Opini

Waspada kematian akibat COVID-19 kita sekarang

Oleh : luska - Rabu, 23/11/2022 10:45 WIB

Penulis : Prof Tjandra Yoga Aditama (Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI / Guru Besar FKUI, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara, Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit serta Mantan Kabalitbangkes)

Perhatian kita kini tentu tertuju ke Cianjur. Dengan sedih ada lebih dari 200 orang yang wafat, sementara pasien di rumah sakit masih tampak banyak yang tidur di luar gedung RS sampai 2 hari sesudah gempa. Tentu akan baik kalau ada pengaturan perawatan pasien ke berbagai RS lain sehingga semua mendapat pelayanan yang baik, atau diberdayakan Puskesmas dan fasyankes lainnya, koordinasi lapangan menjadi kunci utama. Dalam hari-hari ini juga akan ada masalah kesehatan bagi puluhan ribu pengungsi, termasuk bagaimana menangani anak yang demam sehubungan dengan kasus gagal ginjal yang disebut dihuhungkan dengan obat sirup yg a.l. menurunkan demam.
Di pihak lain, KLB polio di Aceh juga harus segera diatasi maksimal pula.

Baca juga : PDPI 50 Tahun

Sambil semua kerja berjalan, kasus COVID-19 kita juga meningkat dan angka kematiannya amat perlu diwaspadai. Jumlah kasus kita pada 9 Oktober 2022 dibawah 1000, yaitu 999 orang. Sekarang kasusnya sudah naik 7,5 kali lipat menjadi lebih dari 7.500 orang pada 22 November 2022 kemarin. Puncak kasus tertinggi kita sebelum ini adalah pada 9 Agustus 2022 dengan 6.276 kasus. yang lalu menurun dan sekarang naik lagi dan bahkan sudah lebih tinggi. Memang sudah banyak dibicarakan bahwa kasus memang akan masih meningkat, tetapi yang perlu jadi perhatian dan membuat kita prihatin adalah angka kematian.

Pada 8 Oktober 2022 angka kematian kita di bawah 10 orang yaitu 6 orang yang wafat. Pada  22 November 2022 kemarin yang meninggal sudah naik lebih delapan kali lipat menjadi 51 orang, dan ini terjadi pada 7.644 kasus kita, jadi perbandingannya cukup tinggi, 51/7644, atau 0.66%. Perbandingan seperti ini tidak terjadi dinegara lain.

Kalau kita bandingkan dengan Singapura misalnya, puncak kasusnya 11.934 orang pada 18 Oktober 2022 dan tertinggi yang meninggal 5 orang, 0,04%. Jadi kasus puncak harian lebih tinggi dari kita tapi yang puncak jumlah meninggal jauh dibawah kita. Contoh lain adalah Malaysia, yang jumlah kasus puncaknya adalah 4.621 orang pada 6 November 2022, tapi yang meninggal tertinggi adalah 15 orang, jadi 0,32%.  Angka persentase kematian Indonesia jelas lebih tinggi.

Di sisi lain, ada juga negara yang kasusnya jauh lebih banyak dari kita, tetapi kematiannya bahkan lebih kecil. Korea Selatan misalnya, puncak kasus sejauh ini adalah 72.873 pada 21 November 2022, sekitar sepuluh kali dari kita, tapi angka kematiannya bahkan 45 orang, lebih rendah dari kita. Jepang pada 16 November 2022 kasusnya 107.702 orang , hampir 15 kali lebih tinggi dari kita, tetapi jumlah tertinggi yang meninggal adalah dibawah tiga kali dari kita, yaitu 140 orang, atau 0,12%, juga persentase jauh lebih rendah dari angka kita.

Jadi jelas persentase kematian di negara kita lebih tinggi dari negara tetangga. Di kita jumlah yang meninggal yang sudah lebih 50 orang, dan persentasenya lebih tinggi dari negara tetangga. Padahal kita tahu bahwa XBB ini adalah bagian dari Omicron juga yang harusnya tidaklah terlalu berat, tetapi entah kenapa di kita menimbulkan angka kematian naik cukup tinggi. Ini harus diantisipasi segera !!!

 

Artikel Terkait