Nasional

Presiden Duterte Burubah Sikap, Militer AS Kembali Hadir di Filipina untuk Tujuannya Ini

Oleh : Rikard Djegadut - Jum'at, 30/07/2021 19:45 WIB

Presiden Filipina, Rodrigo Duterte (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Presiden Filipina, Rodrigo Duterte memulihkan pakta pertahanan yang mengatur kehadiran pasukan Amerika Serikat di negaranya. Keputusan itu diungkapkan menteri pertahanan kedua negara pada Jumat (30/7).

Kelanjutan kesepakatan The Visiting Forces Agreement (VFA) itu sempat membuat hubungan Washington dan Manila tegang. Sebab, Duterte sempat mengancam akan keluar dari perjanjian tersebut.

Duterte tahun lalu bersumpah untuk mengakhiri pakta tersebut setelah Amerika Serikat menolak visa sekutu politiknya Ronald Dela Rosa.

VFA merupakan pakta pertahanan yang memungkinkan AS merotasi ribuan tentaranya masuk dan keluar dari Filipina untuk latihan perang dan operasi kemanusiaan.

Menteri Pertahanan Filipina, Delfin Lorenzana mengaku tidak tahu persis mengapa Duterte mengubah sikapnya atas pakta tersebut.

Namun yang pasti, keputusan itu dibuat setelah Duterte bertemu dengan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di Manila, Kamis kemarin.

Juru bicara Duterte Harry Roque mengatakan keputusan itu "didasarkan pada kepentingan inti strategis Filipina dan kejelasan posisi AS tentang kewajiban dan komitmennya di bawah MDT (Perjanjian Pertahanan Bersama)."

"Ini memberikan kepastian bagi kami ke depan, kami dapat melakukan perencanaan jangka panjang dan melakukan berbagai jenis latihan," kata Austin saat konferensi pers bersama seperti dikutip dari Reuters.

Bagi Amerika Serikat, memiliki kemampuan untuk merotasi pasukan penting tidak hanya untuk pertahanan Filipina, tetapi secara strategis untuk melawan perilaku China di wilayah tersebut.

Tensi hubungan China dan Filipina terus memanas ratusan kapal Tiongkok memasuki perairan yang disengketakan di Laut China Selatan.

AS juga kembali memperingatkan China atas konsekuensi bila mereka menyerang pasukan Filipina di Laut China Selatan.

Jika China bersikeras melakukan serangan terhadap Filipina, maka AS menegaskan akan bertindak.

Kehadiran militer AS di perairan strategis itu dipandang sebagai penyeimbang China, yang mengklaim hampir seluruh lautan.*

Artikel Terkait