
Jakarta, INDONEWS.ID – Kemacetan parah yang melumpuhkan wilayah Tanjung Priok, Jakarta Utara, sepanjang Kamis (17/4), menuai reaksi keras dari Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung. Ia mengecam keras manajemen PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) yang dinilai tidak profesional dalam mengatur aktivitas bongkar muat di pelabuhan.
Dalam keterangannya di Balai Kota Jakarta, Sabtu (19/4), Pramono mengungkapkan kekecewaannya usai menerima laporan dari Kepala Dinas Perhubungan DKI Jakarta, Syafrin Liputo. Disebutkan, kemacetan dipicu oleh dipaksakannya aktivitas bongkar muat hingga 7.000 kontainer per hari di New Priok Container Terminal (NPCT) 1, padahal kapasitas ideal hanya 2.500 kontainer.
“Kemarin itu dipaksakan untuk menjadi 4.000 truk per hari, sehingga mengalami jammed. Dan akhirnya saya juga baru tahu tadi pagi dari Kepala Dinas Perhubungan, bukan lagi 4.000, tapi menjadi 7.000 truk per hari,” ujar Pramono.
Mantan Sekretaris Kabinet itu pun menilai Pelindo telah lalai dalam menjalankan fungsinya. Ia menyebut pengelolaan NPCT 1 menunjukkan ketidakprofesionalan yang berdampak besar pada lalu lintas Ibu Kota.
Sebagai bentuk tanggung jawab, Pramono memerintahkan teguran keras terhadap Pelindo dan menyatakan siap mengirimkan surat resmi sebagai peringatan dari Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
“Saya sudah meminta kepada Kepala Dinas Perhubungan untuk memberikan teguran sekeras-kerasnya. Bahkan kalau diperlukan, saya akan berkirim surat kepada Pelindo,” tegasnya.
Kemacetan terjadi sejak Kamis pagi hingga malam hari dan berlanjut hingga Jumat pagi. Pantauan Kompas.com menunjukkan antrean kendaraan mengular dari kawasan Cempaka Putih, Jakarta Pusat, hingga ke Jalan Yos Sudarso menuju Pelabuhan Tanjung Priok dengan panjang sekitar delapan kilometer.
Beragam jenis kendaraan, mulai dari truk besar, minibus, hingga sepeda motor, terjebak dalam antrean. Suara klakson bersahutan, bahkan beberapa pengendara nekat melintas di trotoar.
Seorang pengendara motor, Tian (23), mengaku frustrasi setelah terjebak macet selama hampir satu jam. “Macetnya parah. Saya dari MOI, kayanya macetnya itu dari Cempaka Putih, ya?” ujarnya.
Ironisnya, ada juga pengendara motor yang harus mendorong kendaraannya karena kehabisan bensin akibat terlalu lama menyalakan mesin tanpa bergerak.
Gubernur Pramono menegaskan bahwa kejadian ini tidak boleh terulang. Ia menuntut evaluasi dan perbaikan sistem manajemen lalu lintas di kawasan pelabuhan sebagai langkah konkret untuk mencegah kemacetan serupa di masa depan.*