Opini

Peran Experiential Travel dan Digital Story Telling dalam Mengembangkan Desa Wisata di Indonesia Pasca Pandemik Covid-19

Oleh : indonews - Selasa, 28/12/2021 10:50 WIB

Prof. Yuwana Mardika, Guru Besar dari Universitas Parahyangan dalam acara webinar mengenai Literasi Desa beberapa waktu lalu. (Foto: Ist)

Oleh: Elke Alexandrina; Susilowati Natakoesoemah; Kartini Dwi Sartika; Alexander Mamby Aruan*)

Jakarta, INDONEWS.ID --- Industri perhotelan, perjalanan dan pariwisata Indonesia mengalami tantangan yang cukup berat di tengah kondisi pandemic saat ini karena adanya kebijakan pembatasan mobilitas masyarakat dan berbagai peraturan dari pemerintah untuk meminimalisir penyebaran pandemik Covid-19 ini, sehingga terjadi penurunan wisatawan yang sangat luar biasa.

Pandemik Covid-19  ini juga telah memicu perubahan yang cukup besar dari perilaku wisatawan, diantaranya mereka lebih suka melakukan perjalanan ke destinasi yang dekat, jauh dari kerumunan, memiliki tingkat kebersihan yang tinggi, dan  lebih memilih perjalanan secara pribadi daripada berkelompok serta destinasi yang memiliki ruang terbuka.

Kebijakan mobilitas, pengurangan aktivitas transportasi, serta industri telah memberikan dampak yang positif terhadap lingkungan alam. Adapun selama masa pandemik ini, banyak sekali kebijakan untuk mengurangi mobilitas dan aktifitas yang menimbulkan kerumunan massa.  Dari hasil penelitian membuktikan bahwa udara pada beberapa negara di dunia menjadi lebih bersih, demikian pula di Indoneisa terutama pada kota-kota besar seperti DKI Jakarta, Surabaya, Semarang dan Bandung yang menujukkan pula bahwa pandemik Covid-19 ini telah memberikan dampak positif pada kualitas udara yang lebih baik dibandingkan dengan sebelum pandemik Covid-19 ini.

Fenomena tersebut memberikan pelajaran kepada kita sekaligus perlu untuk direnungkan bagaimana langkah strategis yang harus dilakukan pasca covid serta sekaligus juga membuat model untuk menangani pandemik pada masa yang akan datang. Merenung dalam artian apakah nanti di era pasca covid ada kemungkingan terjadi perubahan perilaku konsumen akibat pendemik ini yang tidak hanya berlangsung sementara namun dalam jangka panjang, seperti tren wisatawan menghidari tempat-tempat yang dianggap berisiko, kemudian lebih suka berekreasi yang lebih dekat dengan rumah, atau ke tempat-tempat yang populasinya tinggi dihindari?

Dalam konteks pariwisata, kemampuan inovatif dan adaptif sangat memainkan peranan penting pada pasca Covid-19 ini, terutama pada era tekonologi yang semakin berkembang ini, dunia sudah sangat digital sehingga diperlukan strategi marketing yang berbasis digital atau strategi marketing 4.0 menjadi suatu keniscayaan.

Prof. Yuwana Mardika, Guru Besar Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR mengungkapkan bahwa untuk kembali lagi ke optimisme semula, industri pariwisata harus mengubah pula strategi pariwisatanya dan menjadi lebih sadar akan dampak sosial yang terjadi saat ini. Oleh karena itu dengan adanya krisis pandemi Covid-19 memberikan peluang untuk ditata kembali menjadi sebuah konsep pariwisata yang memperhatikan aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan atau disebut dengan pariwisata berkelanjutan.

Mengenai perubahan pola perilaku wisatawan, maka situasi pasca Covid-19 akan menghasilkan pola permintaan konsumen yang baru atas bentuk produk dan destinasi wisata tertentu. Seperti pemaparan sebelumnya bahwa unsur-unsur kesehatan, kebersihan, kenyamanan dan kebersihan, tempat terbuka, serta penduduknya yang sedikit menjadi pendorong utama  wisatawan dalam memilih tempat untuk tujuan wisata.

Organisation Economic for Co-operation and Development (OCED) dan Organisasi Pariwisata Dunia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), berpendapat bahwa dengan adanya perubahan perilaku masyarakat ini,  pedesaan memiliki peran yang signifikan untuk pemulihan pariwisata terutama yang memiliki kawasan berbasis alam dan ekoswisata. Pada era pasca Covid-19, kawasan alami cenderung memberikan daya tarik yang lebih kuat dari sebelumnya, ekowisata alam akan lebih dieksplorasi alam terbuka, udara terbuka serta  segarnya udara akan mendapatkan nilai lebih bagi wisatawan.

 

(Desa Wisata Wae Rebo, di Manggarai, Nusa Tenggara Timur. Foto: Ist)

 

Desa Bojong Kulur

Salah satu provinsi Indonesia yang memiliki potensi wisata yang sangat besar adalah Provinsi Jawa Barat. Karena kekayaan alamnya maupun budayanya, salah satu kabupaten di Jawa Barat yang memiliki potensi wisata yang cukup besar adalah Kabupaten Bogor, sehingga perlu diangkat dan dipromosikan.

Desa Bojong Kulur merupakan salah satu desa pada Provinsi Jawa Barat yang memiliki potensi sumber daya alam dan budaya yang bisa dikembangkan seperti arung jeram, jalur track sepeda,  dan event kebudayaan.

Pada tahun 2019, Desa Bojong Kulur telah mendapatkan  anugerah desa terbaik pada Kabupaten Bogor sehingga menjadi salah satu desa yang sangat potensial untuk dikembangkan. Saat ini, Desa Bojong Kulur sedang melakukan berbagai pembangunan, pengembangan dan perbaikan dalam upaya menuju desa wisata.  

“Kami memiliki visi misi untuk menjadikan Desa Bojong Kulur sebagai desa madani. Madani ini adalah mandiri, sejahtera dan indah. Mandiri secara ekonomi, sejahtera dengan salah satu upayanya ialah renovasi pasar desa, dan indah yang merujuk pada pengembangan desa menjadi desa wisata,” kata Kepala Desa Bojong Kulur, Firman Riansyah.

 

Inovasi dalam Pariwisata Desa

Sebagai upaya dalam mengembangkan desa wisata pada era digital, Desa Bojong Kulur mendapatkan dukungan dari para akademisi Institut Bisnis dan Komunikasi LSPR yang merupakan komunitas dosen pengajar yang mempunyai keahlian dalam bidang komunikasi. Dukungan ini diberikan melalui pengadaan sebuah acara seminar online (Webinar) Literasi Desa yang berisikan edukasi mengenai promosi pariwisata melalui pendekatan story telling, experimental travel dan creative tourism.

Di dalam acara webinar mengenai Literasi Desa ini, salah satu narasumber yaitu Prof. Yuwana, menyatakan bahwa untuk mengembangkan desa wisata pada era digital saat ini terdapat berbagai strategi penting yang harus dilakukan. Diantaranya yaitu melalui pendekatan story telling yang baik, yakni dengan menarasikan potensi wisata sekaligus dengan menggunakan  strategi experiental travel atau memberikan pengalaman perjalanan kepada customer yang berkisar pada eksplorasi budaya dan perjalanan berbasis aktivitas.

Wisatawan saat ini lebih ingin mencari pengalaman yang memperkaya mereka dan membuat mereka lebih terlibat pada suatu tempat dan budaya dengan cara yang lebih intim, yakni seperti berinteraksi dengan penduduk setempat.  

“Desa Bojong perlu menyiapkan mentalitas masyarakatnya supaya dapat berdialog dengan para wisatawan. Menyediakan homestay, menyediakan kuliner, tinggal dan sharing bersama masyarakat, merasakan dan berdialog dengan kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Inilah yang disebut dengan creative tourism yang dibutuhkan oleh Desa Bojong,” jelas Prof. Dr. Yuwana.

(Desa Sasak, Sade, Lombok merupakan Desa Wisata yang sudah Mandiri dengan menyajikan karya Ekonomi Kreatif dan Seni Pertunjukan yang memiliki nilai ekonomis. (Foto: Shutterstock/Farizun Amrod Saad)

Experiental travel dan creative tourism inilah yang menjadi aspek penting dari suatu desa wisata. Pada webinar tersebut Prof. Yuwana menjelaskan bahwa desa wisata adalah komunitas atau masyarakat yang terdiri dari para penduduk suatu wilayah terbatas yang bisa saling berinteraksi secara langsung di bawah sebuah pengelolaan, dan memiliki kepedulian serta kesadaran untuk berperan bersama dengan menyesuaikan keterampilan individual yang berbeda.

“Desa wisata dibentuk untuk memberdayakan masyarakat agar dapat berperan sebagai pelaku langsung dalam upaya meningkatkan kesiapan dan kepedulian kami dalam menyikapi potensi pariwisata, atau lokasi daya tarik wisata di wilayah masing-masing desa,” ujarnya.

Sementara itu pada suatu desa wisata, konsep creative tourism perlu diterapkan. Creative tourism akan memberikan kesinambungan budaya bagi pengunjung.  Beberapa atraksi yang bisa ditampilkan dari konsep creative tourism adalah workshop kebudayaan, kelas-kelas kursus dari pakar setempat atau adanya suatu simulasi perjalanan ekspedisi di daerah wisata tersebut yang dilakukan secara mandiri/self-guided.  Berbagai macam aktivitas dan atraksi yang dimaksud adalah seperti wisata memancing, tamasya lepas pantai, photo hunting dan kuliner makanan setempat.

Creative Tourism sendiri sudah berlangsung bertahun-tahun dan banyak diterapkan di berbagai destinasi wisata. Salah satu contoh program Creative Tourism ini adalah program homestay atau pertukaran pelajar.  Dimana tuan rumah memberikan pengalaman hidup sehari-hari di daerah tersebut, melakukan berbagai macam aktivitas lokal serta membuat makanan dan minuman otentik setempat.

Dengan adanya penerapan creative tourism, maka pengalaman yang dirasa oleh pengunjung akan memberikan suatu tourism experience, yaitu dimana pengunjung fokus untuk mengeksplorasi kota, atau tempat tertentu dengan terlibat secara aktif dan bermakna dengan sejarah, orang, budaya, makanan, dan terlibat secara langsung dengan lingkungannya.

Selain itu, menurut Prof. Yuwana, sebagai upaya untuk bisa meningkatkan potensi desa wisata adalah menerapkan pendekatan story tellingStory telling adalah  kegiatan menceritakan suatu cerita, baik yang dilakukan secara manual ataupun dengan menggunakan piranti teknologi dan internet.

Mengutip dari pernyataan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, story telling menjadi langkah penting bagi wisatawan untuk mengetahui latar belakang event dan destinasi wisata yang akan didatanginya. Sandiaga juga menegaskan bahwa story telling juga menjadi metode yang tepat dalam mencari informasi mengenai suatu destinasi wisata, dan produk-produk ekonomi kreatif daerah tersebut.

Dengan terlaksananya Webinar Literasi desa, Desa Bojng Kulur dapat memanfaatkan pendekatan creative tourism, experimental tourism dan digital story telling sebagai konteks komunikasi pariwisata desa yang dapat meningkatan dan mempersiapkan potensi pariwisata atau lokasi daya tarik wisata di desa tersebut.

*) Penulis: Elke Alexandrina; Susilowati Natakoesoemah; Kartini Dwi Sartika; Alexander Mamby Aruan adalah Dosen Institut Komunikasi dan Bisnis LSPR

 

 

 

 

 

Artikel Terkait