Oleh : JIMMY H SIAHAAN
Kata Bung Karno, ‘Ada sesuatu yang ditakuti dari Ali Sadikin. Ali Sadikin itu orang yang keras. Saya kira dalam hal mengurus kota Jakarta Raya ini, baik juga een beetje koppigheid (sedikit keras kepala),” kata Ali menirukan Soekarno.
Selama 11 tahun, kota Jakarta bersolek. Menjadi kota Metropolitan. Tahun 1966 hingga 1977.
Hingga kini 47 tahun sudah berlalu. Kita kehilangan. Ada malam Muda-Mudi. Ada Pekan Raya. Ada LBH. Ada T.I.M. Ada Condet.
Kini tanggal 27 November, Jakarta akan memilih. Mantan Gubernur, Mantan Menteri, Mantan Polisi. Semua berpengalaman untuk memimpin.
Dukungan dari sisi etnis adalah Jawa, Betawi, Sunda. Dari sisi komposisi harapan ada pada Pramono & Rano.
Dukungan kekuasaan dari sisi kemenangan terletak pada pemegang Jakarta satu sang promotor sukses adalah Prabowo Soebianto. Kemenangan ada pada Ridwan.
Sisi lain, jaitu pada titik kampanye sebanyak 500 titik ada pasangan no 1.
Dari sisi lain pada Pilpres, persaingan ketat Prabowo dan Anies. Prabowo menang tipis.
PKS adalah pemegang suara terbanyak dalam DPRD, 18 suara, PDIP 15 suara. Gerindra 14 suara.
Dari sisi masing2 memiliki fokus berbeda, Calon no 1 Jakarta Baru, maju, global, wisata. Calon 2, fokus pada bidang keamanan, bidang ekonomi, UMKM, mottonya Gatuk Tular Abad. Calon no 3, Jakarta Menyala, sebuah optimisme, bahagia dan senang.
Kesemua calon berjanji membuat masa depan Jakarta lebih baik. Ketiganya jika di integrasikan pasti akan memberikan sumbangan yang baik bagi kota Jakarta.
Diakui dari sisi pengalaman Mantan Gubernur Jawa Barat Kang Ridwan pasti lebih profesional. Namun Bang Doel juga tentu tidak kalah.
Dari ucapan Jokowi juga terbetik, bahwa Ridwan adalah pilihan yang terbaik untuk memimpin kota Jakarta.
Kembali kita mengenang Alm Bang Ali, adakah dari ketiga bisa berkarya seperti beliau, Jakarta menjadi kota Metropolitan.