INDONEWS.ID

  • Kamis, 18/02/2021 15:30 WIB
  • Transformasi Pendidikan Vokasi, Kemendikbud Dorong Program Diploma Tiga Ditingkatkan menjadi Sarjana Terapan

  • Oleh :
    • Mancik
Transformasi Pendidikan Vokasi, Kemendikbud Dorong Program Diploma Tiga Ditingkatkan menjadi Sarjana Terapan
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Wikan Sakarinto.(Foto:Istimewa)

Jakarta, INDONEWS.ID - Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi (Ditjen Diksi) menggelar Webinar Peningkatan Program Diploma Tiga (D-3) menjadi Sarjana Terapan atau Diploma Empat (D-4) secara virtual, Selasa (16/2).

Acara itu dihadiri oleh para pemimpin perguruan tinggi vokasi (PTV) di seluruh Indonesia serta pelaku industri dan usaha. Kebijakan ini merupakan bagian utama transformasi pendidikan vokasi.

Baca juga : Yayasan Trisakti Minta Pemerintah Hentikan Upaya Pengambilalihan, Hormati Putusan Pengadilan

Peningkatan program studi D-3 menjadi sarjana terapan harus memenuhi beberapa syarat, di antaranya adalah PTV memiliki Program D-3 terakreditasi minimal peringkat B atau baik sekali serta memiliki kebutuhan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).

Selain itu, PTV juga wajib memenuhi persyaratan yang ditentukan oleh Ditjen Diksi, seperti mempersiapkan kerja sama dengan DUDI, mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni, kurikulum yang kolaboratif dengan DUDI, serta regulasi akademik yang mendukung.

Baca juga : London School Gelar Training Pendidikan Vokasi Bagi Siswa Disabilitas dan Pameran Karya Siswa Berkebutuhan Khusus

Peningkatan D-3 menjadi sarjana terapan bersifat opsional (tidak wajib) dan disesuaikan dengan kebutuhan link and supermatch dengan DUDI.

Pada kesempatan tersebut, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Wikan Sakarinto menyatakan, pada prinsipnya untuk meningkatkan (upgrade) D-3 menjadi sarjana terapan, harus dilakukan bersama DUDI dengan skema taut suai (link and match) 8 + i.

Baca juga : Kemendikbud Ristek Dorong Budaya Hidup Berkelanjutan dalam G20 Culture

"Di antaranya mencakup kurikulum yang disusun bersama dan berstandar DUDI; sertifikasi kompetensi guru, dosen, dan peserta didik yang sesuai standar dan kebutuhan DUDI; project based learning; menghadirkan ahli dari industri secara rutin untuk mengajar; dan seterusnya," paparnya.

Adapun industri yang menjadi pengguna (user) lulusan, boleh berupa usaha mikro kecil menengah (UMKM), kecil, besar, maupun pemerintah daerah. Wikan menekankan bahwa kebersamaan harus dibangun antara PTV dan DUDI.

"Paket menu link and match pada intinya adalah keterlibatan DUDI dalam semua aspek penyelenggaraan pendidikan vokasi. Kita “masak bersama” menu yang dibutuhkan industri,”ujar Wikan.

Lebih lanjut, Wikan menjelaskan bahwa huruf “i” pada skema 8+i ini, dapat bermacam-macam. Misalnya, beasiswa/ikatan dinas dari industri, atau super tax deduction yang merupakan motor luar biasa bagi vokasi.

"Kita sudah punya Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud) Nomor 128 Tahun 2019 tentang Pemberian Pengurangan Penghasilan Bruto atas Penyelenggaraan Kegiatan Praktik Kerja, Pemagangan, dan/atau Pembelajaran dalam rangka Pembinaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Berbasis Kompetensi Tertentu; maka insentif pemotongan pajak ini adalah peluang besar bagi kampus vokasi meningkatkan D-3 menjadi sarjana terapan. Intinya, buatlah Program Sarjana Terapan, tapi lakukan bersama industri," ungkapnya.

Insentif bagi PTV dikatakan Wikan merupakan peringkat akreditasi. “Kemungkinan akan tetap tergantung dari tingkat kesiapan, nama Program Studi Sarjana Terapan disesuaikan dengan nomenklatur, mahasiswa D-3 saat ini (existing) statusnya akan berubah menjadi mahasiswa D-4,”tambahnya seraya menerangkan bahwa kelak saat lulus, mahasiswa tersebut bergelar Sarjana Terapan (S.Tr).

Anggota Tim Pakar Pengembangan Kelembagaan Vokasi Suhendrik Hanwar menjelaskan, jika PTV diberikan izin meningkatkan program D-3 menjadi D-4, maka diharapkan ke depan akreditasi prodi D-3 dan D-4 akan sama. Selanjutnya, PTV yang mengajukan peningkatan akan dievaluasi kelayakannya oleh Ditjen Diksi. Kemudian, apabila sudah memenuhi syarat, Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) akan melakukan pengawasan (surveillance).

"Keuntungan program ini adalah peringkat akreditasi boleh jadi tetap, apabila prodi yang diusulkan peringkat akreditasinya A, dan kalau memenuhi syarat, D-4-nya berakreditasi A. Kalau ada yang di bawah itu, akan disesuaikan oleh BAN-PT dalam waktu tertentu, agar akreditasinya dapat sama dengan prodi sebelumnya. Kita tetap berharap, antara akreditasi D-3 dengan D-4 sama," tutur Suhendrik.

Perguruan Tinggi Vokasi Harus Mampu Menjawab Tantangan Upgrading

Menurut Dirjen Wikan, perubahan zaman harus mampu disikapi dengan adaptasi yang tinggi. Lulusan D-4 harus kompeten, baik secara kognitif, keterampilan nonteknis (soft skills), dan integritasnya.

Hal Ini resep yang dinilainya harus ada dalam kurikulum D-4. Maka, pengembangan kurikulum harus berfokus pada karakter. “Jangan hanya (berkutat) di keterampilan teknis (hard skills) saja karena yang dibutuhkan industri adalah pemimpin-pemimpin di lapangan,”tegas Wikan.

Ia menekankan beberapa aspek keterampilan nonteknis (soft skills) yang dibutuhkan lulusan masa kini seperti kemampuan komunikasi, kepemimpinan, dan kerja sama. Ia pun memastikan bahwa proporsi pembelajaran vokasi tetap 60% praktek dan 40% teori. Oleh karena itu, Wikan mengimbau para pemimpin kampus vokasi untuk memastikan bahwa keluaran kampus tidak hanya makalah (paper) penelitian, melainkan produk nyata.

"Namun, dari awal input-nya juga penting. Kalau tidak ada niat dan passion, menu D-4 seperti apapun tidak akan sukses. Maka, D-4 harus giat promosi, rebranding, dan edukasi kepada calon mahasiswa, orang tua, dan industri,”imbau Wikan.

Wikan Sakarinto mendorong para pemimpin kampus vokasi “merancang” D-4 bersama industri selaku calon pengguna (user) lulusan. Dengan demikian, lulusan vokasi semakin dikenal karena perguruan tinggi turut mengedukasi masyarakat tentang pendidikan vokasi. Menurutnya, ketika semua politeknik dan kampus vokasi bergerak meningkatkan (upgrade) diploma tiga ke diploma empat maka industri akan menyadari dan tertarik.

"Ayo kita buat (vokasi) lebih baik, jangan hanya ingin membikin ijazah diploma empat atau ijazah S-1 Terapan. Saya harap, niat bapak dan ibu membuat D-4 bukan hanya untuk asal lulus atau berjualan prodi," tutur Wikan.

Setidaknya, Wikan berkeinginan ada 50% mahasiswa D-4 masa depan yang berprestasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), olahraga, seni, dan debat. “Mahasiswa jangan hanya mengejar indeks prestasi kumulatif (IPK).

"Kita ingin menciptakan pemimpin masa depan, dan ini butuh mahasiswa yang kritis dan kreatif,” harapnya.

Selanjutnya, kepada para pimpinan PTV agar tidak hanya berfokus pada kompetisi keterampilan teknis (hard skills) saja. Namun, pada aspek kognitif dan keterampilan nonteknis (soft skills) mahasiswa, sehingga mereka memiliki kemampuan yang memang dibutuhkan DUDI.

"Mindset hanya hard skills mohon ditinggalkan. Kita sudah ketinggalan zaman, kita terkotak di masa lalu, bahwa vokasi bikin tukang itu salah. Vokasi bikin pemimpin, kreator, inovator. Kita menghasilkan ahli dengan level tinggi, desainer yang solutif di dunia nyata. Makanya, nanti kurikulum semester satu di D-4 itu benar-benar penguatan soft skills dan hard skills yang seimbang," tuturnya.

Perbedaan utama D-4 dan S-1 adalah porsi praktik yang lebih besar ketimbang teori, walaupun kedua jalur tersebut mewajibkan peserta didik merampungkan 144 sistem kredit semester (SKS). Wikan mengakui, bahwa lulusan D-4 memiliki kelebihan yaitu perolehan project protfolio, serta pengasahan keterampilan nonteknis (soft skills) dan keterampilan teknis (hard skills) yang kuat, selain ijazah dan transkrip. “Dalam piramida dunia kerja, D-4 lebih banyak dibutuhkan daripada S-1. Namun, D-4 dan S-1 sama labelnya dalam KKNI yaitu level 6 KKNI," ucap Wikan mengingatkan.*

 

Artikel Terkait
Yayasan Trisakti Minta Pemerintah Hentikan Upaya Pengambilalihan, Hormati Putusan Pengadilan
London School Gelar Training Pendidikan Vokasi Bagi Siswa Disabilitas dan Pameran Karya Siswa Berkebutuhan Khusus
Kemendikbud Ristek Dorong Budaya Hidup Berkelanjutan dalam G20 Culture
Artikel Terkini
KPKNL mulai Cium Aroma Busuk di Bank Indonesia
Akses Jalan Darat Terbuka, Pemerintah Kerahkan Distribusi Logistik ke Desa Kadundung
Elit Demokrat Ardy Mbalembout Mengutuk Keras Aksi Penyerangan Mahasiswa Saat Berdoa di Tangsel
Penutupan Pabrik Sepatu Bata di Purwakarta Bagian dari Strategi Bisnis untuk Fokus pada Lini Penjualan
Presiden Jokowi Masih Kaji Calon Pansel KPK yang Sesuai Harapan Masyarakat
Tentang Kami | Kontak | Pedoman Siber | Redaksi | Iklan
legolas