INDONEWS.ID

  • Rabu, 11/11/2020 18:01 WIB
  • Terungkap! Arkeolog Temukan Makam Anak Berusia 8.000 Tahun di NTT

  • Oleh :
    • Rikard Djegadut
Terungkap! Arkeolog Temukan Makam Anak Berusia 8.000 Tahun di NTT
Para Arkeolog dari Australian National University (ANU) mene mukan makam anak tanpa Llengan dan kaki Berusia 8.000 Tahun di NTT

Jakarta, INDONEWS.ID - Para arkeolog menemukan makam langka berusia 8.000 tahun di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur (NTT). Makam ini berisi jasad seorang anak kecil dengan kondisi tanpa lengan dan kaki. Diperkirakan anak itu meninggal dalam usia 8 tahun.

Selama upacara pemakaman, tulang panjang di lengan dan kaki anak itu diduga diambil dan dibuang ke tempat lain. Sebagian wajah anak tersebut dicat dengan bahan pewarna oker merah atau pigmen yang sering digunakan dalam pemakaman di seluruh dunia kuno.

Baca juga : Iwan Manasa, Anak Muda NTT Siap Mewakili Rakyat Sulawesi Utara di Senayan

"Pigmen oker dioleskan ke pipi dan dahi. Batu besar berwarna oker diletakkan di bawah kepala si anak ketika dikubur," kata Dr Sofia Samper Carro, arkeolog dari Australian National University (ANU) sekaligus pemimpin penelitian ini, seperti dikutip dari Live Science, Rabu (11/11/2020).

Ia mengatakan pemakaman tanpa lengan dan kaki sebelumnya juga pernah ditemukan di wilayah lainnya di Indonesia, seperti Jawa, Kalimantan, dan Flores. Namun penemuan kali ini merupakan satu-satunya yang terjadi pada anak kecil.

Baca juga : Ganjar Beri Energi Baru Bagi Demokrasi dan Mahasiswa di NTT

Para arkeolog tidak mengetahui secara pasti jenis kelamin anak tersebut. Berdasarkan analisis gigi dan kerangkanya menunjukkan dia meninggal pada usia sekira 4 hingga 8 tahun. Untuk anak usia tersebut, kerangka ini termasuk kecil yang mungkin disebabkan faktor genetik atau lingkungan.

"Kami ingin melakukan penelitian paleo-kesehatan lebih lanjut untuk mengetahui apakah kerangka yang lebih kecil ini berkaitan dengan makanan, lingkungan, atau bahkan genetiknya. Ini mengacu pada gagasan tentang beberapa spesies mungkin akan menyusut ketika berada di pulau terpencil, seperti gajah kerdil yang dulu pernah hidup di Flores," kata Carro.

Penemuan ini dapat menjelaskan praktik budaya kawasan ini selama awal zaman pertengahan Holosen yang dimulai pada akhir zaman es sekira 11.500 tahun yang lalu.*

Artikel Terkait
Iwan Manasa, Anak Muda NTT Siap Mewakili Rakyat Sulawesi Utara di Senayan
Ganjar Beri Energi Baru Bagi Demokrasi dan Mahasiswa di NTT
Maksimus Lalongkoe Dorong Pembangunan Museum Budaya Flores di Ujung Timur Flores
Artikel Terkini
Nilai Ekspor Sumsel Maret 2024 Naik 12,94 Persen
Pj Gubernur Agus Fatoni Terus Lakukan Upaya Kembalikan Status Sandara SMB II Palembang Menjadi Bandara Internasional
Warung NKRI Digital, Cara BNPT Kolaborasikan Pencegahan Radikalisme dan Terorisme di Era Digitalisasi
Bahas Revitalisasi Data, Pj Bupati Maybrat Rapat Bersama tim Badan Pusat Statistik Setempat
Mendagri Atensi Keamanan Data Pemilih pada Penyelenggaraan Pilkada Serentak 2024
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas