Jakarta, INDONEWS.ID - PT Permodalan Nasional Madani atau PNM menginisiasi Journalist Journey PNM 2024 yang digelar selama 3 hari, terhitung sejak 26 hingga 28 September 2024 di Tanah Blambangan, Banyuwangi, Jawa Timur.
Agenda perdana yang melibatkan para journalis dari berbagai media nasional itu dimaksudkan agar media dapat melihat langsung kerja nyata pemberdayaan PNM, sebuah perusahaan pembiayaan pelat merah itu bagi masyarakat pra-sejahtera, yakni para ibu yang ikut menjadi tulang punggung keluarga.
Tak hanya itu, PNM baru-baru ini mendapat amanat baru dari negara untuk menjadi garda terdepan dalam upaya pengentasan kemiskinan ekstrem di Tanah Air. PNM diberi target untuk menghapus angka kemiskinan dan kemiskinan ekstrim hingga nol persen secara nasional.
Selain melihat langsung kerja nyata PNM, perjalanan para jurnalis menyisir sejumlah titik di Kota Gandrung ini, juga disuguhkan dengan potret soal tantangan hidup yang dihadapi oleh banyak keluarga, khususnya para ibu yang ikut menjadi tulang punggung keluarga baik yang di perkotaan, pinggiran perkotaan hingga di pelosok-pelosok desa.
Tak sedikit juga dari warga yang bahkan dari waktu ke waktu berjuang hanya untuk mengumpulkan semangat agar bisa bertahan hidup di tengah kerasnya gempuran tantangan hidup yang serba terbatas, tak memiliki apa-apa.
Program Rantang Kasih
Perjalanan memotret pengentasan kemiskinan ekstrim bersama PNM dimulai dengan mengunjungi kediaman seorang nenek berusia 103 tahun yang mendapat sentuhan tangan pemerintah di Kawasan Pantai Blimbingan. Dia adalah Mbah Marinah. Dia ikut menjadi penerima Program Rantang Kasih yang digagas Pemerintah Kabupaten Banyuwangi beberapa tahun silam.
Program Rantang Kasih merupakan sebuah program pemberian makanan bergizi siap saji kepada lansia dhuafa, dengan tujuan mendukung kesejahteraan dan mengurangi kemiskinan ekstrem di wilayah tersebut. Pada kunjungan tersebut, Mbah Marinah dilawat rombongan relawan dan pejabat setempat serta rombongan PNM bersama jurnalis dan Stafsus RI.
Berikutnya, rombongan bersilahturahmi dengan pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), pemilik warung makan FF yang berlokasi tidak jauh dari kediaman Mbah Marinah di kawasan Pantai Blimbingan, Banyuwangi. Pemilik Warung FF merupakan relawan penyedia makanan siap saji dari Program Rantang Kasih.
Mekaar Jadi Program Andalan
Usai mendengarkan cerita pemilik Warung FF dan menikmati hidangan di tempat tersebut, rombongan kemudian melanjutkan perjalanan menuju rumah seorang nasabah PNM Mekaar yang sudah lanjut usia bernama Ma Sa`di di Dusun Telembungsari, pedalaman Kalipuro, Banyuwangi.
Sebagai informasi, sebelum mengenal PNM Mekaar, Ma Sa`di merupakan pencari sapu lidi di hutan. Di usianya yang sudah lanjut itu, Ia masih harus menjadi tulang punggung untuk mencukupi kebutuhan anak dan cucunya.
Hingga akhirnya mengenal PNM Mekaar dan mengajukan pinjaman untuk membeli sayur pakis dari buruh tani di desa tersebut untuk selanjutnya dijual.
Berjuang dari nol, usaha Ma Sa’adi kini melibatkan beberapa saudaranya untuk membantunya menyiapkan sayur pakis. Hasil usahanya mampu membawa cucunya duduk di bangku sekolah formal dan mencukupi kebutuhan keluarganya.
Tiba di Dusun Telembungsari, rombongan menyaksikan puluhan perempuan berkumpul dan duduk bersila di rumah Ma Sa`di. Mereka tengah menggelar pertemuan rutin mingguan yang diorganisir Account Officer (AO) PNM.
Mereka tampil sederhana mengenakan pakaian seadanya. Beberapa memakai jarik dan kaos yang sudah usang, dan yang lain memakai penutup kepala. Mereka datang dengan membawa sejumlah uang di tangannya untuk membayar kewajiban mereka sebagai angsuran pinjaman.
Para perempuan ini tergabung dalam program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar) dari PT Permodalan Nasional Madani (PNM). Sejak diluncurkan pada 2015 silam, PNM Mekaar menjadi program unggulan dan tulang punggung pemberdayaan PNM dalam membantu masyarakat pra-sejahtera keluar dari jeratan kemiskinan dan kemiskinan ekstrim.
Program Mekaar terus memperluas cakupan pembiayaannya dan telah berhasil masuk ke berbagai pelosok di Tanah Air. Tercatat hingga saat ini, sudah 19 juta lebih masyarakat kelas bawah yang telah memperoleh akses pembiayaan dari PNM. Jutaan nasabah bahkan sudah naik kelas dan mendapat akses pembiayaan formal dari lembaga perbankan.
Kisah Inspiratif Marsiyati
Salah satu nasabah yang merasakan manfaat program PNM Mekaar adalah Marsiyati. Seorang perempuan yang didapuk menjadi Ketua Kelompok PNM Mekaar di dusun yang dikunjungi rombongan Journalist Journey PNM 2024 pada hari itu.
Marsiyati pertama kali bergabung dengan Program Mekaar pada tahun 2017 silam. Awalnya, ia hanya meminjam dana sebesar Rp2 juta, namun seiring waktu, jumlah plafon pinjamannya terus meningkat hingga Rp10 juta.
Peningkatan ini terjadi berkat kemampuannya dalam mengelola usahanya dengan baik serta rekam jejak pembayaran yang lancar.
“Ya bertahap, pertama itu Rp2 juta, Rp3 juta, Rp4 juta, Rp5 juta, kayak gitu. Pertahun, misalkan saya sekarang ini kan 2 tahun, kalau dulu kan 1 tahun,” jelas Marsiyati pada Jumat, 27 September 2024.
Pembiayaan dan Pemberdayaan
Program Mekaar sebagai program pemberdayaan unggulan PNM memang tidak hanya memberikan pembiayaan tanpa jaminan. Para nasabah yang tergabung juga diberikan pendampingan yang intens untuk mengembangkan usahanya sehingga bisa naik kelas ke pembiayaan lembaga keuangan formal.
Dalam usahanya, Marsiyati tidak hanya bergelut pada satu bidang usaha. Dia menuturkan, awalnya memulai usaha ternak kambing dan kemudian merambah ke bisnis mebel. Dari hasil beternak kambing, ia mampu mendapatkan pendapatan sekitar Rp2 juta hingga Rp3 juta per bulan jika ada pembeli.
Penghasilan tersebut ia putar kembali untuk modal membeli kayu guna usaha mebel yang dikelola bersama suaminya. Usaha mebel ini juga memberikan tambahan pendapatan bagi keluarganya, terutama dari pembuatan lemari, meja, dan tempat tidur.
“Nanti kalau ada yang beli meja, lemari, tempat tidur itu, buat kayu, itu kan penghasilannya kadang dapat 2 juta, 3 juta, kayak gitu. Itu penghasilannya buat dimakan sehari-hari, buat bayar anak sekolah, kayak gitu,” terangnya.
Menurut Marsiyati, bantuan dari program Mekar sangat membantu usahanya berkembang. Ia bercerita bahwa pinjaman awal yang diterimanya benar-benar menjadi titik balik bagi kehidupannya dan keluarganya. Dengan dukungan dari Mekar, Marsiyati mampu membiayai kebutuhan sehari-hari, menyekolahkan anak-anaknya, dan terus mengembangkan usahanya.
“Manfaatnya itu banyak, sangat membantu dari Mekaar ini. Saya bilang terima kasih sudah membantu di Mekar,” ucap Marsiyati.
Sebagai ketua kelompok, Marsiyati memastikan bahwa semua anggota kelompok membayar cicilan tepat waktu dan saling mendukung satu sama lain.
Jurus Tanggung Renteng
PNM mendorong nasabah Mekaar untuk menghidupi semangat dan nilai gotong royong di antara para nasabah. Semangat yang menjadi warisan akar budaya nenek moyang Nusantara itu dihidupkan lagi melalui sistem tanggung renteng nasabah binaan.
Direktur Utama PT Permodalan Nasional Madani (PNM) Arief Mulyadi menjelankan, program PNM Mekaar menerapkan sistem kelompok tanggung renteng yang diharapkan dapat menjembatani kesenjangan akses pembiayaan. Sehingga para nasabah mampu mengembangkan usaha dalam rangka menggapai cita-cita dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Bahkan, kesediaan untuk melakukan tanggung renteng menjadi salah satu pra-syarat untuk diterima sebagai nasabah PNM Mekaar dan diucapkan sebagai janji yang terus menerus diperbaharui setiap kali pertemuan rutin mingguan diadakan.
"Ini kan ada metode menghidupkan kembali akar budaya bangsa: saling tolong menolong, saling empati," kata Arief Mulyadi saat meninjau nasabah PNM Mekaar di Dusun Telemungsari, Kalipuro, Banyuwangi, Jawa Timur, Jumat (27/9/2024).
Arief menjelaskan, program layanan pinjaman modal untuk perempuan prasejahtera mulai diluncurkan PNM pada 2016. Program ini mewajibkan para nasabah untuk memiliki tanggung jawab sosial dalam membantu para anggota kelompok lainnya yang tak sanggup meneruskan cicilan sebagai kewajibannya.
"Kita "setengah paksa" dengan modal tanggung renteng. Kalau mau terima pembiayaan kami, janjinya harus membantu anggota yang tidak mampu meneruskan kewajibannya. Jadi itu (tanggung renteng-red) salah satu dampak rekaya sosial yang kami lakukan. Sehingga memitigasi resiko NPL itu," imbuhnya.
Jutaan Nasabah Naik Kelas
Arief menjelaskan, program ini sudah dimulai sejak 2016 hingga sekarang. Dalam kurun waktu 10 tahun ini, PNM sudah bisa menjadikan 20,6 juta ibu-ibu sebagai nasabah Mekaar. Bahkan, beberapa di antara ibu-ibu tersebut sudah ada yang naik kelas dan mendapat akses ke pembiayaan lembaga keuangan formal.
"Ada satu 1,7 juta naik kelas, sudah tidak masuk kelas kami, masuk ke perbankan, pegadaian dan lembaga pembiayaan formal lainnya," jelasnya.
Menurut Arief, program ini banyak diminati kalangan bawah lantaran kemudahan yang diberikan PNM dalam memberikan kredit. Syarat mendapatkan kredit ultra mikro ini jauh lebih mudah ketimbang mendapat pembiayaan dari lembaga keuangan formal lain seperti bank.
"Karena hanya di kami yang nggak pakai jaminan, hanya di kami yang nggak pakai SLIK. Yang penting mereka punya komitmen, didukung oleh teman-teman kelompoknya, saling bantu kalau ada yang tidak baik sesama anggota kelompok, pasti yang akan ambil adalah di segmen yang terbawah," katanya.*