Opini

Hari Lahir Bung Karno dan Pesan-Pesan Ideologis dari "Kota Pancasila"

Oleh : indonews - Senin, 06/06/2022 20:59 WIB

Viktus Murin (berkacamata), bersama Bamsoet; Ketua MPR RI yang juga Wakil Ketua Umum Partai Golkar. (Foto: Ist)

Oleh: Viktus Murin*)

INDONEWS.ID - Hari ini, 6 Juni, adalah tanggal kelahiran Bung Karno. Sang penggali Pancasila itu lahir pada 6 Juni 1901 di Surabaya, Jawa Timur. Ayahnya adalah Raden Soekemi Sosrodihardjo, dan ibunya berdarah Bali; Ida Ayu Nyoman Rai "Srimben". Kendati Bung Karno telah lama tiada (wafat 21 Juni 1971), Presiden RI yang pertama itu tetap dikenang jasa-jasanya terkhusus pada prinsip-prinsip ideologi perjuangannya. Jasa terbesarnya bagi bangsa Indonesia adalah menjadi Poklamator Kemerdekaan Indonesia bersama Bung Hatta (Mohamad Hatta) yang kemudian menjadi Wakil Presiden RI pertama. Jasa terbesar dwi-tunggal Sorkarno-Hatta sebagai Proklamator ini tidak dapat diingkari, pun tidak dapat dihapuskan dari realitas sejarah Indonesia!

Mengingat momen hari lahir (Harlah) Bung Karno, sejatinya merupakan bagian dari "napak tilas" riwayat lahirnya negara-proklamasi 17 Agustus 1945. Ibarat telah merupakan jalan takdir, bahwa Soekarno lahir karena telah "diridhoi" oleh Allah Sang Pencipta untuk menjadi pembebas bangsa Indonesia dari perbudakan kolonialisme penjajah.

Tak dapat dihindari bahwa ingatan kolektif bangsa Indonesia kepada Bung Karno adalah juga ingatan mengenai riwayat dan eksistensi negara-bangsa (nation-state) Indonesia. Akankah ada kemerdekaan Indonesia tanpa peran Bung Karno dan generasi Para Pendiri Bangsa (The Founding Fathers)? Kendati begitu besar jasa Bung Karno, baiklah bangsa Indonesia pun tidak mengkultuskan Bung Karno, sebab beliau juga sama dengan manusia lainnya yang tak luput dari salah, khilaf, dan ketidaksempurnaan manusiawi. Terhadap Bung Karno maupun setiap pemimpin lainnya, janganlah dijadikan sebagai objek kultus individu karena hal itu dapat berakibat negatif bagi pembentukan karakter bangsa.

Satu babak sejarah besar Indonesia yang tidak dapat dilepaspisahkan dari peran Bung Karno adalah perihal kelahiran Pancasila, yang oleh Bung Karno disebutnya sebagai "lima butir mutiara". Ilham atau inspirasi mengenai Pancasila itu diperoleh Bung Karno saat merenungkan keadaan dan kondisi bangsanya di bawah sebuah Pohon Sukun di Ende, tempat pembuangan Bung Karno oleh rezim kolonial Belanda. Bung Karno berada di Ende, sebuah kota kecil di tengah "Pulau Bunga" Flores selama empat tahun yakni 1934-1938. Bung Karno untuk pertama kalinya menjejakkan kakinya di Ende pada tanggal 14 Januari 1934.

Selama di Ende inilah, Bung Karno berinteraksi dengan beberapa Pastor Katolik asal Eropa yang kemudian menjadi sahabat pertukaran ide bagi dirinya. Bung Karno pun bersahabat baik dengan beberapa tokoh Muslim di Ende. Interaksi kemanusiaan yang bersifat intens dengan para tokoh lokal lintas iman, pun dengan kalangan rakyat jelata yang sangat mengasihi Bung Karno, telah memperkaya khasanah permenungannya mengenai Pancasila. Pasca Indonesia merdeka, Pancasila akhirnya diteguhkan sebagai dasar negara dan filosofi dasar bangsa Indonesia. Kini, negara dan bangsa Indonesia telah memantapkan tanggal 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila. Akan halnya Ende, di kemudian hari, kota kecil ini telah "dibaptis" oleh perjalanan zaman sebagai "Kota Pancasila".

 

Kisah Dua Presiden dan "Kota Pancasila"

Ada yang istimewa pada peringatan Hari Lahir Pancasila 1 Juni tahun 2022. Untuk pertama kalinya lokasi peringatan Harlah Pancasila secara nasional diselenggarakan di luar ibukota negara. Lebih istimewa lagi karena lokasi yang dipilih untuk peringatan Harlah Pancasila adalah Ende, tempat di mana pertama kalinya Bung Karno merenungkan dasar negara Pancasila. Presiden Jokowi langsung menjadi Inspektur Upacara dalam peringatan Harlah Pancasila 1 Juni 2022.

Kehadiran Presiden Jokowi di "Kota Pancasila" Ende, merupakan kehadiran Presiden RI yang kedua kalinya. Kali pertama Presiden RI menghampiri kota Ende terjadi pada tahun 1954, saat Presiden Soekarno tiba kembali di Ende, sembilan tahun setelah Indonesia merdeka. Kehadiran Bung Karno tahun 1954 di Ende dalam kapasitasnya sebagai Presiden RI yang pertama, tentu saja sekaligus merupakan momen nostalgik mengenang masa-masa heroik revolusioner, saat dirinya diasingkan ke Ende pada masa revolusi kemerdekaan.

Kali ini, kunjungan Presiden Jokowi di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terasa begitu istimewa terkhusus bagi warga Ende. Sedikitnya telah lebih dari sepuluh kali, Presiden Jokowi mendatangi NTT. Kunjungan-kunjungan Presiden Jokowi ke berbagai kabupaten kepulauan di NTT itu, berlangsung dalam suasana biasa (kunjungan yang teragendakan sejak awal), pun dalam situasi luar biasa yakni ketika terjadi bencana alam.

Apakah Presiden Jokowi memang punya "kohesi batin" yang kuat dengan NTT? Walauhalambisawab. Entahlah. Yang pasti, Propinsi NTT boleh dikata menjadi daerah yang paling sering dikunjungi oleh Presiden Jokowi semenjak ia naik ke tampuk kekuasaan tertinggi pemerintahan Republik Indonesia pada tahun 2014, hingga nanti mengakhiri masa 10 tahun pemerintahannya pada tahun 2024 mendatang.

Selasa, 31 Mei 2022, sore-sore benar, kira-kira pukul 17.30 Wita, Presiden Jokowi bersama Ibu Negara Iriana Jokowi menjejakkan kaki di "bumi danau triwarna Kelimutu". Beberapa jam sebelumnya, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo telah tiba pula di Ende. Kehadiran RI-1 (Presiden) dan RI-5 (Ketua MPR) di Ende adalah dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2022.

Selasa sore di penghujung Mei itu, semenjak landing di Bandara Aroeboesman Ende, hingga menuju tempat penginapan, ribuan rakyat Ende "menyemut" dan "mengular", tumpah-ruah di jalan menanti dan menyambut kedatangan Presiden Jokowi. Rakyat di Ende itu bahkan telah menunggu-nunggu kehadiran Presiden Jokowi sejak satu-dua jam sebelum pesawat kepresidenan berwarna merah-putih itu landing di tanah bumi Ende. Nuansa ketulusan relasi masyarakat Ende dengan pemimpin yang sangat mereka cintai, tergambar sangat kental. Antusiasme yang sama terlukis pula di dinding media sosial.

 

Pancasila adalah Bintang Penuntun

Saat menjadi Inspektur Upacara pada peringatan Harlah Pancasila, 1 Juni 2022, Presiden Jokowi menekankan betapa pentingnya Pancasila bagi Indonesia dan keindonesiaan. Dalam ungkapan metaforis, Presiden Jokowi mengandaikan Pancasila sebagai "bintang penuntun" bagi kehidupan dan peradaban bangsa Indonesia. Ungkapan bintang penuntun ini mengandung makna bahwa hanya dengan terang Pancasila, bangsa Indonesia mampu mengokohkan soliditas keindonesiaan, sekaligus memajukan peradaban berbangsa, bermasyarakat, dan bernegara. Dengan diksi lain, tanpa terang Pancasila bangsa Indonesia berpotensi jatuh dalam kegelapan peradaban, akibat terkontaminasi dengan ideologi trans-nasional yang liar dan tidak berkohesi dengan karakter budaya masyarakat Nusantara yang penuh harmoni.

Pada upacara peringatan Harlah Pancasila di Ende, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo tampil membacakan teks Pancasila. Sedangkan teks Pembukaan UUD 1945 dibacakam oleh Wakil Ketua DPR RI Lodewick Paulus. Seusai upacara peringatan Harlah Pancasila di Ende, Presiden Jokowi diberi gelar adat oleh otoritas adat Ende sebagai "Mosalaki Ulu Beu Eko Bewa", yang bermakna "Pemimpin Wilayah Indonesia, dari Sabang Sampai Merauke".

Dalam kunjungannya ke NTT kali ini, Presiden Jokowi bahkan menginap dua malam di Ende, yakni pada Selasa malam (31/5) dan Rabu malam (1/6). Seusai rangkaian acara di Ende di hari Rabu, Presiden dan Ibu Negara terbang menggunakan helikopter menuju Kabupaten Ngada yang bertetangga dengan Kabupaten Ende. Pada Kamis (2/6), Presiden melanjutkan penerbangan dengan pesawat kepresidenan menuju Kabupaten Sumba Timur, dan sesudahnya kembali ke ibukota negara Jakarta.

 

Pancasila Jalan Hidup Bangsa

Dari Kota Pancasila Ende, Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) yang juga Wakil Ketua Umum Partai Golkar, mengamini ketegasan Presiden Jokowi bahwa Pancasila harus menjadi jalan hidup (way of life) bangsa Indonesia. Pancasila tidak boleh hanya sekedar dijadikan bahan hafalan, ataupun hiasan dinding belaka. Nilai-nilai Pancasila harus dibumikan dan atau diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh seluruh rakyat Indonesia.

"Segala tingkah laku dan tindak tanduk para pemimpin serta seluruh rakyat Indonesia harus mencerminkan semua sila yang ada dalam Pancasila. Kita harus terus mengingat dasar negara Pancasila yang merupakan landasan cita-cita perjuangan bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan bangsa," ujar Bamsoet kepada media massa, seusai mengikuti upacara Harlah Pancasila di Lapangan Pancasila Ende, Rabu (1/6).

Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI Bidang Hukum, HAM, dan Keamanan ini menegaskan, peringatan Harlah Pancasila tidak boleh terhenti sekadar seremonial belaka. "Sangat berbahaya jika para pejabat dan rakyat Indonesia tidak lagi menghayati dan mengamalkan Pancasila. Indonesia merupakan negara yang sangat luas dengan komposisi penduduk yang sangat beragam, bisa terpecah belah. Seperti halnya yang terjadi di Timur Tengah, Uni Soviet ataupun belahan dunia lainnya," ucap Bamsoet mewanti-wanti.

Bamsoet yang juga Ketua Umum Ikatan Motor Indonesia (IMI) ini mengibaratkan Pancasila sebagai pondasi rumah yang kuat, sehingga mampu menopang Indonesia agar kokoh. Karena Pancasila, semua kebhinekaan yang ada tidak membuat bangsa Indonesia terpecah. Tetapi, diikat menjadi suatu kekuatan besar.

"Kita harus mewaspadai segala upaya yang merusak ideologi Pancasila untuk menghancurkan bangsa Indonesia. Mari bersama kita jaga dan junjung tinggi Pancasila dari berbagai serangan ideologi lain yang tidak senafas dengan nilai-nilai kehidupan sosial masyarakat Indonesia," begitu pesan tegas Bamsoet, sembari mengajak seluruh elemen bangsa melakukan kerja kolektif untuk membumikan nilai-nilai luhur Pancasila.

*) Viktus Murin adalah Tenaga Ahli Ketua MPR RI Bambang Soesatyo.

Artikel Terkait