INDONEWS.ID

  • Jum'at, 08/05/2020 10:01 WIB
  • Natalius Pigai Tuntut Luhut Bertanggung Jawab atas Meninggalnya ABK WNI di Kapal China

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Natalius Pigai Tuntut Luhut Bertanggung Jawab atas Meninggalnya ABK WNI di Kapal China
Aktivis Kemanusian Natalius Pigai dan Menko Marves Luhut Panjaitan (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Aktivis kemanusiaan Natalius Pigai menuntut Menko Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan untuk bertanggung jawab atas meninggalnya 3 ABK WNI di kapal berbendera China yakni Long Xin 629 dan Long Xin 604 ketika kapal sedang berlayar di Samudera Pasifik.

"Kematian WNI pelaut di kapal China (kemudian melarung jenazah) adalah merupakan tanggung jawab Luhut Pandjaitan," kata Pigai, Kamis (7/5).

Baca juga : Kurangi Polusi Udara, Luhut Minta Jokowi Naikkan Pajak Motor Bensin

Pigai menjelaskan hampir semua aturan-aturan nasional dan internasional yang mengatur tentang pelaut (seafarer) bukan tanggung jawab Kementerian Ketenagakerjaan, tetapi Kementerian Perhubungan dan tanggung jawab Menko Kemaritiman.

"Berbagai landasan hukum international juga nasional telah memberi otoritas tetapi saya duga soal-soal ini diabaikan bahkan tidak diperhatikan," tambah Pigai.

Baca juga : Mengaku Dapatkan Privilege, Natalius Pigai: Kaesang `Memperdagangkan Pengaruh`

Natalius Pigai mengatakan, secara hukum international, Indonesia telah memiliki kekuatan untuk menjamin kepastian bagi pelaut (seafarer) dan kapalnya.

Pertama, sejak 1961 Indonesia menjadi anggota International Maritim Organisations (IMO). Kedua, International Convention for Safety of Life at Sea (SOLAS).

Baca juga : Buku Biografi Luhut Binsar Panjaitan Jadi Kado Istimewa di HUT ke-75

Ketiga, The International Convention on Standards of Training, Certification and Watchkeeping for Seafarers (STCW). Keempat, Maritime Labour Convention (MLC) 2006.

Dan untuk Indonesia, lanjut mantan Komisioner Komnas HAM ini, pemerintah sudah meratifikasi MLC 2006 dan menjadikannya UU RI dengan disahkannya UU No. 15/2016.

Lalu, berdasarkan fakta bahwa fokus pemerintahan Presiden Joko Widodo adalah sektor maritim dengan program poros maritim dunianya, maka perlindungan terhadap tenaga kerja sektor maritim terutama yang bekerja pada kapal-kapal internasional sangatlah perlu untuk pemantapan, penegakan dan perlundungan pelaut.

"Upaya penegakan hak-hak pelaut internasional belum maksimal diterapkan oleh Pemerintah RI dalam kapasitas sebagai negara bendera maupun sebagai negara pelabuhan," terang Natalius Pigai.

Menurutnya, upaya tersebut memerlukan kerja keras Menko Kemaritiman termasuk Menteri Luar Negeri. Apalagi soal tenaga kerja pelaut, keselamatan dan sertifikasi diurus Kemenhub berdasarkan Permenhub No. 40/2019.

"Oleh karena itu saya mengecam Menko Kemeritiman yang tidak peduli dengan keselamatan pelaut. Menko Kemaritiman harus bertanggungjawab mengusahakan proses hukum yang adil, ganti rugi yang pantas, dan membuat perjanjian bilateral dengan China," pungkas Pigai.

Berikut video yang dirilis kantor berita Korea

Artikel Terkait
Kurangi Polusi Udara, Luhut Minta Jokowi Naikkan Pajak Motor Bensin
Mengaku Dapatkan Privilege, Natalius Pigai: Kaesang `Memperdagangkan Pengaruh`
Buku Biografi Luhut Binsar Panjaitan Jadi Kado Istimewa di HUT ke-75
Artikel Terkini
Panglima TNI Hadiri Rapat Koordinasi Teknis Kesehatan TNI Tahun 2024
Terinspirasi Langkah Indonesia, Suarakan Penundaan dan Perubahan Kebijakan EUDR
Ketua KIP: Pertamina Jadi `Role Model` Keterbukaan Informasi Publik di Sektor Energi
Kemendagri Intruksikan Pemprov Kaltara Percepat Pembangunan Daerah Berbasis Inovasi
Semangat Kartini dalam Konteks Kebangsaan dan Keagamaan Moderen
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas