Jakarta, INDONEWS.ID - Menteri Kordinator Bidang Perekonomian RI Airlangga Hartarto mengatakan pertemuan tingkat menteri ini memperkuat kemitraan negara-negara penghasil minyak sawit terbesar. Menteri Airlangga juga menyatakan strategi kolaboratif antara Indonesia dengan Malaysia dan Honduras guna memperluas pasar sawit. Diketahui, Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) Ministerial Meeting ke-12 berlangsung di Jakarta, Jumat (29/11).
“Kerja sama yang lebih erat antara Indonesia, Malaysia, dan Honduras adalah langkah strategis untuk memperkuat kemitraan yang saling menguntungkan, memperluas pasar sawit, dan mendukung keberlanjutan industri sawit di tingkat global”, jelas Airlangga dalam konferensi pers CPOPC Ministerial Meeting yang diselenggarakan di Four Seasons Jakarta pada Jumat (29/10/2024).
Dalam mendukung strategi kolaboratif tersebut, Pertemuan Tingkat Menteri CPOPC ke-12 ini sepakat melakukan ekspansi negara anggota dan negara pengamat.
“Kami menyambut Republik Demokratik Kongo (DRC) dan Nigeria sebagai Negara Pengamat baru. Selain itu, Kolombia, Ghana, dan Papua Nugini sedang dalam proses menjadi anggota penuh”, jelasnya.
Airlangga menegaskan komitmen Indonesia untuk memperkuat kemitraan dengan CPOPC guna mendukung prioritas nasional di bawah pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, khususnya dalam ketahanan pangan, energi, dan hilirisasi industri sawit.
“Melalui kolaborasi yang kuat antara negara anggota CPOPC, kami dapat menciptakan strategi bersama yang lebih solid untuk mendukung ketahanan pangan dan energi dunia, sekaligus memastikan sektor sawit terus berkontribusi pada pengurangan emisi karbon global,” ucapnya.
Indonesia, sebagai salah satu produsen utama minyak kelapa sawit di dunia, terus menunjukkan komitmennya dalam mendukung keberlanjutan lingkungan dan ketahanan energi global. Indonesia juga memainkan peran penting dalam sektor pangan dan energi dengan menghasilkan produk-produk yang mendukung keberlanjutan serta pengurangan jejak karbon.
Sejalan dengan Indonesia, Malaysia fokus pada berbagai solusi dalam menghadapi tantangan ekonomi dan lingkungan global. Hal ini disampaikan oleh YB Datuk Seri Johari Abdul Ghani, Menteri Perladangan dan Komoditi Malaysia pada pertemuan tersebut.
YB Datuk Seri Johari Abdul Ghani menyoroti tantangan regulasi global yang dihadapi industri sawit akibat proteksionisme dan hambatan perdagangan. Beliau menyerukan rencana strategis untuk memastikan akses pasar yang adil dan inklusif bagi petani kecil, serta mendorong praktik berkelanjutan.
“Menghadapi proteksionisme pasar dan hambatan perdagangan, Indonesia, Malaysia, dan Honduras harus memperkuat kemitraan untuk membuka akses pasar yang lebih adil dan inklusif bagi petani kecil serta memastikan keberlanjutan industri sawit,” jelas Abdul Ghani.
Selain rencana strategis, Abdul Ghani juga memberikan apresiasi tinggi terhadap program B40 Indonesia. Program ini, yang memanfaatkan campuran biodiesel berbasis kelapa sawit, diakui sebagai kontribusi konkret Indonesia dalam mengurangi emisi karbon global dan mendukung transisi energi hijau.
“Kami apresiasi program B40 Indonesia, yang telah berhasil mengurangi emisi karbon hingga 32 juta ton CO2,” ungkapnya.
Adapun hasil pada pertemuan tersebut, para menteri sepakat untuk memperkuat program unggulan CPOPC, termasuk pemberdayaan petani kecil dan penanggulangan hambatan perdagangan. Selain itu, peluang baru di sektor energi hijau, seperti Sustainable Aviation Fuel (SAF), juga menjadi fokus pembahasan, di mana Indonesia dan Malaysia memiliki posisi strategis untuk memimpin inisiatif ini.
Sebagai informasi, pertemuan tingkat menteri ini merupakan forum tahunan yang diselenggarakan oleh Sekretariat Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC), yang mempertemukan para menteri dari negara-negara anggota CPOPC (Indonesia, Malaysia, dan Honduras), perwakilan pemerintah dari negara-negara pengamat (Colombia, Ghana, dan Papua New Guinea), serta negara-negara tamu (Republik Demokratik Kongo, Guatemala, Nigeria, dan Thailand), pembuat kebijakan, dan pemangku kepentingan utama dalam industri kelapa sawit.
Pertemuan ini ditutup dengan penyerahan posisi Ketua CPOPC dari Indonesia kepada Malaysia untuk periode 2024–2025