INDONEWS.ID

  • Minggu, 19/04/2020 20:01 WIB
  • "Berbudaya-kah?" Puisi Kebudayaan oleh Gerard N Bibang

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
"Berbudaya-kah?" Puisi Kebudayaan oleh Gerard N Bibang
Waerebo Village Manggarai Flores NTT (Foto: Ist)

Berbudaya-kah?

Berbudayakah,
jika dengan atau tanpa sengaja memparafrasekan dengan sangat cerdik dalil bahwa yang normal adalah krisis dan yang selalu permanen adalah darurat?
 
Berbudayakah,
jika kebudayaan adalah apa yang dihasilkan manusia,
yang menunjukkan apa yang dilakukan dan diciptakan apa adanya tapi juga menunjukkan apa yang masih dicita-citakan dan masih harus diwujudkan,
yang mencakup sekaligus Sein, apa yang ada dan Sollen, apa yang masih harus ada?
 
Berbudayakah,
jika kau selalu senyum meskipun merasa tidak lucu
dan berucap gagah berani meski cuma berbusa-busa di ruang hampa
sembari bermanis-manis agar kau tidak usah diusut?
 
Berbudayakah,
jika omonganmu penuh ambivalensi dan multivalensi?
jika kritik ditolak terlebih karena bentuk dan bukan karena isinya?
jika mayoritas selalu berarti dominasi?
 
Berbudayakah
jika bangga menyebut diri bangsa berbudaya tapi meniadakan yang lain dengan seribu satu cara?
 
Berbudayakah
jika bangga berteriak “aku berbudaya! aku berbudaya!” tapi tanpa komitmen menghormati manusia, betapa pun dia kecil dan hina?
 
Berbudayakah,
jika bangga memproklamasikan diri bangsa paling berbudaya tapi tidak pernah mengandalkan pendekatan kebudayaan dalam membangun manusia,
yang jika sisa anggaran, barulah dipikirkan untuk pembangunan kebudayaan?
 
Berbudayakah,
jika kemakmuran seorang manusia dihitung dari berapa besar kuatnya dia makan, minum, beli dan konsumsi?
jika kesejahteraan seorang manusia selalu diandalkan dari pembangunan yang menjunjung tinggi tingkat pertumbuhan sementara sumber dan isi bumi semakin hari semakin terbatas?
 
Berbudayakah,
jika warna-warni sebagai esensi kehidupan digunakan sebagai basa-basi penghias langit biru nusantara,
lalu memaksakan penyeragaman dalam segala hal dengan paksaan halus dan tak kasat mata?
 
****
*Puisi ini aslinya ditayang akhir Agustus 2012, diturunkan lagi dalam rangka Hari Kebudayaan Dunia tgl 18 April.

Baca juga : Pemberdayaan Perempuan Melakukan Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pelatihan "Metode Sadari Dan Pembuatan Teh Herbal Antioksidan"

*) Gerard N. Bibang adalah dosen sekaligus penyair kelahiran Manggarai, Flores NTT. Ia adalah penyair yang menabiskan dirinya sebagai petani humaniora. Gerard saat ini berdomisili di Jakarta. 

Baca juga : Visiting Professor Pandemi: Dunia Harus Siap
Artikel Terkait
Pemberdayaan Perempuan Melakukan Deteksi Dini Kanker Payudara Melalui Pelatihan "Metode Sadari Dan Pembuatan Teh Herbal Antioksidan"
Visiting Professor Pandemi: Dunia Harus Siap
Persahabatan yang Tak Lekang oleh Waktu, Perbedaan Profesi, dan Pilihan Politik
Artikel Terkini
Pos Mahen Satgas Yonif 742/SWY Ajari Murid SDN Baudaok Cara Mengolah Sampah Plastik
Indonesia-Kazakhstan untuk Rampungkan Perjanjian Promosi dan Perlindungan Investasi
Prof Dr H Yulius SH MH Ketua Kamar TUN Mahkamah Agung Diwawancara Ekslusif Majalah MATRA
Dorong Ekonomi Nasional Lebih Transformatif, Menko Airlangga Jalin Kerja Sama Global
PLBN Motamasin Terima Kunjungan Konsulat Timor Leste, Bahas Isu Keimigrasian Antarnegara
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas