INDONEWS.ID

  • Minggu, 26/04/2020 19:01 WIB
  • Retreat Agung Corona - Puisi oleh Gerard N Bibang

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Retreat Agung Corona - Puisi oleh Gerard N Bibang
Gerard N. Bibang adalah dosen sekaligus penyair kelahiran Manggarai, Flores NTT. Ia adalah penyair yang menabiskan dirinya sebagai petani humaniora. Gerard saat ini berdomisili di Jakarta.

Oleh: Gerard N. Bibang*)

Senggang, INDONEWS.ID - Kak, dipikir-pikir, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), lebih dari sekedar soal makan minum
Ah, kamu dek, lagi susah begini, kamu ajak berfilsafat lagi; dasar gak pernah belajar filsafat
Apa hubungannya dengan soal makan minum
Itu lho, kalau sedang perut kosong, omong filsaat gak ada gunanya; gimana bisa mikir kalau lebih banyak angin keluar daripada pikiran angin?
Iyah, kalau perut kosong tentu banyak anginnya
Tapi penasaran kak, kenapa untuk berpikir selalu dikaitkan dengan perut kosong
Pernah dengar diktum klasik Latin: primum manducare deinde philosophare?
Mulai deh main istilah aneh-aneh…
Bukan aneh, dek; Latin itu bahasa klasik tetapi sekaligus sumber ilmu pengetahuan karena banyak kebijaksanaan kehidupan dalam diksi dan frase-frasanya
Maaf, maaf, becanda; go ahead, kak; apa artinya
Secara harafiah berarti: makan dulu, urus perut dulu, barulah berfilsafat; lebih umum dengan pengertian yang sama, berbunyi: primum vivere deinde philosophare; hidup dulu, barulah filsafat; makna umumnya, bereskan dulu dengan hidupmu, barulah berfilsafat
Ohhhh...ya jelas-lah, kak; masa berfilsafat jika sudah mati?
Hahahahahaha. iya juga ya; tapi katanya orang-orang yang meninggal itu gak mati; mereka masih hidup atas cara lain, siapa tahu mereka masih terus berfilsafat dengan Sang Cinta, Tuhan sendiri
Hahahahahahahaah, masih berlaku gk pepatah itu
Gak lagi, dek…itu dulu; manusia itu makhluk filosifis, dia bisa berfilsafat di mana dan dalam keadaan apa saja
Boleh dong kak, aku nerusin pertanyaan tadi, bukan pertanyaan sih, tapi apa yang aku rasakan selama PSBB; bahwa PSBB ini kelihatannya koq gak hanya urus kesehatan kita tapi juga ekonomi dan iman

Baca juga : Memahami Manusia Dalam Puisi "Debu Beterbangan" Karya Gerard N. Bibang

Tirakat Corona

Hah, koq bisa-bisanya tentang iman
Iyah kak; mungkin iman terlalu luas, maksudku ialah tentang kehidupan pada umumnya; untuk urusan kesehatan dan ekonomi, itu bagiannya Negara; kita ngikut aja; tapi untuk kehidupanku sendiri, itu yang negara gak bisa ngatur; harus aku sendiri yang memaknai PSBB ini untuk hidupku
Setuju, setuju; apa yang kamu maknai untuk kehidupanmu biar kita sama-sama syering
Ini lho kak, please correct me jika keliru; aku tu menjalani PSBB ini seperti menjalani tirakat corona
Hah? tirakat?
Iyah, tirakat berasal dari bahasa Arab, thoriqah, yang berarti sebuah jalan, yang dimaknai sebagai upaya yang dilakukan untuk menuju jalan kepada Allah SWT; tapi ada versi lain bahwa tirakat berasal dari kata taroka yang berarti meninggalkan; maka, tirakat berarti meninggalkan segala sesuatu yang bersifat duniawi untuk mencapai tujuan Ilahi; pada intinya untuk dua kata itu, tirakat adalah sebuah usaha seseorang dalam mengekang hawa nafsu untuk mendekatkan diri pada Ilahi.
Ohhhhh, paham; lalu tirakat corona-mu bagaimana
Nah, tirakat coronaku adalah jalan dan upayaku untuk sebisa-bisanya mencari dan menerima apa saja yang bisa menerbitkan kegembiraan hati, semangat menjalani keprihatinan, menguatkan mental, serta memperpanjang rentang panjang jalan harapan
Indah banget, dek; kegembiraan memang dibutuhkan saat sekarang, katanya untuk meningkatkan stamina dan mengusir corona; mentalitas yang berkanjang dalam harapan, itu juga obat corona; tapi aku aku sih, sejak kita dibatasi pertengahan maret lalu, aku langsung menjalaninya seperti retret agung
Retret biasa kah
Gak, retret agung, dek
Apa bedanya dengan retret biasa
Dengan retret agung, kita gak ngapa-ngapain, gak kerja, hanya bersemedi sebulan, merenungkan kehidupan dalam hubungan dengan Tuhan; dan semua itu dilakukan dalam silentium magnum
Apa itu?
Silentium magnum ialah diam total, gak omong dan kerja, sepanjang hari
Wadohhh...kita di rumah masih bisa omong, gimana tu
Benar, tapi aku menjalaninya seperti retret agung
It’s wondering, kak, sebulan penuh silentium magnum; apa saja yang direnungkan?

Baca juga : Di Bawah Bayang-bayang Big Brother

Takut Akan Allah

Ketakutan akan Allah
Koq gak takut corona?
Gak, dek, takut akan Allah
Maksudnya?
Ketakutan akan Allah dalam arti sebenar-benarnya; yaitu takut hanya kepada Allah; tentu ketakutan itu harus dilandasi oleh ilmu yang Allah juga penganugerahnya, agar tepat perspektif, konteks dan proporsinya
Ohhhhh, apa konsekwensinya
Konsekwensinya? Yah, karena hanya takut kepada Allah maka kita juga takut kepada keterpelesetan untuk berbuat dosa, untuk sembrono, untuk buat yang suka-suka kita, seenak perut dan jidat; kalau kita takut hanya kepada Allah tidak berarti kita berani bunuh diri misalnya dengan terjun dari gedung bertingkat ke tanah, tidak seperti itu
Wah, bagaimana mengukurnya
Gini lho, selama ini aku ke sana ke mari membusung dada berbangga-bangga tapi sebetulnya kebanggaan itu salah karena tidak dilandasi ketakutan akan Allah; ini yang aku temukan selama retret agung, dek
Apa tu, kak
Kenyataan bahwa kita manusia tidak punya rumus pengetahuan untuk merasa bangga atau takut atau apapun lainnya, dek; ada logika dan cara berpikir yang kita pahami, tetapi Allah-lah yang Maha Mengetahui segala sesuatu di balik kehendak-Nya sendiri
Lha, upaya manusia gak ada gunanya dong
Dalam konteks ini, iyah; tapi amat ekstrem jika dikatakan gak ada gunanya; begini aku memformulasikannya: upaya kita, sejauh-jauhnya hanyalah menghasilkan prasangka; dan kita takut prasangka kita itu akan membuahkan dosa
Begini deh, kak; aku gak begitu ngerti penjelasanmu yang begitu teologis dan istilah tinggi; bagaimana kalau kak dihinggapi corona yang semua manusia takuti itu?
Dua jawabannya, dek; dari orang yang tidak takut akan Allah, jawabannya begini: “aduh, jangan deh, mudah2an corona jauh, masuk ke orang lain aja, jangan aku;” sedangkan dari orang yang takut akan Allah, jawabannya begini: “aku dan seisi rumahku berlindung kepada Allah atas kemungkinan itu; tetapi kalau menurut Allah yang terbaik bagi kami adalah dihinggapi penyakit itu, kami meyakini bahwa Allah mengetahui persis apa yang baik bagi kami”
Kak masuk dalam jawaban yang mana?
Yang kedua, dek; itu yang sedang aku upayakan terus menerus selama retret agung ini.
Bener neh, kak
Iyah dek
Bagaimana kalau dipanggil Allah ke alam akhirat dengan lantaran corona?
Lho, apa sih yang ditakutkan? gak ada siapapun makhluk Allah yang punya hak asasi atas apapun saja, termasuk atas badan dan nyawanya; semua milik Allah; asalkan diambilnya nyawaku itu tidak karena Allah murka, maka aku akan terima apapun saja ketentuan-Nya; kata kuncinya, jangan karena Allah murka
Wouuwww, aku jadi malu, kak
Gak usah malu, dek, tirakatmu itu adalah juga jalan; kita akan bertemu di titik yang sama
Berarti, ketakutan kita itu lebih kepada takut akan murka Allah
Iyah, betul, kalau corona, aduh, sangat, sangat kecilllll
Benar-benar ketakutan yang membawa kententraman bathin ya kak
Persis, persis; dalam ketakutan akan Allah, kita belajar tenteram di bawah naungan Allah, karena yang Allah panggil adalah jiwa yang tenteram; tak ada yang lebih membahagiakan melebihi Allah mengakui kita sebagai hamba-Nya; itu eksistensi sejati kita sebagai ciptaan
Wuihhh, jadi ingat kata-kata pemazmur: jiwaku merindukan Allah bagaikan rusa merindukan air
Hahahahahaa, kamu masih ingat ya
masih lama ya kak retret agungnya
Gak ada yang tahu dek, entah berapa lama; bagiku, bukan soal lama atau tidak, bukan, bukan; tapi berupaya dengan jalan ketakutan akan Allah; butuh training dan latihan, memang
Selamat retret agung ya kak
Kamu juga, dek, selamat ber-tirakat corona
****

Baca juga : Wahai Laron-laron di Langit Keranga

(gnb:tmn aries:jkt:akhir april 20: pekan ketiga PSBB, Jakarta)

*)Gerard N. Bibang adalah dosen sekaligus penyair kelahiran Manggarai, Flores NTT. Ia adalah penyair yang menabiskan dirinya sebagai petani humaniora. Gerard saat ini berdomisili di Jakarta.

Artikel Terkait
Memahami Manusia Dalam Puisi "Debu Beterbangan" Karya Gerard N. Bibang
Di Bawah Bayang-bayang Big Brother
Wahai Laron-laron di Langit Keranga
Artikel Terkini
Pastikan Arus Barang Kembali Lancar, Menko Airlangga Tinjau Langsung Pengeluaran Barang dan Minta Instansi di Pelabuhan Tanjung Priok Bekerja 24 Jam
Umumkan Rencana Kedatangan Paus Fransiskus, Menteri Agama Dukung Penuh Pengurus LP3KN
Mendagri Tito Lantik Sekretaris BNPP Zudan Arif Fakrulloh Jadi Pj Gubernur Sulsel
Perayaan puncak HUT DEKRANAS
Kemendagri Tekankan Peran Penting Sekretaris DPRD Jaga Hubungan Harmonis Legislatif dengan Kepala Daerah
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas