INDONEWS.ID

  • Jum'at, 04/09/2020 07:15 WIB
  • Hadapi Masa Pandemi, FAO Desak Pemerintah Siapkan Sistem Pangan yang Lebih Tangguh

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Hadapi Masa Pandemi, FAO Desak Pemerintah Siapkan Sistem Pangan yang Lebih Tangguh
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (Foto: Ist)

Jakarta, INDONEWS.ID - Sebanyak 46 Menteri Pertanian dari 46 negara di Asia Pasifik berkumpul dalam Konferensi Regional Asia Pasifik (APRC) FAO ke-35 melalui pertemuan virtual pertama untuk membahas situasi terkini dari ketahanan pangan di kawasan ini. 

Konferensi tersebut memberikan penekanan khusus pada efek penyebaran virus korona dan dampaknya pada sistem pangan di seluruh dunia dan kawasan.

Baca juga : Penanggulangan Banjir, Pemerintah Indonesia Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Libya

Kawasan Asia Pasifik adalah rumah bagi lebih dari separuh jumlah penduduk dunia yang mengalami kekurangan gizi. Sementara itu, tingkat prevalensi kelaparan hanya turun sedikit dari yang diharapkan. Kawasan ini masih jauh tertinggal dalam percepatan pengurangan kelaparan dan/atau kekurangan gizi sampai tahun 2030, sesuai dengan batas akhir Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang ditetapkan oleh komunitas global untuk menghapus kelaparan.

Direktur Jenderal FAO QU Dongyu dalam pidatonya dari Roma di depan lebih dari 400 peserta yang berpartisipasi aktif dalam konferensi secara virtual tersebut menyoroti dampak negatif terkait pandemi yang telah dirasakan di seluruh sistem pangan.

Baca juga : Pemberdayaan Kelompok Perempuan Nelayan Skala Kecil Banyuwangi Perkuat Sistem Pangan Indonesia

“Tindakan untuk mengendalikan wabah virus mengganggu rantai pasokan pangan global. Pembatasan pergerakan di perbatasan dan penguncian menghancurkan mata pencaharian dan menghambat transportasi pangan bagi penduduk. Kehilangan dan pemborosan pangan meningkat, karena petani harus membuang bahan pangan yang mudah rusak, dan banyak orang di pusat kota yang berjuang untuk mendapatkan makanan segar, "kata Dongyu.

Dongyu menekankan bahwa petani kecil dan keluarganya merupakan pekerja pangan di semua sector dan mereka yang hidup di ekonomi yang bergantung pada komoditas dan pariwisata sangat rentan.

Baca juga : Bantuan Logistik 70 Ton Pemerintah Indonesia Tiba di Turkiye

“Mereka sangat membutuhkan perhatian kita. Kita perlu mengkaji kembali sistem pangan dan rantai nilai pangan, Kita harus lebih memanfaatkan inovasi dan teknologi pertanian yang ada, dan mempertimbang-kan teknologi terbaru,” tegas Dong Gyu.

Menghadapi pandemi, FAO telah meluncurkan Program Respons dan Pemulihan COVID-19 FAO, yang memungkinkan donatur untuk memanfaatkan kekuatan organisasi, data terkini, sistem peringatan dini, dan keahlian teknis untuk mengarahkan dukungan di daerah mana dan kapan paling dibutuhkan.

Indonesia: Empat Prioritas dalam Normal Baru

Menteri Pertanian Syahrul Yassin Limpo dalam pidatonya yang disampaikan secara virtual dari Malang, Jawa Timur, menjelaskan kepada peserta konferensi terkait empat prioritas Indonesia dalam situasi “normal baru”. Prioritas ini menyoroti upaya negara untuk memperkuat ketahanan pangan dan sistem pangan dalam pandemi.

“Untuk menopang ketersediaan pangan bagi semua di era normal baru, kami telah mengembangkan seperangkat kebijakan yang disebut “4 Cara Bertindak“. Empat prioritas tersebut adalah peningkatan kapasitas produksi, diversifikasi pangan lokal, penguatan cadangan pangan dan sistem logistik dan pengembangan pertanian modern," ungkap Syahrul.

Syahrul juga mengakui meski terjadi perlambatan ekonomi akibat pandemi COVID-19, PDB Indonesia di sektor pertanian meningkat 2,19% tahun ini. Indonesia juga mencapai pertumbuhan sektor pertanian sebesar 16,24% dibandingkan triwulan sebelumnya.

Terlepas dari kemunduran global dalam pencapaian SDG, peringkat ketahanan pangan Indonesia dalam indeks keamanan global telah meningkat dari peringkat 74 pada 2015 menjadi peringkat 62 pada 2019. Prevalensi stunting menurun dari 30,8% pada 2018 menjadi 27,67% pada 2019.

Syahrul menyerukan pada peserta untuk memperkuat kolaborasi dan mendukung FAO inisiatif “hand in hand” melalui Kerja Sama Selatan-Selatan dan Kerjasama Triangular. Indonesia siap untuk berbagi pengalaman dengan setiap negara di kawasan bersama-sama, untuk berkontribusi dalam pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG),” ujarnya.

Konferensi Regional FAO yang diselenggarakan setiap dua tahun merupakan forum untuk membahas tren dan tantangan regional saat ini dan ke depan. Dalam konferensi tahun ini, inisiatif baru FAO "Hand in Hand" menjadi salah satu bahasan utama. Inisiatif yang berfokus pada peningkatan kerjasama dan dukungan terhadap potensi daerah tertinggal dan kelompok penduduk yang rentan sejalan dengan komitmen PBB untuk “tidak meninggalkan siapa pun”.

Inisiatif menargetkan mereka yang paling rentan, dan terutama di kelompok populasi, wilayah, dan negara yang lebih miskin. Iniative akan berbasis pada bukti di lapangan dan memanfaatkan analisis komprehensif menggunakan data dan informasi geo-spasial multidimensi.*(Rikard Djegadut).

Artikel Terkait
Penanggulangan Banjir, Pemerintah Indonesia Kirim Bantuan Kemanusiaan ke Libya
Pemberdayaan Kelompok Perempuan Nelayan Skala Kecil Banyuwangi Perkuat Sistem Pangan Indonesia
Bantuan Logistik 70 Ton Pemerintah Indonesia Tiba di Turkiye
Artikel Terkini
Bakti Sosial dan Buka Puasa Bersama Alumni AAU 93 di HUT TNI AU ke-78
Satgas BLBI Tagih dan Sita Aset Pribadi Tanpa Putusan Hukum
Gelar Rapat Koordinasi Nasional, Pemerintah Lanjutkan Rencana Aksi Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan
Pj Bupati Maybrat Diterima Asisten Deputi Bidang Pengembangan Kapasitas SDM Usaha Mikro
Pj Bupati Maybrat Temui Tiga Jenderal Bintang 3 di Kemenhan, Bahas Ketahanan Pangan dan Keamanan Kabupaten Maybrat
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas