Nasional

Hikmahanto: Misi Gencatan Senjata dan Pengakhiran Konflik Jauh Lebih Besar Berhasil

Oleh : very - Kamis, 23/06/2022 22:26 WIB

Hikmahanto Juwana, Guru Besar Hukum Internasional UI dan Rektor Universitas Jenderal A. Yani. (Foto: Pikiran Rakyat)

Jakarta, INDONEWS.ID - Rencana kunjungan Presiden ke Kiev dan Moskow akan lebih maksimal bila mengupayakan gencatan senjata dan pengakhiran tragedi kemanusiaan akibat konflik bersenjata, bukan penuntasan konflik.

“Presiden tidak perlu mengupayakan perdamaian yang bertujuan untuk menyelesaikan akar masalah terjadinya perang mengingat Indonesia tidak berada di kawasan dan tidak memiliki berbagai sumber daya yang dibutuhkan,” ujar Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia (UI) Hikmahanto Juwana, melalui siaran pers di Jakarta, Kamis (23/6).

Rektor Universitas Jenderal Ahmad Yani tersebut mengatakan, kemungkinan berhasilnya misi untuk menciptakan gencatan senjata dan pengakhiran tragedi kemanusiaan sangat besar daripada mendamaikan kedua negara.

Menurut Hikmahanto, ada dua alasan utama untuk hal tersebut.

Pertama karena konflik senjata di Ukraina sudah berlangsung lama. Ketika Turkiye dan Israel mengupayakan gencatan senjata saat itu konflik bersenjata baru saja dimulai. Sehingga kedua belah pihak masih memiliki berbagai sumber daya untuk saling melakukan serangan.

“Saat ini kemungkinan Rusia banyak menanggung beban atas serangan militer khusus, termasuk legitmasi dari masyarakatnya. Sehingga keberadaan Indonesia dibutuhkan untuk menyelamatkan muka Rusia bila hendak menghentikan serangan,” ujarnya.

Demikian pun Ukraina yang menderita tragedi kemanusiaan akibat perang yang relatif lama.

“Kedua, saat ini tidak ada satu negara yang sedang melakukan upaya agar terciptanya gencatan senjata, kecuali Indonesia,” pungkasnya. ***

Artikel Terkait