Nasional

Diplomat Indonesia Berbagai Praktik Diplomasi

Oleh : luska - Selasa, 06/04/2021 09:10 WIB

Wina, INDONEWS.ID - “Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi diplomasi, salah satunya reporting, para diplomat harus menyertakan analisa 
dan penilaian situasi dalam laporan peristiwa di negara setempat.

Secara kumulatif pengalaman, pengamatan dan penilaian ini menjadi pengetahuan yang bermanfaat bagi publik dan kemudian dikumpulkan serta diterbitkan dalam satu buku yang mencakup rentang waktu tugas lebih dari 35 tahun dari 
17 diplomat senior Indonesia.” demikian disampaikan Dr. Darmansjah Djumala, Duta Besar/Wakil Tetap RI di Wina dan sebagai salah satu narasumber acara Webinar Bedah Buku “Diplomasi: Kiprah Diplomat Indonesia di Mancanegara” pada tanggal 5 April 2021 yang diadakan oleh Program Studi Ilmu Hubungan Internasional (HI), FISIP, Universitas Sriwijaya (Unsri) secara daring melalui aplikasi Zoom dan Youtube.

Narasumber lain pada acara tersebut adalah Bagas Hapsoro yang pernah menjadi Duta Besar RI untuk Swedia (2016-2020) dan sebagai Pembedah Buku adalah H. Azhar, SH, M.Sc., LL.M, LL.D, Ketua Jurusan Hubungan Internasional, FISIP Unsri.
Webinar tersebut, membahas buku mengenai berisi 21 tulisan mengenai pengalaman 17 diplomat senior dan Duta Besar RI di mancanegara yang juga 
adalah alumnus Sekolah Dinas Angkatan X (Sekdilu X), Kemlu tahun 1984-1985. Buku memuat pengalaman praktis yang mencakup pengalaman 
pelaksanaan tugas pokok diplomasi yaitu representing, negotiating, protecting, promoting, dan reporting, selama mereka memimpin Perwakilan di 
berbagai negara akreditasi.

Apresiasi disampaikan oleh Prof. Dr. Kgs. Muhammad Sobri, M.Si, Dekan FISIP Unsri saat membuka acara, yang mencatat antusiasme sekitar hampir 300 peserta yang mendaftar serta menyimak hingga akhir acara daring tersebut.

“Pandemi Covid-19 memberikan hikmah pelaksanan kegiatan secara daring, sehingga dapat menghadirkan para Duta Besar penulis dan 
editor buku pada kesempatan ini… Buku juga diyakini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa dalam menimba ilmu dan pengalaman para diplomat,sehingga dapat meningkatkan kualitas akademik Indonesia di masa mendatang.” ujar Prof. Sobri.

“Dalam konteks perubahan paradigma pendidikan nasional melalui program Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka, mahasiswa dituntut untuk tidak saja mendalami kajian teoritis, tetapi juga memperkuat mengenai aspek praktis di 
lapangan… Kesempatan bertemu langung dan berdiskusi dengan para Editor buku merupakan sesuatu yang tidak ternilai harganya” sambut H. Azhar, sebagai Pembedah Buku pada acara webinar tersebut.

Dr. Darmansjah Djumala sebagai salah satu editor buku yang dibedah, tekankan bahwa Duta Besar sebagai wakil dari negara, pemerintah, dan 
Presiden di wilayah negara sahabat hadapi berbagai isu politik, ekonomi, sosial budaya, dan perlindungan Warga Negara Indonesia (WNI) yang kerap menjadi wacana publik di tanah air. Dalam konteks diplomasi bilateral, Djumala juga mengangkat relevansi politik bebas aktif dan gerakan non-blok 
ditengah dinamika geopolitik internasional yang dituangkan dalam buku melalui pengalaman para Dubes RI untuk Azerbaijan dan Ukraina.

Dalam situasi tersebut, Indonesia mempertahankan prinsip politik bebas aktif dan non-blok dengan menjaga hubungan baik dengan semua negara, ditengah tekanan pengaruh negara besar yang terlibat. Sementara dalam aspek diplomasi multilateral yang “membumi”, Djumala contohkan pengalaman Indonesia sebagai Chairman of the Board of Governors dari IAEA tahun 2017-2018 yang mendorong penggunaan teknologi nuklir bukan untuk berperang tetapi untuk tujuan damai yang berikan manfaat langsung pada rakyat. 

Bagas Hapsoro yang pernah menjabat sebagi Dubes di Swedia (2016-2020) dan juga editor buku dimaksud, ingatkan arti penting tujuan kita bernegara yang jelas tertuang dalam alinea 4 pembukaan UUD 1945, antara lain melindungi bangsa, memajukan kesejahteraan, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia. Buku juga tekankan pentingnya sifat inklusif diplomasi Indonesia yang merangkul konstituen dalam negeri membentuk Triple Helix (pemerintah-pebisnis-akademisi), sertapentingnya diplomasi “membumi” yang dapat langsung dirasakan oleh masyarakat.

Dicontohkan Bagas mengenai upaya para Duta Besar RI untuk menarik investasi dan meningkatkan ekspor Indonesia sebagaimana dilakukan oleh para Dubes RI di Mesir, Maroko dan Swedia. Bagas juga soroti upaya kontekstualisasi norma Internasional yang berkembang seperti implementasi toleransi beragama di Vatikan dan keanekaragaman hayati di 
Finlandia yang relevan dengan situasi dan kondisi di Indonesia. Intinya buku menyoroti upaya diplomasi Indonesia yang hakikatnya adalah memperjuangkan kepentingan nasional. 

Sebagai pembedah buku, Azhar soroti berbagai contoh-contoh aplikatif prinsip politik bebas aktif dan non-blok dalam teori hubungan internasional di 
dalam buku yang menjadi pembahasan. Beberapa contoh yang diangkat Azhar antara lain pentingnya diplomasi nuklir yang membumi ditengah masih 
lemahnya perjanjian hukum internasional yang ada, aplikasi isu human security dengan menjadikan Indonesia sebagai inspirasi kemajemukan umat 
beragama dunia melalui peristiwa Deklarasi Roma, upaya perlindungan WNI di luar negeri, berbagi pengalaman proses perdamaian Aceh, serta inisiatif dan upaya para Duta Besar penulis buku dalam memajukan ekspor dan investasi yang dapat digali lebih lanjut oleh Unsri pada kesempatan lain di masa mendatang.

Pada sesi tanya jawab, terdapat lebih dari 19 pertanyaan yang mengemuka tidak saja mengenai pengalaman para Editor, tetapi juga mencakup isu-isu strategis terkini seperti mengenai diplomasi kopi, Islamophobia di Eropa, isu Hak Asasi Manusia, keamanan regional dan kedaulatan, hingga isu 
pengarusutamaan gender. 

Bagi yang berminat membeli buku “Diplomasi: Kiprah Diplomat Indonesia di Mancanegara”, dalam format e-book dapat mengakses Gramedia.com. Untuk versi cetak dapat menghubungi: E.D. Syarief Syamsuri (HP: +62 812 9061 015). (Lka)

TAGS : Kbri wina

Artikel Terkait