Nasional

Dekati dan Arahkan Pengurus Rumah Ibadah Agar Terbentuk Ketahanan Ideologi Masyarakat

Oleh : very - Rabu, 13/09/2023 22:12 WIB

Ketua Dewan Pertimbangan Pengurus Besar Al Washliyah KH. Yusnar Yusuf Rangkuti M.Sc., Ph.D. (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Masyarakat siaga harus terwujud baik di level desa, tempat ibadah, sekolah, lingkungan sosial maupun netizen. Bila itu terjadi, maka masyarakat akan memiliki ketahanan ideologi yang baik dalam menghadapi infiltrasi ancaman radikal terorisme.

Para pengurus atau takmir harus didekati dan diarahkan agar masjid tidak memberi ruang kepada dai dan penceramah yang menjadikan mimbar agama untuk menyebarkan ideologi ekstrem.

“Untuk membentuk ketahanan ideologi masyarakat salah satunya dengan mendekati dan memberi arahan kepada para takmir masjid. Kenapa? Karena takmir masjid yang menentukan siapa yang mau jadi khatib, siapa yang mau jadi imam, siapa yang mau ceramah di masjid tersebut,” ujar Ketua Dewan Pertimbangan Pengurus Besar Al Washliyah KH. Yusnar Yusuf Rangkuti M.Sc., Ph.D., di Jakarta, Rabu (13/9/2023).

“Misalnya saya atau orang lain mau jadi khatib di masjid itu, takmirnya lalu bilang ‘oh jadwalnya sudah penuh, kamu tidak bisa masuk’. Lalu ada pengajian ‘takmirnya bisa  menanyakan, kenapa ada pengajian, lalu apa temanya, lalu siapa yang memberikan atau menyampaikan pengajian itu,” ujarnya seperti dikutip dari siaran pers Pusat Media Damai (PMD) BNPT.

Menurut Yusnar, masih banyak takmir masjid tidak tahu atau tidak memahami bahaya dakwah yang menjurus ke ideologi atau ajaran ekstrem. Karena masjid dibiarkan jalan sendiri tanpa ada panduan dari pemerintah.  

Yusnar menyampaikan bahwa untuk membentuk ketahanan ideologi perlu dilakukan upaya duduk bersama antara pemerintah dengan ulama, serta pihak terkait untuk membicarakan masalah tersebut secara bersama-sama agar tidak kontraproduktif.  

“Selama ini mau duduk bersama itu sulit sekali, dengan alasan waktu tidak ada dan sebagainya. Jadi kapan itu keselarasan itu bisa  tercapai? Ya harus duduk bersama. Kita bicarakan apa yang menjadi permasalahan,” ucap Ketua Ikatan Persaudaraan Qari dan Qariah Hafiz dan Hafizah (IPQAH) Pusat ini.

Yusnar berpendapat bahwa saat ini penyebaran ideologi ekstrem ini banyak melalui media sosial (medsos). Seperti misalnya menyatakan kebencian terhadap pemerintah, menyebut pemerintah berbohong, dan sebagainya.

“Lalu bagaimana caranya agar itu bisa terendam? Tentunya berikan kepada ormas. Karena ormas punya kekuatan sampai di daerah untuk meredam itu,” ujar Wakil Ketua Lembaga Persahabatan Ormas Islam (LPOI) itu.

Selain itu, lanjutnya, mencegah penyebaran ideologi ekstrem ini harus dimulai dari tingkat madrasah, dari para guru. Menurutnya, guru di sekolah adalah pendakwah nomor satu yang dapat menjadi pemicu seorang anak terpapar paham radikal.

“Al Washliyah misalnya, kami punya 1.700 sekolah, ada 9 universitas. Guru-guru itu kita berikan pemahaman dan penjelasan, `tolonglah kalian didik anak-anak itu secara baik dan bagus.` Kan ada itu namanya pendidikan psikologi, bimbingan konseling. Tentunya itu bisa sampai kepada anak-anak itu. Ajarkan agama yang baik, kan banyak sekolah agama dan banyak juga pesantren. Begitu saja selesai itu,” pungkas kyai Yusnar. ***

 

Artikel Terkait