Opini

Kepemimpinan Situasional dan Momentum Politik AHY di Pemilu 2024

Oleh : very - Kamis, 23/02/2023 12:01 WIB

Girindra Sandino, Pegiat Pemilu di Komite Literasi Nasional. (Foto: Ist)

Oleh: Girindra Sandino*)

Jakarta, INDONEWS.ID - Situasi politik menjelang pemilu 2024 kiranya agak berbeda dengan pemilu-pemilu sebelumnya, dimana suhu politik menjelang pemilu 2014 dan 2019 saat itu sangat panas, sensitif, penuh caci maki, banyak narasi politik ang destruktif dan lain-lain. Namun memang harus diakui bahwa pada tahun itu, merupakan dampak atau ekses negatif dari puncak pertarungan politik indentitas di Pilkada DKI 2012.

Berbeda dengan awal pemilu 2024 ini, yang suhu politik lebih sedikit sejuk, bahkan banyak nilai-nilai positif yang bisa dijadikan pendidikan politik untuk rakyat sebagai pemilih. Sebut saja, saat Presiden RI Jokowi menghadiri perayaan Harlah ke-50, PPP di ICE BSD. Dari sederetan tokoh  yang disebut potensial menjadi Capres dan Cawapres, Jokowi juga menyebut Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) masuk dalam daftar Capres-Cawapres  di pemilu 2024.

Banyak kalangan menilai bahwa pernyataan Presiden Jokowi adalah bentuk apresiasi terhadap Koalisi Perubahan, pernyataan untuk mencairkan suhu politik tanah air menjelang pemilu 2024, dan lain-lain.

Meski demkian, menarik untuk disimak, respon AHY yang menyebut bahwa Presiden mengharapkan pemilu berjalan dengan baik, damai dan sukses. Sebagai Ketua Umum sebuah Parpol, tentu jawaban AHY di satu sisi memiliki dan memakai gaya kepemimpinan yang diplomatis, sementara di sisi lain AHY juga lihai dalam memainkan  manuver politik kepemimpinan situasional.

Menurut Hersey dan Blanchard (1969) studi politik pendekatan kepemimpinan situasional  adalah politik yang fokus pada fenomena kepemimpinan di dalam suatu situasi yang unik. Dari cara pandang ini, seorang pemimpin agar efektif harus mampu menyesuaikan gayanya terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah. Hal ini memang layak dan tepat diperankan oleh AHY sebagai pemimpin parpol, tokoh politisi paling muda.

Dalam hubungan itu, meski ditengah cibiran-cibiran terhadap AHY, tidak tertutup kemungkinan keadaan akan berbalik, dimana AHY akan semakin bersinar di pemilu 2024. Oleh Karena hanya AHY yang paling muda di pertarungan politik nasional yang didominasi kaum tua. Apalagi pemilih muda di Pemilu 2024 ini memdominasi jumlah pemilih di Indonesia.

Maka, disarankan bagi AHY sebagi tokoh muda harus melakukan aksi agitasi politik melalui partainya, Demokrat, dengan memberi garis tegas atau pembelahan tajam secara politik antara golongan tua dan muda. Hal tesebut penting untuk menjadikan AHY magnet pemilih muda yang memiliki kelihaian kepemimpinan situasional.

Koalisi Perubahan harus menangkap respon “sentimen pasar politik”. Dan tidak tertutup kemungkinan partai-partai lain akan bergabung. Instabilitas kompetisi antar parpol (interparty competition) yang dipengaruhi oleh perubahan sikap pemilih (electoral volatility) adalah faktor strategis lain yang memperkuat argumen tentang urgensi koalisi parpol yang harus ditangkap AHY, termasuk Surya Paloh yang akan berkunjung ke markas Partai Demokrat.

‘Swing-voters juga tidak menjadi kecil. Malah sebaliknya di tengah ketidakjelasan ideologi yang dianut hampir semua parpol membuat pemilih dalam posisi ‘indifference’ untuk memilih satu partai dengan yang lain, kemudian seringkali kondisi ini yang dapat dijadikan acuan untuk menentukkan pilihan adalah figur pemimpin partainya. 

Maka dengan kondisi ini, AHY  harus dapat segera menggunakan setiap momentum politik yang merepresentasikan pemilih muda.

*) Penulis adalah Pegiat Pemilu di Komite Literasi Nasional

Artikel Terkait