Nasional

Walau Timnas U-20 Israel Berlaga di Indonesia, Kita Tidak Harus Surut Berjuang demi Rakyat Palestina

Oleh : very - Jum'at, 24/03/2023 11:28 WIB

Timnas Israel. (Foto: Sindonews)

Jakarta, INDONEWS.ID - Pemerintah Indonesia telah memenangkan lelang penyelenggaraan Piala Dunia U-20 oleh FIFA pada tahun 2019.

Dalam perhelatan yang dilangsungkan pada bulan Mei dan Juni 2023 mendatang Timnas U-20 Israel lolos kualifikasi dan akan berlaga.

Pertanyaannya, apakah Indonesia dapat tetap menjadi tuan rumah dengan mensyaratkan ketidak-hadiran Timnas U-20 Israel?

“Jawabannya adalah ‘Tidak’. Bila Indonesia tidak bisa menerima Timnas Israel yang telah lolos kualifikasi untuk berlaga di Indonesia sebaiknya pemerintah segera berkomunikasi dengan FIFA agar FIFA dapat mencari negara lain untuk menjadi tuan rumah. Tentu ini akan ada konsekuensinya bagi Indonesia,” ujar Guru Besar Hukum Internasional, Hikmahanto Juwana dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Jumat (24/3).

Konsekuensi bagi Indonesia jika tetap tidak menerima kehadiran Tim Israel adalah akan masuk dalam daftar hitam event-event olah raga dunia, seperti Olimpiade mengingat keberadaan Israel sebagai peserta diakui.

Rektor Universitas Jenderal Ahmad Yani itu mengatakan, tekad Indonesia untuk memperjuangkan tanah rakyat Palestina yang saat ini diduduki oleh Israel tidak seharusnya dihubungkan dan menyurutkan tekad tersebut dengan hadirnya Timnas U-20 Israel yang telah lolos kualifikasi.

Setidaknya, kata Hikmahanto, ada empat alasan hal tersebut.

Pertama, Indonesia tidak bisa melakukan intervensi event yang diselenggarakan event organizer seperti FIFA. “Pemerintah Indonesia tidak memiliki kendali tim mana yang boleh dan tidak boleh berlaga di Indonesia. Sekali menyediakan diri sebagai tuan rumah maka Indonesia harus menerima siapapun negara yang dinyatakan lolos kualifikasi,” katanya.

Kedua, tidak memiliki hubungan diplomatik tidak berarti hubungan dagang, sosial, budaya dan olah raga tidak bisa dilakukan antara Indonesia dan Israel.

Indonesia dengan Taiwan, menurut Hikmahanto, tidak memiliki hubungan diplomatik namun investasi Taiwan di Indonesia termasuk yang terbesar. Bahkan banyak tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Taiwan.

Ketiga, tidak memiliki hubungan diplomatik tidak berarti warga dari negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik tidak dapat saling berkunjung.

Hikmahanto mengatakan, warga Indonesia misalnya kerap berkunjung ke Israel untuk dapat berziarah di Masjidil Aqsa. Demikian juga warga Israel berkunjung ke Indonesia untuk menjalin bisnis dengan mitra Indonesianya.

Visa untuk berkunjung biasanya didapat dari masing-masing kedubes negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik di negara ketiga. Seperti warga Indonesia mendapatkan visa berkunjung ke Israel dari Kedubes Israel di Mesir atau Yordania. Sementara warga Israel mendapatkan visa dari Kedubes Indonesia di Singapura.

Terakhir, kata Hikmahanto, dalam memperjuangkan nasib rakyat Palestina, pihak yang dihadapi oleh pemerintah Indonesia adalah pemerintah zionis Israel berikut kebijakannya untuk menduduki tanah Palestina.

“Pemerintah Indonesia sama sekali tidak sedang berhadapan dengan warga atau rakyat Israel yang didalamnya tidak hanya beragama Yahudi, tetapi juga muslim dan kristiani,” ujarnya.

 

Beda dengan Timnas Indonesia di Era Bung Karno

Hikmahanto mengatakan, ada perbedaan besar saat Timnas Indonesia mengundurkan diri melawan Timnas Israel di era Bung Karno dengan saat ini.

Paling tidak, kata Hikmahanto, ada tiga perbedaan.

Pertama, pada tahun 1957 dalam penyisihan timnas yang dapat mengikuti Piala Dunia 1958, Indonesia bukan tuan rumah melainkan salah satu timnas yang berhasil masuk dalam babak play off.

Sebagai salah satu timnas saat itu bisa saja Indonesia mengundurkan diri tanpa mempengaruhi keseluruhan perhelatan.

“Namun bila saat ini Indonesia menolak timnas Israel dan mengundurkan diri sebagai tuan rumah maka jelas akan menganggu event reguler yang dilakukan oleh FIFA,” imbuhnya.

Kedua, di tahun 1957 pemerintah memiliki terhadap timnas, apakah perlu diturunkan untuk berhadapan dengan timnas Israel atau tidak.

Untuk Piala Dunia U-20 saat ini, menurut Hikmahanto, pemerintah sama sekali tidak memiliki kendali. Hal ini karena pemerintah bukan event organizer dari Piala Dunia U-20 sehingga tidak dapat menentukan siapa timnas yang dapat berlaga.

Terakhir, meski pada masa lalu dan masa sekarang dapat diantisipasi kehadiran timnas Israel namun dalam kapasitas sebagai tuan rumah seperti sekarang ini maka pemerintah seharusnya sejak awal tidak perlu mengikuti lelang menjadi tuan rumah dalam event apapun yang pesertanya terdapat perwakilan Israel.

“Ini berbeda bila timnas Indonesia dan Israel hanya sebegai peserta dalam perhelatan event internasional,” pungkasnya. ***

Artikel Terkait