Nasional

RS Siloam Gelar Zoominar "Penanganan Faktor Resiko Hipertensi dan Tatalaksana Gagal Ginjal"

Oleh : Rikard Djegadut - Sabtu, 28/11/2020 18:01 WIB

dr. Lydia Dorethea Simatupang, SpPD-KGH, FINASIM (foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Rumah Sakit Siloam Hospital Kebon Jeruk, Jakarta Barat menggelar online health talk bertajuk "Penanganan Faktor Resiko Hipertensi dan Tata Laksana Penyakit Ginjal Kronik" pada Sabtu, (28/11/20) sore.

Dalam acara yang digelar melalui aplikasi meeting zoom itu menghadirkan pakar dan praktisi di bidangnya yakni dr. Lydia Dorethea Simatupang, SpPD-KGH, FINASIM.

Dalam pemaparannya, dr. Lydia mengatakan ada sebanyak 1,13 miliar penduduk dunia mengidap hipertensi dan sebanyak 25 persen atau 59 juta di antaranya merupakan penduduk Indonesia.

Total kematian di Indonesia pada tahun 2016 adalah 1,8 juta. Dari angka itu, 35 persennya diakibatkan oleh penyakit kardiovaskular yakni penyakit jantung iskemik yang diakibatkan oleh tekanan darah tinggi atau penyakit jantung hipertensi.

"Penyebab kematian dunia yang paling sering adalah gangguan jantung iskemik dan penyakit yang mendasarinya adalah hipertensi, diabetes, kolesteral yang kurang dikontrol dengan baik serta kurangnya aktivitas fisik yang benar, stres," kata dr. Lydia.

Hipertensi berdasarkan Eight Joint National Commitee (INC8), tambah dr Lydia menjelaskan, adalah jika peningkatan tekanan darah di atas 140 atau 90 mmHg dengan pengukuran pada saat setelah berkemih dan kondisi istirahat.

Gejala seseorang menderita hipertensi, lanjut dr. Lydia, dapat berupa sakit kepala, susah tidur, kelelahan, sesak nafas, gelisah, pandangan kabur.

"Dilihat dari penyebabnya, hipertensi kuat disebabkan oleh usia, diet yang salah, stres, faktor keturunan, merokok, kegemukan, kurang olahraga, konsumi minum keras serta kelainan ginjal," urai spesialis penyakit dalam ini.

Namun, Ia menambahkan, hipertensi dibedakan menjadi dua yakni primer atau essensial dan sekunder. Hipertensi primer 90 persen tidak diketahui penyebab pastinya. Namun, biasanya disebabkan genetik, gaya hidup atau obesitas. 

"Sementara hipertensi sekunder 10 persen disebabkan penyakit penyerta atau obat-obatan seperti gangguan ginjal, gangguan di pembuluh darah, kelainan fungsi endorkin, gangguan saraf, stroke dan obat-obatan," tuturnya.

Dokter Lydia menyarankan warga untuk mewaspadai terjadinya komplikasi hipertensi pada penyakit mematikan lainnya seperti serangan jantung, gagal ginjal, stroke dan kebutaan. Ia menegaskan hipertensi erat kaitannya dengan gagal ginjal.

"Ginjal berperan mengatur tekanan darah melalui kontrol volume cairan dan hormonal. Tekanan darah terus menerus merusak pembuluh darah ginjal dan ginjal. Darah yang masuk ke ginjal berkurang yang artinya ginjal mendeteksi tubuh kekurangan cairan. Kemudian, ginjal melakukan volume kontrol dan menaikkan tekanan darah," pungkas dr. Lydia.

Selain itu, ginjal berfungsi membersihkan darah menggeluarkan cairan berlebih, memfiltrasi produk sisa, menjaga keseimbangan kimia darah serta mengontrol tekanan darah dan sel darah merah.

Lebih lanjut dokter Lydia menjelaskan apa yang terjadi jika ginjal gagal berfungsi. Akibatnya adalah ginjal tak lagi mampu membersihkan limbah dari dalam darah. Alhasil, produk limbah menumpuk dalam darah meyebabkan keluhan sakit pada pasien.

Ada beberapa penyebab terjadinya gagal ginjal dalam sistem organ seseorang antara lain disebabkan penyakit kronis seperti diabetes atau kencing manis, hipertensi, obesitas, hiperkolesterol.

Tak hanya itu, infeksi ginjal, hepatitis B,C dan HIV juga dapat menjadi penyebabnya. Lalu bila ada sumbatan batu ginjal, prostat dan lain-lain serta obat-obatan, herbal dan SLE.

"Gejalanya dapat terbaca dari kerkurangnya jumlah pengeluaran kemih pada seseorang, kurangnya nafsu makan, mual dan muntah, pembengkakkan di wajah, tangan dan kaki, pucat, kulit gatal-gatal, sesak nafas dan pingsan, kejang penurunan kesadaran. Dan dapat pula tanpa gejala," ujar dokter Lydia merinci.

Lebih jauh ia doter Lydia menjelaskan terkait tata laksana gagal ginjal yakni melakukan pemeriksaan darah dan urin di lab secara rutin. Selanjutnya, mengontrol kondisi penyakit kronis penyerta (tekanan darah, gula darah, kolesterol, berat badan) dan melakukan terapu pengganti ginjal. 

"Penderita juga harus mengatur asupan protein dan garam serta mengatur asuapan cairan. Pasien sangat dianjurkan menjalani terapi pengganti ginjal. Ada tiga jenis seperti hemodialisis, transplantasi ginjal dan peritoneal dialisis," ungkap dokter Lidya.

Mencegah lebih baik daripada mengobati. Dokter Lydia menganjurkan masyarakat Indonesia untuk senantiasa melakukan pencegahan agar terhindar dari hipertensi dan gagal ginjal.

Adapaun pencegahan yang bisa dilakukan adalah dengan aktif berolahraga, menjagakadar gula darah, menjaga tekanan darah tetap stabil, mengkonsumsi makan sehat, menjaga berat badan, konsumsi air mineral secukupnya, tidak merokok, hindari konsumi obat-obatan yang tdk diperlukan serta rutin memeriksa fungsi ginjal.

"Hal bisa dilakukan untuk menjaga kesehatan ginjal adalah memeriksa tekanan darah (hb,ureum dan kreatinin) secara berkala dan periksa urin secara lengkap," tukas dokter Lydia.

Yang tak kalah penting, dokter Lydia menyarankan, agar memberikan dukungan moril dan motivasi bagi anggota keluarga yang menderita penyakit gagal ginjal kronik.

"Dorongan moril dari keluarga terdekat sangat dibutuhkan oleh penderita agar menjalani keseharian tanpa beban walaupun sedang menderita kegagagalan ginjal," tutup dokter Lydia.*(Rikard Djegadut).

 

 

 

 

 

Artikel Terkait