Opini

Anregurutta

Oleh : luska - Selasa, 27/07/2021 13:23 WIB

Oleh : Andi Mallarangeng

Ketika saya sedang studi doktoral di Northern Illinois University, Amerika Serikat, saya sempat dikunjungi oleh Pak Nasar. Ketika itu beliau sedang keliling ke beberapa universitas di Amerika untuk studi kepustakaan dalam rangka penulisan disertasinya di IAIN Syarief Hidayatullah Jakarta. Yang luar biasa adalah karena disertasinya mengenai perspektif jender dalam Al-Qur'an, sesuatu terobosan menyegarkan dalam kajian Islam di Indonesia. Sesuatu cara pandang baru yang mungkin saja menimbulkan kontroversi.

Dalam perjalanan kemudian, yang menarik adalah kemampuan Prof Nasar ini untuk menjelaskan dengan lemah lembut pandangan-pandangannya yang "baru" sehingga bisa diterima oleh berbagai kalangan. Boleh dikata sekarang ini pendekatan perspektif jender dalam memahami Islam sudah menjadi mainstream yang tidak bisa lagi diabaikan.

Perannya sebagai Wakil Rektor IAIN Syarief Hidayatullah dan Rektor LPTQ serta berbagai ceramahnya yang dilakukan di berbagai kalangan termasuk media massa membuka jalan bagi pemikiran-pemikiran baru dan kontekstual dalam pemahaman Islam di Indonesia. 

Dan ketika beliau menjadi pengayom ummat seperti menjadi Dirjen Bimas Islam, lalu Wakil Menteri Agama, lalu sekarang Imam Besar Masjid Istiqlal, semua pihak menerima dengan terbuka. 

Sebagai Orang Bone, saya bangga senior saya sekampung bisa menjadi tokoh nasional yang memberi kontribusi besar dalam pemikiran Islam sekaligus juga menjadi pengayom ummat di Indonesia. Hebatnya, semua itu dilakukannya dengan lemah lembut, dengan rendah hati, dan dengan tidak jemu-jemu. 

Di Jakarta, gelar Kyai Haji, di samping gelar Profesor Doktor telah disematkan kepada beliau. Tapi di kampung kami, di Sulawesi Selatan, lebih afdol rasanya kalau memanggilnya dengan Anregurutta, guru kita.
 

TAGS : Anregurutta

Artikel Terkait