Nasional

Dubes Djumala: Putin Absen tak kurangi makna Presidensi G20 Indonesia

Oleh : luska - Senin, 14/11/2022 08:10 WIB

Jakarta, INDONEWS.ID - KTT G20 akan memulai persidangannya pada 15 November. Para kepala negara anggota sudah mulai berdatangan pada Minggu malam, 13 November. Presiden Jokowi menyatakan 17 kepala negara akan hadir di Bali. Yang lain akan mengirimkan perwakilannya pada tingkat pejabat tertinggi. Ada 3 kepala negara yang diberitakan tidak bisa hadir: Rusia, Brazil dan Meksiko. Tentu ketiga kepala negara itu punya alasan masing-masing sampai tidak bisa hadir. Meski begitu, perhatian publik lebih tertuju kepada absennya Putin, Presiden Rusia. Bahkan beberapa media memberitakan adanya ancaman keselamatan Putin di Bali sebagai alasan ketidakhadirannya. Penyelenggaraan KTT G20 di Bali memang dibayangi oleh konflik Rusia-Ukraina yang telah berlangsung sejak Februari lalu.

Dihubungi terpisah, Dr. Darmansjah Djumala, MA, Duta Besar RI untuk Austria dan PBB 2017-2021, menilai bahwa absennya Putin di KTT G20 Bali tidak mengurangi makna dan arti penting Presidensi G20 Indonesia. “Meski Putin tak hadir, hal itu tidak mengurangi arti penting dan makna peran Indonesia dalam menjalankan tanggung-jawabnya sebagai Presidensi G20”, tegas Dubes Djumala. Lebih jauh diungkapkan oleh Dubes Djumala, yang saat ini menjabat sebagai Dewan Pakar BPIP Bidang Strategi Hubungan Luar Negeri, peran dan makna Presidensi G20 Indonesia harus dimaknai dalam konteks yang lebih luas; yaitu dalam perspektif  penyelesaian konflik jangka panjang. Dikatakannya, dalam konteks penyelesaian konflik Rusia-Ukraina, diplomasi Indonesia  dalam kapasitasnya sebagai Presidensi G20 merupakan proses awal untuk membuka pintu dialog. Diplomasi adalah dialog dan komunikasi. Untuk membantu penyelesaikan konflik, perlu ada komunikasi antara pihak yang bertikai, bahkan antara pihak-pihak yang berkepentingan terhadap konflik itu. 

Dubes Djumala mencontohkan, misi Jokowi menemui Presiden Ukraina Zelensky dan Presiden Rusia Juni lalu untuk membuka pintu dialog antara keduanya, meski secara tidak langsung. Minimal kedua pemimpin menyampaikan statement-nya terkait konflik mereka, resmi atau tidak resmi. Ketika statement mereka dimuat di media dan dibaca oleh lawannya, sejatinya telah terjadi komunikasi. Itulah dialog yang akan mengawali proses penyelesaian konflik selanjutnya, apapun bentuknya, tegas Dubes Djumala.

Pada bagian lain, Dubes Djumala menilai positif peran Indonesia dalam penyelenggaraan G20 di Bali. Fungsi pertemuan multilateral adalah sebagai tempat menyatakan pendapat terhadap satu masalah. Bukan hal aneh, dalam pertemuan multilateral pihak yang berseberangan menyampaikan kata-kata yang keras bahkan saling menghujat dan mencela. Tapi justru dari situ diketahui posisi masing-masing, yang bisa dijadikan titik tolak untuk pembahasan selanjutnya jika terjadi perkembangan keadaan. Dalam konteks penyelesaian konflik jangka panjang, Indonesia sejatinya telah berperan menyediakan forum awal untuk mengidentifikasi posisi pihak bertikai yang akan digunakan pada proses selanjutnya.

Arti penting Presidensi G20 Indonesia dapat dilihat dari diluncurkannya Pandemic Fund oleh Presiden Jokowi pada Minggu, 13 November. Dana berjumlah US $ 1,4 miliar yang dikumpulkan dari 21 negara donor (termasuk Indonesia) dan 3 lembaga filantropi dimaksudkan untuk membantu negara-negara yang kurang mampu dalam pembiayaan pencegahan, persiapan, dan respon terhadap pandemi. Dana tsb. bisa juga digunakan untuk riset dan produksi obat dan vaksin.

“Peluncuran Pandemic Fund oleh Presiden Jokowi merupakan hasil konkrit (tangible results)  yang dihasilkan Presidensi G20 Indonesia. Itulah salah satu makna penting peran Indonesia dalam Presidensi G20”, pungkas Dubes Djumala. (Lka)
 

  

TAGS : Dubes Djumala

Artikel Terkait