Beijing, INDONEWS.ID – Berdasarkan data National Bureau of Statistics (NBS), Tiongkok mencatatkan pertumbuhan PDB sebesar 12.7 persen pada Semester I tahun 2021 di tengah situasi dunia yang masih terpuruk.
Pulihnya kondisi perekonomian Tiongkok diharapkan dapat turut mendorong pemulihan ekonomi Indonesia melalui peningkatan kerja sama di sektor perdagangan dan investasi.
Pada Semester I 2021, investasi Tiongkok dan Hong Kong ke Indonesia berjumlah USD4 miliar dengan total proyek sebanyak 2.133.
Angka ini menempatkan Tiongkok pada peringkat ketiga investor asing terbesar di Indonesia dengan nilai realisasi investasi mencapai USD1,7 miliar dengan jumlah proyek 1.245.
Sementara Hong Kong berada diurutan kedua investor asing kedua terbesar di Indonesia dengan nilai investasi mencapai USD2,3 miliar dan jumlah proyek 888.
Pada periode ini, kinerja ekspor Indonesia ke Tiongkok melonjak dibandingkan dengan tahun sebelumnya dalam periode yang sama. Hal ini tercermin dari meningkatnya total nilai ekspor Indonesia ke Tiongkok, khususnya produk-produk unggulan dan potensial Indonesia di Tiongkok.
Berdasarkan data Kepabeanan Tiongkok total perdagangan bilateral Indonesia dengan Tiongkok dalam periode ini mencapai USD53,5 miliar, meningkat 50.3 persen dibandingkan Semester I tahun 2020.
Ekspor Indonesia ke Tiongkok tercatat mencapai USD26,2 miliar, tumbuh 51.4 persen. Nilai impor Indonesia dari Tiongkok juga meningkat 49.3 persen atau mencapai USD27,3 miliar.
Produk unggulan dan potensial Indonesia dalam periode ini yang mengalami peningkatan nilai ekspor signifikan, dalam kode HS dua digit, diantaranya: Besi dan Baja (HS 72) meningkat 100 persen;
Lemak dan minyak hewani atau nabati (HS 15) meningkat 125.9 persen; Aneka produk kimia (HS 38) meningkat 104.6 persen; Kopi, teh, mate dan rempah-rempah (HS 09) meningkat 94.8 persen; Residu dan sisa dari industri makanan, olahan makanan hewan (HS 23) meningkat 230.9 persen; Produk industri penggilingan (HS 11) meningkat 3688.9 persen;
Barang dari kulit (HS 42) meningkat 177.04 persen; Bermacam-macam olahan yang dapat dimakan (HS 21) meningkat 106.3 persen; Produk keramik (HS 69) meningkat 108.7 persen; Mutiara alam, buatan, logam mulia (HS 71) meningkat 286.3 persen; Nikel (HS 75) meningkat 5496.9 persen;
Bulu dan bulu halus unggas olahan, bunga tiruan, barang dari rambut manusia (HS 67) meningkat 182.3 persen; Olahan dari daging, ikan, krustacea, moluska atau invertebrata air lainnya (HS 16) meningkat 816.8 persen;
Produk hewani (HS 05) meningkat 120.2 persen; Timbal (HS 78) meningkat 277.4 persen; Barang dari besi atau baja (HS 73) meningkat 93.1 persen; Garam, belerang, tanah dan batu, bahan plester, kapur dan semen (HS 25) meningkat 72.7 persen; Olahan dari sayuran, buah, biji/kacang atau bagian dari tanaman (HS 20) meningkat 68.3 persen;
Bagian dan aksesoris kendaraan (HS 87) meningkat 53.9 persen; Pulp dari kayu (HS 47) meningkat 52.6 persen; Instrumen musik, bagian dan aksesorisnya (HS 92) meningkat 50.9 persen; Instrumen dan aparatus optis, dll (HS 90) meningkat 48.7 persen;
Kakao dan olahannya (HS 18) meningkat 48.6 persen; Kertas dan kertas karton (HS 48) meningkat 48.3 persen; Mainan, keperluan olah raga, bagian dan aksesorisnya (HS 95) meningkat 46.3 persen; Produk produk hewani yang dapat dimakan (HS 04) meningkat 40.4 persen.
Mengingat kondisi di Tiongkok yang sudah berangsur normal meskipun tetap dengan pemberlakuan protokol kesehatan yang masih ketat, sejak akhir tahun 2020 KBRI Beijing semakin mengintensifkan pelaksanaan diplomasi ekonomi secara hybrid.
Antara lain dengan melaksanakan dan memfasilitasi kegiatan promosi dan forum bisnis TTI, promosi budaya, roadshow business visit ke investor dan calon investor Tiongkok, serta promosi produk ekspor andalan dan potensial Indonesia di berbagai wilayah di Tiongkok.
KBRI Beijing juga berkomitmen mendorong peningkatan kerja sama Indonesia-Tiongkok di bidang infrastruktur, kesehatan, ekonomi digital, ekonomi hijau, serta industri bernilai tambah khususnya di sektor kendaraan listrik.
Dalam kerangka sinergi kerja sama BRI dan GMF, KBRI Beijing juga mendorong percepatan implementasi proyek-proyek strategis di 4 koridor ekonomi, yaitu Sumatera Utara, Kalimantan Utara, Sulawesi Utara dan Bali.
Di bidang kesehatan, Tiongkok mendukung Indonesia sebagai hub-vaksin regional. Selain produksi bersama vaksin COVID-19, sejumlah perusahaan vaksin dan obat-obatan Tiongkok juga menawarkan pembangunan pusat penelitan vaksin dan memberikan sponsor untuk pengembangan program pendidikan kesehatan publik pada universitas-universitas di Indonesia serta pertukaran pengetahuan para ahli.
Berbagai upaya diplomasi ekonomi KBRI Beijing tersebut diharapkan dapat turut memberikan kontribusi bagi upaya penanganan pandemi dalam negeri dan saat yang sama menjadi bagian dalam upaya pemulihan ekonomi nasional.*