Nasional

Pemberdayaan Kelompok Perempuan Nelayan Skala Kecil Banyuwangi Perkuat Sistem Pangan Indonesia

Oleh : Rikard Djegadut - Senin, 19/06/2023 10:37 WIB

Kepala Perwakilan FAO Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal beserta Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Azwar Anas di Banyuwangi / FAO Indonesia Harriansyah

Jakarta, INDONEWS.ID - Di Indonesia, perikanan skala kecil (PSP) memainkan peran penting dalam menyediakan gizi dan pendapatan bagi masyarakat. Sekitar 97 persen nelayan di Indonesia adalah skala kecil jika dilihat dari ukuran kapal yang mereka gunakan berukuran di bawah 10 GT. Setengah dari dari nelayan skala kecil ini adalah perempuan. Kabupaten Banyuwangi, yang terletak di Provinsi Jawa Timur, menjadi salah satu kontributor terkemuka pada perikanan tangkap di provinsi tersebut.

Perempuan di Banyuwangi terutama terlibat dalam pengolahan dan pemasaran produk perikanan, sehingga memegang peran yang signifikan. Perempuan aktif berpartisipasi dalam semua tahap budidaya atau penangkapan ikan, pengolahan, dan distribusi, serta berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan, pelestarian, dan pemenuhan gizi keluarga. Meskipun mereka mempunyai kontribusi signifikan, tetapi kebutuhan dan kontribusi mereka sering terabaikan.

Badan Pangan dan Pertanian (FAO) Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) memulai proyek `Implementasi Pedoman Perikanan Skala Kecil untuk Sistem Pangan dan matan pencaharian yang Adil Gender dan Tahan Perubahan Iklim` di Banyuwangi sejak Juli 2022. Tujuan utama proyek ini adalah mempromosikan kesetaraan gender dan sistem pangan serta mata pencaharian yang tahan perubahan iklim di komunitas PSP.

Mengakui pentingnya perempuan dalam perikanan skala kecil, Rajendra Aryal, Kepala Perwakilan FAO di Indonesia dan Timor Leste, menekankan peran sentral mereka dalam mempromosikan ikan sebagai sumber gizi untuk konsumsi sehari-hari. "Penting untuk mengakui peran perempuan dalam perikanan skala kecil. Perempuan memainkan peran sentral dalam mempromosikan ikan sebagai sumber gizi dan konsumsi harian", kata Aryal.

Berbagai intervensi telah dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas kelompok perempuan dalam PSP dan memperkuat keterlibatan mereka dalam rantai nilai perikanan, terutama dalam kegiatan paska panen.

Survei terbaru FAO yang dilakukan di Banyuwangi mengungkapkan bahwa meskipun perempuan memiliki akses yang hampir sama terhadap kegiatan perikanan, hampir 80% dari mereka tidak terlibat dalam pengambilan keputusan terkait penggunaan pendapatan yang dihasilkan dari kegiatan tersebut. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan ketidakseimbangan peran perempuan dalam ranah ekonomi.

Selama satu tahun perjalanan proyek, berbagai kegiatan pelatihan dan pendampingan telah dilaksanakan untuk meningkatkan kapasitas kelompok perempuan, khususnya dalam peningkatan kesadaran untuk berperan dalam pengambilan keputusan, pengembangan kapasitasorganisasi, pengembangan usaha, dan peningkatan kualitas serta daya saing produk olahan ikan.

Retno Setyowati (39), pemilik gerai ikan bakar kecil di desa pesisir Blimbingsari, yang berjarak 20 km dari pusat kota, menyatakan bahwa berbagai pelatihan telah memungkinkan dirinya dan kelompoknya untuk belajar cara mengemas ikan bakar dan memproduksi sambal dalam botol yang membantu memperluas pasar mereka.

"Kemarin, kami mengirim ikan bakar dan sambal ke pelanggan kami di Jakarta dan Surabaya. Saya tidak hanya dapat memperluas pasar saya, tetapi saya juga belajar cara menetapkan harga yang wajar untuk produk saya," kata Retno.

Dengan pengetahuan dan keterampilan baru, pengolah ikan kecil seperti Retno telah dapat meningkatkan pendapatan mereka hingga 40%.
"Peran perempuan dalam kehidupan pesisir, ini tidak hanya berkontribusi pada keberlanjutan ekonomi dan lingkungan, tetapi juga mencerminkan kesetaraan gender dan pentingnya inklusi dalam pengambilan keputusan," kata Machmud, Sekretaris Direktorat Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan di Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).

Untuk mengatasi tantangan ini dan mempromosikan pengakuan terhadap peran perempuan dalam sektor perikanan, peningkatan kesadaran publik tentang peran mereka dalam PSP dan mempromosikan nilai gizi ikan sangat penting.

Kerja sama FAO - KKP beserta Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi, menyelenggarakan acara yang bertujuan untuk memperkenalkan pentingnya konsumsi ikan dan dampaknya terhadap gizi kepada masyarakat lokal dan generasi muda. Acara tersebut mencakup berbagai kegiatan, seperti talk show, kompetisi menggambar, demomemasak ikan, dan pameran mini.

"Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya perempuan dalam perikanan skala kecil dan ikan untuk gizi di kalangan masyarakat lokal, termasuk generasi muda dan berbagai pemangku kepentingan," kata Alief Rachman Kartiono, Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi.

Acara ini merupakan salah satu platform untuk meningkatkan kesadaran di kalangan masyarakat lokal, termasuk generasi muda, dan melibatkan pemangku kepentingan dalam mengakui pentingnya perempuan dalam perikanan skala kecil dan peran mereka dalam menjamin produksi yang lebih baik, gizi yang lebih baik, lingkungan yang lebih baik, dan kualitas hidup yang lebih baik.

Hal ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama SDG 1 (Tidak ada kemiskinan), SDG 2 (Tidak ada rawan pangan), dan SDG 5 (Kesetaraan gender).

"Pemberdayaan perempuan dalam sektor perikanan skala kecil berkontribusi pada pencapaian SDGs. Dengan meningkatkan peran mereka, kita dapat menciptakan perubahan positif untuk mencapai produksi yang lebih baik, gizi yang lebih baik, lingkungan yang lebih baik, dan kehidupan yang lebih baik," tambah Aryal.

Artikel Terkait