Nasional

Tebak Pilpres 2024: Pernikahan PDIP dan Gerindra 2009, Mungkinkah Terulang?

Oleh : Rikard Djegadut - Rabu, 20/01/2021 10:59 WIB

Zaenal Brigga (Foto: Ist)

Oleh: Zaenal Brigga

Opini, INDONEWS.ID - Seberapa besar peluang beringin di bawah Airlangga merapat ke Puri Cikeas? Manuver gaya apalagi yang akan dimainkan Om Brewok dari markas Gondangdia?

Cak Imin, sang Napoleon PKB dan masa Nahdliyyin yang berjibun yang selalu bikin ketar-ketir kawan dan lawan? Strategi apa yang digunakan pak JK, PAN dan PKS untuk mengerek Anies Baswedan ke level nasional? Dan melihat betapa terhinanya PKS dan Amien Rais jadi oposisi yang dianggap sebelah mata oleh rezim berkuasa.

Mari kita urai dan bedah satu demi satu dengan kepala dingin tanpa diganduli aneka kepentingan dan fanatisme buta: Koalisi PDIP + Gerindra dengan masuknya Prabowo ke dalam kabinet Jokowi, merupakan salah satu signal terkuatnya.

Di belahan dunia manapun, partai yang telah menyelesaikan tugasnya berkuasa dua periode akan dijauhi oleh teman koalisinya. Demokrat dan SBY adalah satu bukti paling nyata. Kalau Cendana itu lain ceritanya hehehe. Nah, Bu Mega paham yang beginian. Jauh-jauh hari, beliau sudah main mata dengan kawan lamanya, Pak Prabowo.

Koalisi PDIP-Gerindra aman bahkan melewati batas aman persyaratan ikut kontes, tapi menyisahkan masalah di kandidat yang akan ditampilkan. Mega-Prabowo jelas gak bakal dilirik anak anak milineal, Puan atau Ganjar yang akan dipasangkan dengan Sandiaga Uno itu mungkin lebih realistis.

Tapi bisa saja PDIP-Gerindra mencalonkan pasangan yang lebih diterima pasar, misalnya jenderal Andhika Pratama? Why not!
Yang jadi pertaruhannya adalah mba Ega dan mas Wowo itu keduanya mewakili Islam abangan banget. Bau Muhammadiyah dan Nahdliyyin hampir gak ada, cuma Uno tampaknya yang aromanya masih terendus.

Pak Prabowo yang tiga kali mengalami betapa pahitnya jadi pecundang, pasti akan berhitung sangat cermat. PDIP pun ketakutan kalahnya di 2024 menghantui seluruh kadernya, karena untuk bangkit lagi setelah kalah di 2024 itu jauh lebih sulit. Bu Mega semakin menua dan lelah. Belum lagi serangan balik dari anak-anak Masyumi (PAN PKS) yang merasa tertindas selama ini jadi oposisi.

Bagaimana dengan Airlangga dan beringinnya? Partai raksasa yang bermarkas di Slipi sejak reformasi belum pernah merasakan kursi beludru istana, hanya kebagian kursi kementerian.

Sebenarnya mas Airlangga kepingin juga sering main ke Teuku Umar, tapi melihat kedekatan mba Ega dan mas Wowo, paling bisa ke curhatnya ke pakde Joko. Ingin ke Cikeas sekarang ini gak mungkin, takut di-stempel mbalelo, meskipun keinginannya sangat besar.

Bagi Golkar, 2024 adalah tahun unjuk gigi, Ketum Golkar harus jadi RI 1 atau RI 2. Soal partai mana yang mau diajak koalisi itu gak soal. Toh kalau kalah dalam perang, mereka bakal diajak juga masuk kabinet, karena mereka punya sumberdaya manusia yang luar biasa pinter dan kaya raya.

Bedanya Golkar dengan Nasdem adalah kecepatan dan kelincahan bergerak. Golkar raksasa kelebihan lemak, geraknya lamban karena orang pintarnya kelewat banyak. Nasdem Surya Paloh alias om Brewok bisa one man show karena pemilik tunggal. Dia bisa bergerak ke mana aja tanpa perlu Kulo nuwun ke bawahannya lagi.

Apalagi dibeking media kakap dan ahli-ahli survei terbaik. Jangankan untuk 2024, tahun 2029 pun dia sudah mampu meramal siapa yang paling laku terjual. Radar om Brewok sudah memantau. Setelah pakubumi Cendana lepas kesaktiannya, kini pindah ke Teuku Umar, Cikeas dan Keramat Raya.

Ridwan Kamil sudah lama diasuh Nasdem. SP tau RK kalau dijodohin sama AHY pasti dimakan sama anak milenial. Apalagi Ridwan, engkongnya tokoh NU paling berwibawa di tanah Sunda.

Terus sang kancil Muhaimin gimana? Cak Imin yang dilatih Gusdur sejak SMP, pasti lagi tertawa terbahak-bahak. Dia tau siapapun yang ingin berkuasa di negeri ini, harus sowan ke Kramat raya (PBNU). Fokus jangka pendek memuluskan muktamar NU 2021 dulu.
Dia akan mengulang kesuksesan seperti muktamar 2015 di Tebu Ireng yang menjodohkan Kiai Maruf dan Kiai Said jadi komisaris utama dan Dirut di PBNU. Dengan begitu bargainingnya gak ada yang sanggup menyamai. NU dengan 100 juta umat siapa yang gak ketar ketir?

Lalu Pak Jusuf Kalla apa sudah pensiun? Oh Tidak! Saudagar pribumi terus memantau gerak-gerik 9 naga. Anies sebagai aset tersebesarnya akan terus dijaga dan meminta PAN & PKS merawatnya baik-baik setelah Gerindra ikut pemerintah.

Yang seru di detik terakhir. Pak JK telpon Prabowo persis seperti kejadian 2017 tengah malam. Dia meminta Anies-Uno dikawinkan ulang (rujuk) dan Pak Prabowo pun mau.

Prabowo kabur, Bu Mega langsung telpon Airlangga: "Mas kamu nikah sama Ganjar ya". Biar ada bau-bau Nahdliyyinnya, si ibu nelpon Haji Hamzah Haz: "Wak Haji Ka`bah kuboyong ke Teuku Umar ya!"

Nah, ini baru pertempuran sehat karena semua tiga lawan tiga. Yang tersisa Nasdem, PKB dan Demokrat yang juga akan kawin-mawin. Allahuallam bi Sawab.

 

Artikel Terkait