Nasional

LSPR Peduli, Rangkul Pemuda untuk Pahami Perencanaan dan Mitigasi Bencana

Oleh : very - Senin, 30/08/2021 10:59 WIB

Dr. Puji Lestari, Peneliti Komunikasi Bencana dan Dosen UPN Veteran Yogyakarta

Jakarta, INDONEWS.ID -- Letak geografis Indonesia yang berada pada area “ring of fire”, membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang rawan dari bencana alam. Sebagian besar bencana alam yang terjadi termasuk dalam kategori bencana yang bisa diprediksi dan diantisipasi.

Data AHA Center (2020) menunjukkan bahwa dalam delapan tahun terakhir 90% bencana masuk dalam kategori hidrometeorologi yang bisa diprediksi, seperti banjir, tanah longsor, dan badai.

Pentingnya peran pemuda dalam upaya mengantisipasi bencana perlu terus didorong dan digaungkan. Oleh karena itu, LSPR mengadakan webinar series LSPR Peduli dengan judul “Membangun Pemahaman Manajemen dan Mitigasi Bencana di Kalangan Pemuda”. Acara ini bertujuan untuk mengedukasi pemahaman mitigasi bencana di kalangan pemuda.

Dr. Puji Lestari, Peneliti Komunikasi Bencana dan Dosen UPN Veteran Yogyakarta, menyampaikan pemaparan pada sesi pertama acara tersebut. Membawakan materi tentang “Manajemen dan Mitigasi Bencana di Kalangan Pemuda”, dia menjelaskan tentang konsep komunikasi dalam penyampaian sebuah bencana.

“Komunikasi bencana berawal dari konsep komunikasi, bagaimana proses penyampaian informasi, ada ide, gagasan, pesan ke pihak lain agar ada kesamaan makna. Dengan demikian apabila ketika proses komunikasi sudah berjalan namun timbul keributan maka belum ada kesamaan makna yang disebabkan salah satunya oleh perbedaan persepsi,” ujarnya seperti dikutip dari siaran pers Communication and Reputation Department, LSPR Communication and Business Institute di Jakarta, Senin (30/8).

Menurutnya, manajemen bencana itu membicarakan aspek perencanaan dan penanggulangan bencana pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana. Pada bagian perencanaan ini harus benar-benar diperhatikan.

“Masih ada daerah-daerah yang rawan bencana di Indonesia yang belum memperhatikan dan memiliki aspek perencanaan terhadap bencana ini,” ujarnya.

Sedangkan mitigasi bencana, katanya, berada pada bagian sebelum bencana. “Mitigasi harus tetap dilakukan walaupun kondisi daerah bencana sudah pulih,” katanya.

(Hari Akbar Apriawan, Direktur Eksekutif Indonesia Resilience. Foto: Humas LSPR)

Selanjutnya pemaparan kedua disampaikan oleh Hari Akbar Apriawan, Direktur Eksekutif Indonesia Resilience. Pada sesi pemaparan kedua ini dia menjelaskan tentang “Pemuda dan Resiliensi Bencana: Tinjauan Empirik”.

Hari mengatakan, bencana adalah bagian holistic dari manusia yang tidak bisa terpisahkan dan sangat melekat dengan manusia. Manusia akan selalu terdampak oleh bencana terlebih untuk masyarakat Indonesia.

Hal ini karena letak Indonesia yang berada di lempeng besar dunia dan tepat berada di bagian cincin gunung api yang memiliki aktifitas vulkanologi tinggi. 

“Manusia perlu memiliki pemahaman kultural, melihat potensi bencana, seperti perubahan perilaku hewan, perubahan fisik alam. Dalam hal ini, keistimewaan pemuda, mereka memiliki jejaring yang luas, memiliki pemahaman yang cenderung masih ideal, memiliki partisipasi, kreatifitas, keaktifan dan kepedulian,” katanya.

Pada akhir webinar kedua narasumber berpesan agar para audiens yang merupakan generasi penerus bangsa agar menjadi manusia yang tangguh dan tanggap terhadap bencana.

Karena itu, mulailah memiliki kepedulian, berempati dan bersimpati melalui komunikasi sehingga memberikan kesiapan yang lebih baik dalam menghadapi dan mengatasi bencana, dan mempersiapkan kapasitas diri dan masyarakat dengan melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat membangun ketangguhan dan kemampuan untuk bertahan dalam keadaan yang sulit. Dan yang terpenting, semua itu harus dilakukan secara transparan, gotong-royong, dan kolaboratif.

LSPR PEDULI merupakan Proyek Kemanusiaan Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR. Program ini merupakan rangkaian upaya yang dilakukan secara sistematis untuk menganalisis risiko-risiko dampak bencana ataupun krisis terhadap kehidupan dan penghidupan manusia.

Berbagai upaya penanggulangan bencana dan aksi bakti sosial yang dilakukan oleh generasi muda itu memiliki dampak yang baik dan nyata dalam kehidupan. Sistem program Proyek Kemanusiaan perlu selalu dilakukan secara fokus dan inklusif dalam pembangunan berkelanjutan agar manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh masyarakat. (*)

 

Artikel Terkait