Opini

Resensi Buku Tascha

Oleh : Rikard Djegadut - Kamis, 29/07/2021 19:30 WIB

Penulis Tascha Liudmila dan ketiga bukunya (Foto: Ist)

Oleh Chappy Hakim, Pendiri dan Ketua Pusat Studi Air Power Indonesia (PSAPI) 

Jakarta, INDONEWS.ID - Tascha Liudmila seorang wartawan dan TV News Presenter, baru saja meluncurkan buku pada hari Anak Nasional 2021 yang jatuh pada tanggal 23 Juli yang baru lalu.  

Buku ini adalah buku ke-3 yang ditulisnya. Seperti dua buku sebelumnya, isi buku ini masih berkisar pada keseharian anak-anak. Yang istimewa dari buku ke-3 ini adalah berujud atau terdiri dari 3 buku sekaligus dalam sebuah serial bertajuk “Seri Suasana Hati”.  

Judul dari masing-masing buku tersebut “Bila Aku Bosan”, “Bila Aku Kesepian” dan “Aku Mau Meledak”.  Tidak sulit diduga dari judulnya saja sudah dapat ditebak bahwa isi buku akan terdiri dari “luapan emosi” anak-anak dalam refleksi kesehariannya.

Di tengah turbulensi pandemic covid-19 dengan protokol kesehatan yang sangat mengikat, maka dampak yang dialami oleh anak-anak di rumah dipastikan akan mempengaruhi langsung kepada orang tuanya.  

Dapat dibayangkan bagaimana anak-anak yang tadinya tengah menikmati bermain dengan ceria bersama teman-teman di sekolah, secara tiba-tiba harus terkurung di dalam rumah setiap hari.  

Mereka belum dapat mengerti benar tentang apa yang sebenarnya tengah terjadi, akan tetapi sudah harus menanggung seluruh akibat dari itu semua.  

Bagi orang tua, sebuah kesulitan tersendiri dalam mencoba memberikan pengertian kepada anak-anaknya tentang hal itu. Kesulitan ini tidak berdiri sendiri akan tetapi diikuti lagi dengan kesibukan yang tidak mudah untuk dikelola dalam hal harus mendampingi anak-anak dalam mengikuti kelas virtual di rumah.  

Bagaimana sibuknya seorang ibu yang harus mendampingi 3 anaknya sekaligus dalam jadwal kelas virtual yang terkadang berlangsung dalam waktu yang bersamaan dan atau tumpang tindih satu dengan lainnya.

Pada kondisi yang seperti itu, tidak hanya anak-anak yang membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan irama mekanisme kegiatan yang baru, sang Ibu pun akan serta merta kewalahan untuk menghadapinya.  

Itu baru kegiatan rutin sekolah yang tiba-tiba pindah ke rumah dengan perangkat laptop atau Ipad atau Hp. Di samping harus meyakinkan jaringan wifi yang terpasang di rumah dapat diandalkan, maka ketersediaan perangkat laptop dan sebagainya juga harus dapat tersedia sesuai kebutuhan.  

Belum lagi beberapa kegiatan extra kurikuler yang tetap harus bisa berjalan. Persoalannya adalah bahwa itu semua telah membuat waktu sang Ibu tersita luar biasa untuk penyelenggaraan sekolah virtual dan extra kurikuler.  

Padahal biasanya pada jam sekolah anak anak adalah waktu “luang” bagi sang Ibu untuk dapat bernapas sedikit di tengah-tengah mengerjakan pekerjaan rumah lainnya di luar urusan kepengasuhan anak-anak. Pertanyaan berikutnya lalu bagaimana dan siapa yang harus melayani bapaknya anak-anak.

Pandemi memang telah merubah segalanya. Protokol kesehatan yang ketat dan harus ditaati dengan risiko tertular penyakit telah menyebabkan dunia seakan berubah total, apalagi dunianya anak-anak yang masih relatif kecil.  

Sekilas dapat dengan mudah dibayangkan bagaimana tsunami melanda rumah tangga dengan anak anak yang masih kecil. Nah pada titik inilah maka munculnya buku Tascha dalam serial “Seri Suasana Hati” dengan judul masing-masing Bila Aku Bosan, Bila Aku Kesepian dan Aku Mau Meledak mudah dipahami akan berupa sebuah refleksi dari keseharian seorang ibu Muda dengan anak anaknya.  Anak-anak yang umurnya berkisar antara 12, 8 dan 4 tahun.

Isi buku mewakili tentang apa yang dirasakan dan dialami oleh anak-anak dan sekaligus oleh Sang Ibu tentu saja. Sebuah ide cerdas dalam menuangkan “kejengkelan” yang dihadapi sehari-hari dalam literasi dan ilustrasi yang menarik.  

Buku ini menjadi sebuah surprise yang dapat menyajikan gambaran keseharian yang kemudian dapat menjadi pelajaran berharga dalam merenung sekaligus introspeksi diri sendiri.  

Introspeksi yang tidak hanya dapat menjadi bahan bagi anak-anak akan tetapi juga sekali gus bagi para ibu.  Dengan membaca buku yang uraian dan untaian kata-katanya yang sangat sederhana diringi gambar menarik menyajikan kelucuan-kelucuan tersembunyi yang dapat dirasakan dalam proses membacanya.  

Kelucuan yang tidak terlihat yang pada hakikatnya muncul dari sebuah “kejengkelan” di kala tengah mengalaminya. Menjadi sangat berbeda di kala terserap dalam sebuah bacaan dalam buku yang sederhana ini.  

Sederhana di sini tidak berarti ujud bukunya, karena ke-3 buku dicetak dengan format yang sangat apik dan dalam tata warna yang sangat menawan di atas kertas yang agak “mewah”.

Tidak perlu menguraikan lebih jauh tentang bagaimana isinya, karena judul buku sudah mewakili 100% tentang isinya yaitu Bila Aku Kesepian, Bila Aku Bosan dan Aku Mau Meledak.  

Tiga judul itu dengan sangat mudah dipahami oleh kita semua, karena memang itulah yang acap kali kita hadapi sehari hari di tengah melandanya pandemic covid-19 belakangan ini.  

Tiga buah buku yang nyaris sempurna merefleksikan emosi kita semua, terutama tentu saja bagi anak-anak dan lebih lebih oleh sang Ibu. Siapa yang tidak mengalami “kejengkelan” di tengah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat yang sangat menggangu putaran roda ekonomi.  

PPKM yang sangat mengganggu roda ekonomi rumah tangga, PPKM yang membuat orang “terkurung” di dalam rumahnya sendiri,  PPKM yang sangat membuat repot Ibu dan anak anaknya yang masih kecil.  

Anak-anak yang belum dapat sepenuhnya mengerti tentang apa sebenarnya yang tengah terjadi. Nah itu semualah yang menghasilkan rasa  kesepian, bosan dan mau meledak.

Apabila berharap ada sedikit kritik untuk buku yang sudah sangat prima ini, adalah bahwa untaian kata-katanya pada setiap halaman agak terlalu sedikit.  

Mungkin bila ada uraian yang dapat ditambahkan sedikit saja, maka akan membuat jalannya cerita menjadi lebih mengalir dan lebih menarik.   Ekstrimnya adalah buku ini bisa dikembangkan lagi dalam format “komik” yang langsung memberikan sebuah penyajian yang lebih hidup.  

Di luar dari itu semua ketiga buku ini benar benar buku yang bagus dan telah mampu mewakili perasaan kita semua ditengah-tengah melandanya pandemic covid 19.  

Selamat membaca dan menikmati buku ini. Selamat untuk Tascha dan juga Sang Ilustrator dengan gambar dan warna menarik dalam mempersembahkan buku ini.  3 Buah buku yang sangat “hidup”.  Sekali lagi Selamat membaca!

Jakarta 29 Juli 2021

Chappy Hakim

Artikel Terkait