Nasional

Kualitas Demokrasi dan Kapasitas Pemerintah Berkorelasi dengan Respon Terhadap Lingkungan

Oleh : very - Jum'at, 20/01/2023 11:18 WIB

Seminar LP3ES. (Foto: Ist)

 

Jakarta, INDONEWS.ID - Pada ulang tahun ke-50, LP3ES menerbitkan buku refleksi 100 ilmuwan sosial politik dengan melibatkan 136 ilmuwan sosial politik dari seluruh dunia. Mereka melakukan refleksi tentang situasi demokrasi di Indonesia.

Direktur Eksekutif LP3ES, Fahmi Wibawa melalui siaran pers di Jakarta, Jumat (20/1) menyebutkan, selain isu-isu demokrasi sepeti reformasi partai politik dan pemilu, penegakan hukum, kebebasan sipil dan media.

Buku ini juga membahas problem yang jarang disinggung ketika membicarakan demokrasi seperti penurunan kualitas lingkungan atau kerusakan alam akibat adanya perubahan iklim, ledakan populasi, dan masih banyak lagi.

“Berbagai studi menunjukkan kualitas demokrasi dan kapasitas pemerintahan berkorelasi positif dengan kapasitas pencegahan dan respon pemerintah atas kerusakan lingkungan. Semakin baik kualitas demokrasi dan kapasitas pemerintah, semakin baik kapasitas pencegahan dan respon pemerintah atas kerusakan lingkungan. Dengan kata lain akan semakin mampu pemerintah untuk meminimalisir kerusakan lingkungan,” ujarnya.

Buku ini sebenarnya merupakan refleksi komiten LP3ES sebagai salah satu lembaga pemikir tertua di Indonesia dalam upaya mendorong demokratisasi pada umumnya, dan mengatasi kerusakan lingkungan pada khususnya.

Seperti diketahui, ada nama-nama yang sudah lama konsern pada isu lingkungan seperti Emil Salim, Ismid Hadad, Erwan Maryono, dan ada juga generasi terbaru seperti Fahmi Wibawa, Triyaka, dan Yogi Setya Permana.

“Apa yang menjadi concern LP3ES sejak lama, relevan dengan seminar kita tentang mengawal hasil pertemuan G20 dan COP 27. Perlu saya sampaikan bahwa seminar ini merupakan kerja sama antara LP3ES dan kemitraan,” katanya.

Seperti diketahui, G20 atau Group of Twenty adalah forum antar pemerintah yang terdiri dari 19 negara dan Uni Eropa (UE). Kelompok ini berfungsi untuk mengatasi masalah utama yang terkait dengan ekonomi global, seperti stabilitas keuangan internasional, mitigasi perubahan iklim, dan pembangunan berkelanjutan.

Pada 15-16 November lalu, Indonesia mendapat kehormatan menjadi tuan rumah dengan membawa 3 agenda pokok yang menjadi pembahasan dalam pertemuan antara lain: Arsitektur Kesehatan Global, Transformasi Ekonomi Digital, dan Transisi Energi.

Pada saat bersamaan Indonesia juga aktif dalam COP27. COP27 atau Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa 2022 atau Konferensi Para Pihak UNFCCC (The 2022 United Nations Climate Change Conference or Conference of the Parties of the UNFCCC), lebih sering disebut sebagai COP27 adalah konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-27, yang diadakan dari 6 November hingga 20 November 2022 di Sharm El Sheikh, Mesir.

Konferensi ini terjadi di bawah kepresidenan Menteri Luar Negeri Mesir Sameh Shoukry, dengan lebih dari 92 kepala negara dan diperkirakan 35.000 perwakilan, atau delegasi, dari 190 negara hadir.

“Segera kita tahu bahwa pertemuan penting itu memiliki satu benang merah: mengawal isu kelestarian lingkungan yang di dalamnya mencakup juga isu perubahan iklim, transiti energi dan banyak lainnya sebagai salah satu fokus utama,” katanya.

LP3ES pada seminar kali ini telah hadir beragam dari berbagai pembicara yang pakar di bidang masing-masing antara lain Dian Triansyah Djani (Dubes Indonesia di PBB dan Negosiator Pemerintah dalam G20), Emma Rachmawati (Direktur Mitigasi Perubahan Iklim KLHK), dan Laode M Syarif (Direktur Eksekutif Kemitraan).

Acara ini diawali dengan sambutan Direktur Eksekutif LP3ES, Fahmi Wibawa,  dan dipandu oleh Direktur Pusat Media dan Demokrasi, LP3ES, Wijayanto. ***

Artikel Terkait