Nasional

Resep Hidup Sukses Ala Dubes Fadjroel

Oleh : Rikard Djegadut - Minggu, 26/06/2022 14:17 WIB

Duta Besar (Dubes) RI untuk Kazakhstan merangkap Tajikistan, Fadjroel Rachman (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Duta Besar (Dubes) RI untuk Kazakhstan merangkap Tajikistan, Fadjroel Rachman dalam sebuah talkshow online berkesempatan membeberkan resep suksesnya dalam hidup. Mulai dari menjadi aktivits, komisaris utama sejumlah BUMN, juru bicara presiden hingga terakhir sebagai Dubes.

Selama perjalanan hidupnya, Fadjroel mengatakan, orang-orang yang melakukan tindakan besar dan luar biasa merupakan orang-orang biasa. Namun yang membedakan mereka yang sukses dengan orang-orang pada umumnya adalah passion dan resiliensi.

Orang-orang yang sukses dan berhasil dalam hidup, dikatakan mantan Juru Bicara Presiden Jokowi ini adalah mereka memiliki passion dan resiliensi yang kuat dalam mencapai atau melakukan sesuatu.

"He or she is ordinary. Jadi pada intinya, orang-orang yang sukses dan berhasil, yang saya lihat dalam pengalaman hidup saya sebenarnya adalah orang-orang biasa yang kemudian melakukan tindakan-tindakan luar biasa oleh karena mereka memiliki passion dan memiliki resiliensi untuk mencapai atau berbuat luar biasa," kata mantan komisaris Waskita ini.

"Jadi itu yang saya temui dalam perjalanan panjang dari hidup saya mulai dari TK, SD, SMP, SMA hingga samapi universitas, sampai S3, menjadi komisaris utama di BUMN, kemudian menjadi Juru Bicara Presiden dan menjadi Duta Besar. Yang saya ketemui itu. Yang saya temukan adalah orang-orang biasa yang melakukan tindakan-tindakan luar biasa," sambungnya.

Fadjroel menyampaikan ia bersama teman-teman melakukan tindakan luar biasa pada 1998 silam merupakan orang-orang biasa. Namun mereka terdorong oleh semangat untuk memberikan ruang bagi setiap warga Indonesia untuk mendapatkan hak yang sama sebagai warga negara. Salah satunya menjadi presiden.

"Saya merasa bahwa kami orang-orang biasa yang melakukan tindakan luar biasa pada tahun 1998 dan akhirnya memberikan ruang sehingga setiap orang di Indonesia itu bisa menjadi presiden," ujarnya.

Fadjroel menuturkan, pada 1998, dia bersama teman-teman aktivits bermimpi menjalankan demokratisasi di lingkungan kampus ITB. Namun kemudian meluas hingga menjadi mimpi untuk Indonesia seluruhnya.

"Pada waktu itu, kami bermimpin ingin menjalankan demokratisasi dalam kampus kami sebenarnya di ITB kemudian meluas menjadi demokratisasi di Indonesia.

Beruntungnya, kata Fadjroel, zaman perpihak pada mereka sehingga lahirlah Gerakan Reformasi. Buah dari gerakan ini, kata Fadjroel, dapat kita nikmati saat ini salah satunya adalah adanya kebebasan bicara.

"Dan ternyata zaman berpihak pada kami tahun 1998, yang akhirnya melahirkan gerakan reformasi, yang akhirnya bisa kita nikmati semua pada hari ini. Setidaknya yang saya amti hari ini adalah adanya kebebasan bicara, termasuk dimana semua orang bisa menjadi presiden. Orang-orang bisa menjadi presiden. Contohnya pada Jokowi," bebernya.

Fadjroel mengakui bahwa perjalanan hidup setiap orang berbeda. Selain oleh beragam faktor, juga dikaren` oleh perbedaan zaman. Namun dia menyakini, passion dan resiliensi tetap menjadi dasar bagi kesuksesan dan keberhasilan seseorang.

"Kenali passion anda. Jangan mudah menyerah. Karena menjadi orang pahlawan, menjadi hero, menjadi orang luar biasa itu berasal dari orang biasa semuanya, itu saja," imbuhnya.

Sosok Fadjroel Rachman

Muhammad Fadjroel Rachman adalah seorang peneliti, penulis, pengamat politik dan aktivis mahasiswa di tahun 1980-an. Saat ini dipercayakan menjadi Duta Besar (Dubes) RI untuk Kazakhstan merangkap Tajikistan.

Fadjroel Rachman lahir di Banjarmasin pada tanggal 17 Januari 1964, setelah tamat SMA, dia kemudian pergi ke pulau Jawa untuk kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB) Jurusan Kimia.

Selesai menamatkan jenjang sarjana strata-1, Fadjroel melanjutkan studinya ke jurusan yang agak menyimpang dari ilmu kimia. Saat itu dia mengambil program Pascasarjana sekaligus program S3 Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia Bidang Manajemen Keuangan dan Moneter.

Selama masih berstatus mahasiswa ITB, Fadjroel kerap bergaul dengan buku-buku pergerakan yang kemudian mengantarkannya dengan sejumlah budayawan dan intelektual seperti almarhum Soebadio Sastrosumitro, Mochtar Lubis, dan Soedjatmoko. Atas usulan Soedjatmoko pula dia terlibat dalam Forum Pemuda Asia Pasifik di Tokyo sampai sekarang.

Pada tahun 1987-1989, tiga tahun setelah kuliah, Fadjroel bersama-sama dengan para aktivis mahasiswa lainnya melakukan advokasi untuk petani Kacapiring dan Badega. Saat masa pemerintahan presiden Soeharto, dia pernah ditunjuk untuk menjadi komandan lapangan dalam aksi long march sejauh 60 kilometer dari Kampus ITB menuju Cicalengka.

Aksi itu sendiri kemudian dibubarkan oleh polisi dengan menghujani peserta aksi dengan peluru karet. Fadjroel bersama kawan-kawannya juga pernah menggelar aksi penolakan kedatangan Rudini yang saat itu menjabat sebagai menteri dalam negeri.

Buntut aksinya ini, Fadjroel bersama lima rekan lainnya ditangkap. Mereka mendekam di ruang tahanan Bakorstranasda selama satu tahun sebelum akhirnya dijatuhi hukuman tiga tahun penjara.

Dia juga terlibat Gerakan Lima Agustus ITB (1989) yang menuntut penurunan Soeharto dan menjadi tahanan politik berpindah-pindah 6 penjara termasuk Sukamiskin dan Nusakambangan.

Di balik empat penjara yang dijalaninya, Fadjroel mulai menulis puisi. Puisi-puisi yang dituliskan di balik terali penjara itu kemudian diterbitkan dalam kumpulan puisi Catatan Bawah Tanah.

Mochtar Lubis berminat menerbitkan puisi-puisi yang tercantum dalam pledoinya, kecuali dua puisi yang dianggap terlalu keras pada waktu itu. Keluar dari penjara, Fadjroel memilih meniti karier sebagai asisten manajer di Grup Bukaka, tetapi hanya bertahan selama tiga tahun.

Ia kemudian merintis usaha sendiri bersama kawan-kawannya sembari melanjutkan aktivisme dan melanjutkan kuliahnya di pascasarjana Universitas Indonesia (UI) bidang studi ekonomi.

Dia kembali terjun menjadi aktivis dengan statusnya sebagai anggota presidium Forum Wacana UI, bersama ribuan mahasiswa, kembali menuntut Soeharto turun dari kekuasaannya pada tahun 1998.

Di ITB sendiri, Fadjroel aktif dalam kegiatan sastra, pers, kebudayaan, dan kelompok studi, antara lain: Presiden Grup Apresiasi Sastra (GAS), Perkumpulan Studi Ilmu Kemasyarakatan (PSIK), Kodim Sabtu (Kelompok Diskusi Mahasiswa Sabtu), Badan Koordinasi Unit Aktivitas (BKUA) ITB, Komite Pembelaan Mahasiswa (KPM) ITB, Majalah Ganesha ITB (Pendiri dan Ketua Dewan Redaksi), serta Kelompok Sepuluh Bandung.

Pada tanggal 28 Oktober 2007 bertempat di Gedung Arsip Nasional, Jl. Gajah Mada, Jakarta Barat, Jakarta Fadjroel Rachman bersama dengan teman-temannya mendeklarasikan Ikrar Kaum Muda Indonesia dengan tema sentral "Saatnya Kaum Muda Memimpin."

Fadjroel juga aktif mengembangkan Lembaga Pengkajian Demokrasi dan Negara Kesejahteraan (Pedoman Indonesia) atau Research Institute of Democracy and Welfare State dan kerjasama internasional di jaringan Southeast Asian Forum for Democracy, dan Asia Pacific Youth Forum (Tokyo).

PENDIDIKAN

Jurusan Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB)
Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Bidang Manajemen Keuangan dan Moneter, dan saat ini sedang menempuh program
S3 Program Pascasarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (2008)

KARIR

Peneliti
Penulis
Pengamat politik

PENGHARGAAN

Antologi puisi Dongeng untuk Poppy (Penerbit Bentang, 2007) menjadi finalis Khatulistiwa Literary Award 2007, dan dianugerahi 100 Puisi Indonesia Terbaik 2008
Antologi Puisi Sejarah Lari Tergesa dinominasikan pada Khatulistiwa Literary Award 2005. Antologi puisinya Sejarah Lari Tergesa (GPU, 2004) menjadi nominator Khatulistiwa Literary Award 2005.

SOCIAL MEDIA

www.twitter.com/fadjroel. (Rikard Djegadut)

Artikel Terkait