Opini

Menyelami Makna Hidup

Oleh : luska - Senin, 25/07/2022 08:22 WIB

Penulis : Chabib Sholeh (Dosen IPDN)

Menurut Emanuel Kant, Faith ( keimanan ) itu sulit dijelaskan dari sisi filsafat, karena Filsafat melihat agama dari sisi luar, sementara Faith (keimanan) itu hanya bisa dijelaskan sendiri dari dalam agama. 

Namun yang pasti ada titik temu rasionalitas antara filsafat dengan agama.
• Secara kodrati, manusia terdiri dari aspek jasmani 
dan rokhani. Faith atau keimanan itu berada pada aspek rokhani manusia, dan oleh karenanya tidak dapat diakses oleh indera manusia. Yang bisa diakses oleh indera manusia itu adalah perilaku orang beriman (beragama) dalam bentuk ritual peribadatan.
• Secara etimologi kata agama berasal dari bahasa Sankrit. Agama terdiri dari huruf “ a” yang berarti tidak, sedangkan “gama” berarti kacau. Jadi agama berarti tidak kacau. Itulah sebabnya mengapa orang memerlukan agama agar hidupnya tidak kacau.

Agar hidup manusia tidak kacau, maka ia memerlukan sandaran hidup yang kuat dan sekuat kuatnya sandaran hidup adalah Tuhan Yang Maha Hidup. Sebagai makhluk yang dimulyakan, manusia dibekali dengan akal dan fikiran, perasaan dan nafsu (hasrat). Dengan bekal akal fikiran, manusia sadar siapa dirinya. Dan hanya manusia yang sadar siapa dirinya, maka dialah yang sadar siapa Tuhanya.

Hal ini berbeda dengan binatang, meski ia juga 
dikaruniai otak, tetapi ia tak mampu berfikir,  sehingga binatang, misalnya : anjing dan kucing, tidak pernah menyadari kalau dirinya itu anjing dan kucing, apalagi makhluk lain seperti tumbuh  tumbuhan.

Agar manusia tidak kacau hidupnya, Tuhan membekali manusia dengan sejumlah firman dalam kitab suciNYA. Dengan akal dan fikiran, perasaan dan hasrat / nafsunya serta petunjuk hidup dalam firmaNYA, manusia bisa menata hidupnya agar tidak kehilangan karakter kemanusiaanya.

Manusia yang kehilangan karakter kemanusiaanya, 
secara fisik tetaplah manusia, namun secara 
metafisik ia bukan lagi manusia. Itulah sebabnya agama hanya diperuntukkan bagi orang - orang yang berakal, sementara orang orang yang sudah kehilangan akalnya (gila) ia dibebaskan menjalankan kewajiban agama.

TAGS : Chabib Sholeh

Artikel Terkait