Nasional

Prof Efendi Gazali Optimistis Soal Kepemimpinan Nurdin Halid di PSSI

Oleh : Rikard Djegadut - Rabu, 24/02/2021 14:30 WIB

Prof. Dr. Effendi Gazali memberikan testimoni melalui video dalam acara penganugerahan Doktor Honoris Causa Bidang Industri Olahraga kepada Nurdin Halid di Kampus Universitas Negeri Semarang, Kota Semarang, 11 Februari 2021. (Foto: istimewa)

Jakarta, INDONEWS.ID - Pakar komunikasi politik Prof. Dr. Effendi Gazali mengapresiasi gelar Doktor Honoris Causa yang diraih Nurdin Halid dari Universitas Negeri Semarang (Unnes). Karena dari pengalaman di lapangan empirik, guru besar Universitas Indonesia itu menilai Nurdin Halid pantas mendapatkan gelar kehormatan itu.

Hal itu diungkapkan Effendi Gazali dalam video testimoninya yang ditayangkan pada acara penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa di Gedung Prof. Wuryanto, Kampus Unnes, Kamis (9/2/2021).

Menurut Effendi Gazali, peluang Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia FIFA 2022 bersama Australia justru bisa terwujut ketika Nurdin Halid memimpin PSSI.

Seperti diketahui, saat ini, Indonesia bersama negara-negara ASEAN mengajukan kepada FIFA untuk Menjadi tuan rumah Piala Dunia 2034. Indonesia sendiri sudah ditetapkan FIFA sebagai tuan rumah Piala Dunia yunior (U-20) tahun 2021 yang kemudian ditunda ke tahun 2023 karena pandemi Covid-19.

“Kami ditunjuk secara khusus oleh Bapak Nurdin Halid untuk menegosiasikan peluang Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Harusnya sih Piala Dunia FIFA 2022 di sini (Indonesia) dalam kerjasama dengan Australia,” ujar Effendi Gazali yang memang berhobi sepakbola.

Dalam video berdurasi sekitar satu menit itu, Effendi Gazali memberikan ucapan selamat kepada Nurdin Halid. Soal dasar pertimbangan penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa, Effendi Gazali mengatakan hal itu sebagai hak dan kewajiban pihak Universitas Negeri Semarang.

Namun, dari fakta lapangan, Effendi Gazali menegaskan bahwa penghargaan itu pantas karena dirinya sangat yakin dan percaya dengan kapasitas kepemimpinan Nurdin Halid di PSSI.

“Saya mengucapkan selamat kepada Abang saya, Bapak Nurdin Halid untuk mendapatkan Doktor Honoris Causa pada hari yang berbahagia ini. Tentu saja pertimbangan akademisnya adalah hak dan kewajiban dari universitas yang menganugerahkannya. Tapi, di lapangan empirik, saya sepenuhnya yakin dan percaya,” ungkap Effendi Gazali, peraih gelar master bidang komunikasi dari Universitas Cornell Ithaca, New York, Amerika Serikat.

Guru besar komunikasi politik Universitas Indonesia itu menyebut salah satu bukti empirik yang penting yaitu ketika Nurdin Halid melibatkan dirinya dalam proses pencalonan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Nurdin Halid mengangkat Effendi Gazali sebagai konsultan komunikasi dalam Komite Bidding Indonesia.

Keterlibatan Effendi Gazali dalam tim Bidding berawal ketika PSSI memintanya menjadi moderator acara talkshow saat peluncuran pencalonan Indonesia sebagai calon tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 di Hotel Ritz Carlton, Jakarta, Senin (9/2/2009).

Peraih gelar Doktor (Ph.D) bidang Komunikasi Politik dari Radboud Nijmegen University Belanda ini memimpin diskusi dengan narasumber Ketua Umum PSSI Nurdin Halid dan Menpora Adhiyaksa Dault.

Konsul Jenderal RI di Cape Town, Afrika Selatan, Dharmaginta Thanos (ketiga dari kanan) dan Wali Kota Cape Town berpose dengan Delegasi Bidding Indonesia di depan stand Indonesia pada acara FIFA Media Expo untuk 11 negara calon tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 di Cape Town, Afrika Selatan, 4 Desember 2009

Komite Bidding Indonesia memilih bekerjasama dengan Australia sebagai tuan rumah bersama karena Australia salah satu calon kuat untuk tuan rumah FIFA World Cup 2022. Dalam kalkulasi Komite Bidding, Jepang dan Korsel tidak mungkin dipilih karena keduanya pernah menjadi tuan rumah bersama Piala Dunia 2002.

Peluang Qatar dinilai kecil karena selain cuaca panas pada Juni-Juli, juga penduduknya hanya sekitar 3 juta orang. Artinya impact penyelengaraan Piala Dunia jauh lebih besar bagi Indonesia yang berpenduduk sekitar 270 juta pada tahun 2022.

Di mata Komite Bidding, Australia adalah saingan terberat karena memiliki sejumlah kelebihan seperti di bidang infrastruktur, kemajuan ekonomi dan teknologi, hingga kedekatan emosional dengan Eropa. Karena itu, mengajak tetangga Australia menjadi tuan rumah bersama adalah langkah strategis.

Akademisi Pelaku Sejarah

Effendi Gazali memang bisa disebut akademisi pencinta sepakbola yang menjadi saksi sejarah kiprah Nurdin Halid di PSSI. Sebelum terlibat dalam proses pencalonan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2020, Effendi Gazali mengapresiasi inisiatif dan keberhasilan PSSI menggelar putaran final Piala Asia tahun 2007, di Jakarta dan Palembang.

Menjadi tuan rumah Piala Asia adalah sejarah baru karena untuk pertama kali terjadi sejak PSSI berdiri 19 April 1930. Salah satu bentuk dukungan nyata Effendi Gazali terhadap perjuangan Tim Nasional PSSI saat itu ialah mengundang Nurdin Halid bersama Bambang Pamungkas dan kawan-kawan beberapa hari menjelang pagelaran Piala Asia 2007 dalam acara Republik Mimpi di Stasiun MetroTV pada 9 Juli 2007.

Dalam video yang tayang di channel Youtube, Nurdin Halid selaku ketua umum PSSI memimpin tim asuhan Ivan Kolev untuk menghadiri acara Republik Mimpi yang populer pada masa itu. Sebagai ‘undangan balasan’, Nurdin Halid kemudian mengundang khusus Tim Republik Mimpi untuk menyaksikan langsung laga Indonesia di kejuaraan kasta tertinggi Asia itu, di Stadion Gelora Utama Bung Karno.

Pada moment lain, Effendi Gazali juga pernah hadir sebagai pengamat dalam Kongres Sepakbola Nasional (KSN), di Malang, 30-31 Maret 2010. Dalam acara KSN yang dipimpin Agum Gumelar itu, Nurdin Halid menjadi salah satu pembicara ‘kunci’ yang diminta memaparkan kondisi persepakbolaan nasional berikut peta jalan.

Saat itu, Effendi Gazali memberikan pandangannya terhadap pemaparan Ketua Umum PSSI Nurdin Halid. KSN dihadiri juga oleh Menpora Andi Mallarangeng dan Ketua Umum KONI, Rita Subowo.

Komunikasi dan interaksi lain antara Nurdin Halid dan Prof Effendi Gazali terjadi saat penandatanganan MOU antara UI dan PSSI yang dilanjutkan pertandingan eksibisi antara tim dosen UI melawan tim Pengurus PSSI di Stadion Gelora Bung Karno, 31 Agustus 2007.

Penandatangan MOU dilakukan antara Ketua Umum PSSI Nurdin Halid dan Rektor UI Prof Dr. Gumilar Rusliwa Somantri. Karena pengalaman lapangan yang relatif cukup, maka di akhir testimoninya, Effendi Gazali mengungkapkan keyakinannya bahwa Dr. HC Nurdin Halid masih bisa memberikan kontribusinya bagi persepakbolaan nasional.

“Saya yakin makin banyak hal yang bisa dilakukan Abang Nurdin karena kalau orang yang mencintai sepakbola itu, cintanya sampai akhir hayat. Semuanya tentu demi kejayaan bangsa kita,” pungkas Effendi.

Merangkul Australia

Keyakinan Effendi Gazali tentang peluang Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 memang berangkat pengamatan dan pengalaman lapangan. Pernyataan Effendi Gazali bahwa Piala Dunia 2022 sepatutnya di Indonesia dan Australia (co-host) mengacu pada fakta-fakta empirik tentang keseriusan PSSI, dukungan pemerintah dan publik, serta kerja-kerja nyata Komite Bidding.

Berawal dari pengajuan resmi menjadi tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 pada 26 Januari 2009 dan pengumuman resmi FIFA tentang 11 negara peserta bidding (termasuk Indonesia), PSSI kemudian mendapat dukungan Pemerintah melalui surat Pemerintah Indonesia kepada Presiden FIFA Sepp Blatter yang ditandatanani oleh Menko Kesra Aburizal Bakrie tertanggal 20 Mei 2009.

Bersamaan dengan itu, terbentuk panitia Bidding yang diketuai oleh Ginanjar Kartasasmita (ketua DPD RI) didampingi bankir yang saat itu menjabat Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Gita Wirjawan. Jajaran panitia bidding lainnya adalah mantan Menpora Hayono Isman, Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo, dan pengusaha Nirwan Dermawan Bakrie.

Komite Eksekutif PSSI pimpinan Nurdin Halid berhasil melobi PT Bakrie Capital Indonesia (BCI) untuk menyiapkan pendanaan untuk bidding sebesar Rp 24 juta dollar AS (atau sekitar Rp 240 miliar). Dana itu dipakai terutama untuk promosi, konsultan, menjamu relasi, pengadaan souvenir, dan acara-acara formal yang digelar oleh FIFA.

Bintang sepakbola legendaris Kamerun Roger Mila (kanan) yang ditunjuk menjadi Duta Bidding Indonesia sebagai calon  tuan rumah Piala Dunia 2022 diwawancarai Producer Eksekutif ANTV Yusuf Ibrahim (kiri) dan Pemred Tabloid BOLA Ian Situmorang (tengah) di area pelaksanaan undian Piala Dunia 2010, di Cape Town, Afrika Selatan, 3 Desember 2009.

Untuk konsultan, panitia Bidding menandatangani kontrak dengan lembaga konsultan asal Swiss di bawah pimpinan Michel Baccini. Dari beberapa lembaga konsultan yang mengajukan penawaran, Panitia Bidding akhirnya memilih lembaga konsultan yang bermarkas di Zurich, Swiss itu karena banyak berpengalaman dalam dunia bidding Piala Dunia.

Selain itu, Panitia Bidding menunjuk dua duta internasional yaitu dua legenda Piala Dunia, Mario Kempes dan Roger Milla, yang pernah berlaga di Kompetisi Liga Indonesia. Mario Kempes adalah bintang legendaris Argentina yang mengantar Tim Tango menjuarai sekaligus top skor Piala Dunia 1978. Roger Milla adalah pahlawan Kamerun di Piala Dunia 1990 Italia dan sangat popular dengan goyang pinggulnya usai mencetak gol.

Mario Kempes yang sempat membela klub Pelita Jaya di Kompetisi Liga Indonesia diharapkan bisa menarik dukungan 3 anggota Exco FIFA yang berasal dari Amerika Latin. Sedangkan Roger Milla yang bermain empat musim di Liga Indonesia di bawah bendera Pelita Jaya dan Persisam Samarinda diharapkan bisa menarik dukungan 4 anggota Exco FIFA yang berasal dari Kawasan Afrika. Total ada 25 anggota Exco FIFA, termasuk Presiden FIFA, yang akan memutuskan tuan rumah Piala Dunia 2018 dan 2022 pada 20 Desember 2010.

Komite Bidding mengangkat pakar komunikasi politik Dr. Effendi Gazali sebagai konsultan komunikasi, baik dalam kegiatan lobi maupun kegiatan komunikasi publik tingkat nasional dan global. Aktris Luna Maya juga menjadi bagian dari tim bidding yang fokus merancang kegiatan kampanye motto Indonesia “Goes To Green World Cup 2022.”

Beberapa kegiatan panitia bidding yang penting antara lain riset tentang peluang terpilih dan impact menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022 oleh tim riset dari UI dan oleh Lembaga konsultan Risk Management. kunjungan yang dipimpin langsung Nurdin Halid untuk melobi anggota Komite Eksekutif FIFA yang berasal dari Konfederasi Sepakbola Amerika Latin, Afrika, dan Australia. Lobi tertuju ke Amerika Latin dan Afrika karena kedua kawasan itu tidak mengikuti bidding.

Panitia Bidding mengikutik dua agenda penting FIFA, yaitu mengikuti Workshop bagi peserta Bidding Piala Dunia 2018 dan 2022 di markas FIFA di Zurich, Swiss, 24-27 Agustus 2009, dan menghadiri Media FIFA Expo untuk 11 negara peserta bidding Piala Dunia 2018 dan 2022 di Cape Town, Afrika Selatan, 4 Desember 2009.

Sesuai ketentuan FIFA, delegasil Indonesia ke Cape Town menyertakan 3 wartawan senior dari tiga media berpengaruh di Indonesia, yaitu Pemimpin Redaksi Tabloid BOLA Ian Situmorang, Redaktur Olahraga Harian Kompas Mohamad Bakir, dan Producer Eksekutif ANTV Yusuf Ibrahim.

Proposal pengajuan Indonesia sebagai calon tuan rumah Piala Dunia 2022 disusun oleh tim PSSI bekerjasama dengan Lembaga Konsultan Risk Management yang dikoordinir oleh Servatius Pandur.

Materi proposal diperkuat oleh hasil riset yang dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Indonesia yang dipimpin oleh Helmi Qodrat Ichtiat dari FISIP UI. Belanda-Belgia, Rusia, Inggris, Italia, Spanyol-Portugal, dan Amerika Serikat membidik host Piala Dunia 2018. Jepang, Korsel, Australia, Qatar, dan Indonesia membidik host Piala Dunia 2022.

Dukungan pencalonan Indonesia mendapat dukungan dari masyarakat luas. Usai nama Indonesia masuk dalam daftar resmi sebagai bidders PD 2022, dukungan secara terbuka disampaikan oleh Menpora Adhyaksa Dault dan Wapres Jusuf Kalla. Adhiyaksa Dault kemudian menghadiri acara launching di Hotel Ritz Carlton dengan moderator talkshow Effendi Gazali.

Selain statement terbuka, dukungan Wapres Jusuf Kalla juga ditunjukkan dengan melobi Fabio Capello melalui Dubes RI untuk Rusia Hamid Awaluddin untuk menjadi manajer pelatih Tim Nasional PSSI jika Indonesia terpilih sebagai tuan rumah.

Masyarakat Sepakbola Indonesia (MSBI) pimpinan Sarman El-Hakim melakukan kampanye secara intensif di dalam dan luar negeri. MBSI adalah lembaga independen yang mendukung PSSI dan Tim Bidding menyukseskan Indonesia tuan rumah Piala Dunia 2022.

Untuk memeriahkan kampanye, MSBI menggandeng musisi legendaris Sawung Jabo yang siap meluncurkan album berjudul ‘Juara Sejati’ dengan dua lagu utama, yaitu tentang sepakbola dunia dan tentang pencalonan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia 2022.

Sawung Jabo yang bernama asli Mochamad Djohansyah adalah mantan personel grup Swami dan Kantata Takwa bersama musisi legendaris Iwan Fals. Ia hadir dalam jumpa pers yang digelar MSBI di Gedung KONI, Jakarta, Senin (16/2/2010). Ia hadir bersama budayawan dan politikus Eros Djarot dan promotor musik H Sofyan Ali.

Kampanye Indonesia calon Tuan Rumah Piala Dunia 2022 di ajang Piala Confederasi FIFA di Afrika Selatan, Juli 2009 oleh Masyarakat Sepakbola Indonesia (MSBI) yang dipimpin Sarman El-Hakim.

“Sebagai warga negara dan musisi saya coba memberikan sumbangan lewat apa yang saya bisa. Saya bahkan jauh-jauh dari Sydney, tempat bermukim saya saat ini, hanya untuk mendukung sosialisasi pencalonan Indonesia Menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. Saya berharap lagu-lagu ini bisa menggugah seluruh masyarakat Indonesia mendukung pencalonan Indonesia menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022," kata Sawung Jabo.

Di dunia maya, pengguna facebook yang mendukung pencalonan Indonesia mencapai 250 ribu orang. Sementara yang berkomentar sinis dan menolak hanya 3.000 orang. Parameter lain, bisa dilihat dari hasil polling Tabloid BOLA. Dari 10.000 responden, sebanyak 78% menyatakan mendukung pencalonan Indonesia. Sisanya menyatakan pesimis dan menolak.
“Saya juga kaget (hasil polling).

Ini mencerminkan mayoritas masyarakat negeri ini sangat mendukung Indonesia menjadi tuan rumah pesta sepakbola dunia. Yang lebih penting lagi, masyarakat kita punya sikap optimistik dan percaya diri untuk bersaing di level dunia. Ini modal positif yang sepatutnya dikembangkan dalam berbagai sektor kehidupan berbangsa dan bernegara kita,” ungkap Ian Situmorang, Pemred Taboid BOLA.

Pemerintah RI Tarik Dukungan

Pencalonan Indonesia akhirnya terhenti karena Pemerintah menarik kembali dukungan pencalonan melalui surat resmi kepada Presiden FIFA yang ditandatangani oleh Menko Kesra Agung Laksono (9/2/2010).

Keputusan Pemerintah itu dibuat setelah Ketua Umum PSSI Nurdin Halid yang didampingi Sekjen Nugraha Besoes terlibat perdebatan sengit dengan Menpora Andi Mallarangeng yang didampingi Ketua Umum KONI Rita Subowo dalam pertemuan terbatas yang difasilitasi oleh Menko Kesra Agung Laksono.

Perdebatan keduanya tidak mencapai titik temu. Andi Mallarangeng bersikukuh bahwa Indonesia belum layak menjadi tuan rumah karena prestasi tim nasional masih rendah. Sementara Nurdin Halid menekankan bahwa menjadi tuan rumah Piala Dunia tidak ada kaitannya dengan prestasi tim nasional.

Dari 10 kriteria FIFA bagi calon tuan rumah Piala Dunia, semuanya mengarah pada impact penyelenggaraan Piala Dunia bagi sepakbola, generasi muda, masyarakat, dan bangsa dari negara tuan rumah. Buktinya, FIFA kemudian memilih Qatar, padahal negara berpenduduk sekitar 3 juta jiwa itu belum pernah lolos ke putaran final Piala Dunia.

Bukti teranyar, FIFA menetapkan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 tahun 2021 (kemudian diundur ke tahun 2023 karena pandemi Covid-19). Keputusan Pemerintah menarik kembali dukungan sungguh mengejutkan dan disesalkan banyak pihak.

Selain peluang terpilih cukup terbuka lebar, proses bidding juga sudah masuk tahapan ke-5 dari 7 tahapan bidding, yaitu pengiriman bidding agreement berupa 8 dokumen garansi Pemerintah (Governmental Guarantee) dari 8 kementerian / lembaga yang dipersyaratkan FIFA.

Panitia Bidding juga sudah melakukan rapat koordinasi dengan kementerian/lembaga terkait, namun pada akhirnya ke-8 dokumen itu gagal diperoleh hingga batas waktu yang ditetapkan FIFA pada 11 Desember 2010.

Berikut 10 kriteria Pemilihan Tuan Rumah Piala Dunia 2018 dan 2022. Pertama, sepenuhnya mematuhi prosedur bidding dan semua persyaratan sebagaimana diatur dalam Buku Pendaftaran Bidding dan Perjanjian Bidding.

Kedua, dampak yang menurut pertimbangan Komite Bidding akan terjadi pada masa depan ketika menjadi tuan rumah penyelenggaraan Piala Konfederasi dan Piala Dunia bagi perkembangan sepakbola maupun dampaknya bagi masyarakat secara umum di negara peserta bidding dan di luar negeri (dunia), dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Ketiga, tingkat konsep lingkungan dalam hal menjadi tuan rumah dan dalam hal penyelenggaraan Piala Konfederasi dan Piala Dunia di negara bersangkutan. Keempat, kerjasama yang terus-menerus dan berkesinambungan antara pemerintah dan sektor swasta.

Kelima, penilaian keuntungan ekonomi yang menguraikan perkiraan atas dampak menjadi tuan rumah dan menyelenggarakan Piala Konfederasi dan Piala Dunia dalam negara tersebut, termasuk pada tingkat penanaman modal swasta dan publik serta tujuan penggunaan laba yang dihasilkan oleh LOC dari menjadi tuan rumah penyelenggaraan kedua ajang kompetisi FIFA.

Keenam, suatu level dukungan dan penerimaan bidding yang tinggi oleh pemerintah dan masyarakat umum. Ketujuh, dukungan dan keterlibatan dari komunitas persepakbolaan tingkat nasional dan lokal (daerah/kota penyelenggara) menciptakan warisan program sepakbola nasional yang inovatif dan penuh makna.

Kedelapan, popularitas olahraga sepakbola dan tingkat professional klub sepakbola. Kesembilan, tingkat infrastruktur dan manajemen sistem penyelenggaraan Piala Konfederasi dan Piala Dunia yang direncanakan oleh Komite Bidding dan anggota asosiasi/federasi sepakbola akan secara kreatif dan efektif mengawasi pembiayaan dan memastikan keberlanjutan dari seluruh proyek infrastruktur.

Kesepuluh, proposal untuk pemeliharaan dan mempromosikan popularitas dari Piala Konfederasi dan Piala Dunia dan membuat warisan program yang inovatif dan berkesan.*

Artikel Terkait