Nasional

CPOPC Tegaskan Minyak Sawit Adalah Komoditas Paling Efisien dan Berkelanjutan di Dunia, Bukan Penyebab Deforestasi Global

Oleh : Rikard Djegadut - Rabu, 28/05/2025 22:06 WIB


Jakarta, INDONEWS.ID — Dalam konferensi pers transisi kepemimpinan yang digelar baru-baru ini, Dewan Negara-Negara Penghasil Minyak Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOPC) menyampaikan pesan tegas kepada komunitas global: minyak sawit adalah solusi, bukan masalah, dalam menghadapi tantangan deforestasi, krisis energi, dan ketahanan pangan dunia.

Sekretaris Jenderal CPOPC periode 2022–2025, Dr. Rizal Affandi Lukman, menegaskan bahwa minyak sawit merupakan komoditas paling efisien dan berkelanjutan di dunia.

“Minyak sawit hanya menggunakan 8,2% dari total lahan tanaman minyak dunia, tetapi menghasilkan 41,8% dari minyak nabati global. Ini menjadikannya sumber yang paling efisien dan layak secara lingkungan,” tegasnya dalam prescon di Jakarta, Rabu (28/5/25).

Ia juga menambahkan bahwa Indonesia dan Malaysia — dua produsen utama dunia — telah menunjukkan komitmen serius terhadap keberlanjutan, dengan mencatat penurunan kehilangan hutan primer selama lima tahun berturut-turut.

Data dan Fakta Kunci Industri Minyak Sawit Global menyebutkan minyak sawit menyumbang lebih dari 50% ekspor minyak dan lemak global, dan dikonsumsi di lebih dari 160 negara. Produksi minyak sawit dunia pada tahun 2023 mencapai lebih dari 81 juta ton, dengan Indonesia sebagai produsen, eksportir, dan konsumen terbesar.

Dalam satu hektare, kelapa sawit menghasilkan 4,9 kali lebih banyak minyak dibanding tanaman minyak lainnya seperti kedelai dan bunga matahari. Pasokan minyak nabati lain yang ketat, termasuk kedelai dan bunga matahari, memperkuat peran strategis minyak sawit dalam keamanan pangan dan energi.

Harga ekspor minyak sawit yang kompetitif (USD 850–950 per ton) menjadikannya bahan baku utama untuk pangan dan biodiesel di berbagai negara.

Kepemimpinan Perempuan untuk Sawit Berkelanjutan

Memasuki periode kepemimpinan baru 2025–2028, CPOPC menyambut Mdm. Izzana Salleh sebagai Sekretaris Jenderal dan Dr. Musdhalifah Machmud sebagai Wakil Sekretaris Jenderal.

“Saat negara produsen terus menjadi sasaran ketidakadilan regulasi, suara kita harus semakin kuat. Kami akan membangun kepercayaan melalui sains, data, dan tanggung jawab bersama,” ujar Mdm. Izzana Salleh.

Dr. Musdhalifah Machmud menambahkan bahwa keberlanjutan tidak boleh hanya menjadi tuntutan negara konsumen, melainkan juga sebagai peluang untuk meningkatkan kesejahteraan petani kecil di negara produsen.

CPOPC pun menyerukan kepada komunitas internasional untuk menghentikan pendekatan sepihak terhadap minyak sawit dan mulai membangun narasi baru berbasis fakta, efisiensi, dan keadilan perdagangan.

“Kami tidak bisa dibiarkan bekerja sendiri. Masa depan komoditas ini ada pada kolaborasi lintas benua, harmonisasi standar, dan keberpihakan terhadap petani kecil,” pungkas Dr. Rizal Affandi Lukman.

Dengan data kuat dan kepemimpinan yang visioner, CPOPC menegaskan komitmennya untuk terus memperjuangkan minyak sawit sebagai solusi berkelanjutan bagi tantangan global saat ini.

Artikel Lainnya