejahatan-kejahtan atau biasa disebut narkotics related crimes.

Jadi, kalau sudah ada salah satu saja pengguna narkoba dalam keluarga atau lingkungan kita, maka akibatnya, lingkungan dan keluarga itu tidak akan pernah tenang.

"Pasti akan ada pencurian di rumah kemudian terjadi kekerasan rumah tangga, ada kejahata-kejahatan kecil. Mungkin menjual barang-barang di rumah, pengancaman-pengancaman. Kemudian juga mungkin ada penyimpangan-penyimpangan secara seksual. Itu adalah kejahatan yang terjadi," tutur Arman.

Arman mengisahkan, masyarakat kita sering melihat kejahatan di jalanan soal yang melakukan kejahatan penodongan, perampokan, pencurian. Hal itu terjadi karena mereka berupaya untuk mendapatkan uang guna membeli narkoba untuk dikonsumsi.

"Bahkan bapak ibu kita dengar di Jakarta terutama ini anak-anak Gadis kita ini mohon maaf saya sampaikan bahkan ketika mereka memerlukan panasokan konsumsi sakaw atau gejala putus obat, namun uang tidak ada, mereka rela menukar dengan tubuhnya atau membarter dengan tubuhnya,"

Permasalahan lainnya adalah terkait kesehatan. Narkoba merusak sistem saraf pada penyalahguna. Akibatnya korban mengalami gangguan secara psikologis atau kejiwaan, tidak mampu mengontrol emosi hingga cendrung ingin bunuh diri.

"Penyalahguna susah berkonsentrasi dalam belajarnya. Apa yang bisa kita harapkan dari generasi masa depan Indonesia yang tidak belajar. Bagaimana menyiapkan pemimpin Masa depan bangsa?," tanya Arman.

Permasalahan lainnya adalah pada faktor ekonomi. Arman mengatakan 90 persen narkoba yang beredar di Indonesia dipasok dari luar negeri, Indonesia merugi Rp84 triliun. Ia menambahkan survei pada 2019 lalu kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan narkoba itu mencapai 84 Triliun Rupiah.

Arman merinci, 84 triliun rupiah tersebut terdiri dari 60 triliun digunakan untuk membeli narkoba kemudian sisanya untuk pengobatan, rehabilitasi dan berbagai macam-macam. Kalau uang itu kita gunakan untuk bangun MRT, kata Arman, dalam 10 tahun ke depan, seluruh kota besar di Jakarta bisa dibangun MRT.

Uang ini, lanjut Arman, perginya ke luar negeri untuk para sindikat-sindikat itu. Artinya, uang yang kita miliki, yang dicari dengan susah payah oleh orang tua dihamburkan begitu saja ke luar negeri. Jadi, di samping kejahatan dan penderitaan yang ditimbulkan itu, ada capital flight kita yang hilang.

"Sebagai akibatnya adalah kita kehilangan generasi. Kalau anak-anak muda kita para remaja ini di jalan suka mabok air tiap malam, apa yang mau kita lihat. Apa yang kita harapkan dari mereka. Cita pimpinan-pimpinan negara kita dipegang oleh orang-orang yang memang berbicaranya juga tidak lulus,"

Arman juga mencurigai, narkoba menjadi alat pemusnah tanpa pasukan. Sebab, saat ini, desain proxy war itu nyata. Menurutnya, narkoba sangat mengerikan. Saat ini di Indonesia sudah beredar new psikoatif substances. Jumlahnya mencapai 77 jenis.

Sementara di dunia sudah ada 900 lebih dan yang terdeteksi berjumlah 892 jenis. Arman menambahkan, di Indonesia, jumlah zat baru tersebut bisa lebih banyak dari yang sudah terdeteksi.

"Saya mohon kepada para orang tua untuk benar-benar waspada terhadap peredaran narkoba jenis baru ini. Perhatikan juga anak-anaknya. Mereka tidak mungkin mengaku jika tidak tertangkap basah atau atas kesadaran sendiri," urai Arman.

Terpisah Pemimpin Redaksi sekaligus Wakil Sekretaris Jendral Organisasi BERSAMA, Drs. Asri Hadi, MA mengatakan perlu sinergi berbagai pihak dalam mengatasi permasalahan narkoba di Indonesia.

"Terima kasih kepada Pak Arman yang gigih memperjuangkan masa depan Indonesia yang sehat dan waras, terbebas dari ancaman dan bahaya mematikan Narkoba," ungkap Asri kepada indonews.id, Sabtu 21 November 2020. (*Rikard Djegadut)

 

Artikel Terkait