INDONEWS.ID

  • Selasa, 22/10/2019 15:30 WIB
  • BMKG : 2020 El-Nino Tidak Terjadi, Curah Hujan akan Normal

  • Oleh :
    • luska
BMKG : 2020 El-Nino Tidak Terjadi, Curah Hujan akan Normal
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati

Jakarta, INDONEWS.ID -  Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menyampaikan  pada tahun 2020 tidak terindikasi akan terjadi El- Nino kuat, hal tersebut berdasarkan hasil monitoring dan analisa dinamika atmosfer, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

" Demikian pula NOAA dan NASA (Amerika) serta JAMSTEC (Jepang) memprediksi hasil yang serupa," lanjut Dwikorita melalui keterangannya, Selasa (22/10/2019).

Baca juga : BMKG : Waspada Potensi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan

Dijelaskan, Dwikorita, hal ini menandai tahun 2020 nanti diperkirakan tidak ada potensi anomali iklim yang berdampak pada curah hujan di wilayah Indonesia. Curah hujan akan cenderung sama dengan pola iklim normal (klimatologisnya).

Musim kemarau umumnya akan dimulai pada bulan April - Mei hingga Oktober 2020. Sedangkan wilayah di  dekat ekuator, seperti Aceh, Sumatera Utara, dan Riau, musim kemarau pertama akan dimulai pada Februari - Maret 2020.

Baca juga : Modifikasi Cuaca, Strategi BMKG Minimalisir Cuaca Ekstrem Selama Lebaran

"Tetap perlu diwaspadai untuk potensi kondisi kering, yang dapat berdampak karhutla di awal tahun pada wilayah dekat ekuator tersebut," ujar Dwikorita.

Untuk tahun 2019 saat ini,lanjutnya, El - Nino lemah telah berakhir pada bulan Juli lalu, dan kondisi netral ini masih  berlanjut hingga di penghujung tahun 2019.

Baca juga : BMKG: Gempa Berkekuatan 5,7 Magnitudo Guncang Bayah Banten

Fenomena yang saat ini sedang terjadi, adalah rendahnya suhu permukaan laut daripada suhu normalnya yg berkisar antara 26 - 27 derajat celcius di wilayah perairan Indonesia bagian selatan dan barat, sehingga berimplikasi pada kurangnya pembentukan awan di wilayah Indonesia.

“Dengan adanya fenomena tersebut, mengakibatkan awal musim hujan periode 2019/2020  mengalami kemuduran, dan sebagian besar wilayah Indonesia  akan mulai memasuki musim hujan pada bulan November, kecuali untuk wilayah Sumatera dan Kalimantan yang dimulai sejak pertengahan Oktober 2019”, papar Dwikorita.

Untuk itu, himbau Dwikorita, agar perlu mengoptimalkan usaha menjaga cadangan air melalui optimalisasi manajemen operasional air waduk saat musim penghujan dan melalui gerakan memanen air hujan.  Selain itu, Teknologi Modifikasi Cuaca dapat diterapkan sebagai alternatif pada saat peralihan kedua musim tersebut, terutama bagi wilayah yang rawan kekeringan dan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). (Lka)

Artikel Terkait
BMKG : Waspada Potensi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan
Modifikasi Cuaca, Strategi BMKG Minimalisir Cuaca Ekstrem Selama Lebaran
BMKG: Gempa Berkekuatan 5,7 Magnitudo Guncang Bayah Banten
Artikel Terkini
Menjadi Tulang Punggung Pengembangan Usaha Ultra Mikro Indonesia, PNM Ikuti 57th APEC SMEWG
Tiga Orang Ditemukan Meninggal Akibat Tertimbun Longsor di Kabupaten Garut
Pimpin Proses Penyiapan dan Percepatan Keanggotaan Indonesia pada OECD, Presiden Joko Widodo Tunjuk Menko Perekonomian sebagai Ketua Tim Nasional OECD
Kemendagri Dukung Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional Melalui Optimalisasi Kebijakan Fiskal Nasional
Kemendagri Dorong Percepatan Pemenuhan Sarana dan Prasarana Pemerintahan di 4 DOB Papua
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas